Zulfa baru kembali dari musholla, ia melewati ruangan Zul. Sekretaris Zul tidak terlihat di mejanya, karena belum kembali dari makan siang. Zulfa berdiri di depan pintu ruangan Zul. Tatapannya seakan menembus daun pintu di depannya, sehingga ia seakan melihat Zul di dalam sana. 'Aku harus bagaimana? Memperjuangkan cintaku seperti Tiara, bertingkah agresif seperti Winda, ataukah harus jual mahal seperti Adys. Ya ampun, kenapa tokoh n****+ semua yang aku sebutkan. Zulfa, jadi dirimu sendiri Zulfa, jika kamu memang mencintai Zul, perjuangkan, berusahalah untuk meyakinkan dia akan rasa cintamu.' Zulfa meragu dengan perasaannya, rasa malu karena ia termakan omongannya sendiri membuatnya bimbang untuk menentukan sikap. 'Coba sekali lagi Zulfa, jika boss tua itu masih menolakmu, tinggalkan