Halal-Haram

3010 Words
"Kabar kedekatan Shabrina dan Farrel yang heboh dan sudah booming di mana-mana, waw banget." Shabrina tersenyum tipis. Jelas lah, ia berhasil membangun narasi itu. Apalagi saat ia memposting foto kebersamaannya bersama keluarga besar Farrel. Itu jelas menjadi pukulan telak bagi netizen yang selama ini penasaran dengan hubungannya dan Farrel. Walau hanya semu tapi tampaknya teman-temannya percaya. Termasuk Yessi. Gadis ini adalah salah satu temannya di dalam satu gedung apartemen yang sama. "Lu keren tauk, Bri. Si Farrel tuh susah banget dideketin. Tapi lu gilaaak!" Ia tersenyum bangga meski dalam hati tak demikian. Baginya, Farrel tetap susah sekali untuk disentuh. Masih jauh dari angan. Ia juga bingung harus melakukan apa. Keluarga sudah didekati. Bahkan sampai sering mengirim oleh-oleh pada bundanya. Tapi tetap saja semua pesan atau teleponnya tak akan digubris. Ya setidaknya nomornya tidak diblokir lelaki itu. Namun ia tetap saja tak puas. Bagaimana ia bisa mendapatkan lelaki itu ya? "Kata temen-temen gue yang dulu sama-sama kuliah di Amerika, dia bisa dibilang gak pernah tahu ada kabar deket sama cewek atau pacaran sama siapa gitu. Yaa kalo katanya sih, dia tuh cowok-cowok alim gitu sih. Yang yah katanya solatnya pada rajin. Bahkan yaa aplikasinya dia kan ngajinya juga bagus. Tapi bagi gue ya, Bri, yang namanya cowok ya tetep aja cowok. Masa kegoda sih sama yang cantik apalagi seksi kayak lu gini?" Shabrina terkekeh. Ya semua cowok tertarik padanya karena satu hal itu. Ia memiliki tubuh yang seksi alami. Sesuatu yang tidak dimiliki oleh perempuan lain. Maksudnya jarang lah. Apalagi ia juga cerdas. Walau yaah pasti masih banyak juga yang lebih cerdas. Shabrina tak terlalu menggubris omongan Yessi. Ia masih mencari celah untuk meluluhkan hati Farrel. Usai mengobrol sebentar, ia kembali ke apartemennya. Kemudian apa yang ia lakukan. Mengambil foto. Yaa tapi sebelumnya menggantinya dengan baju tidur. Baju tidur yang begitu tipis dan bahkan hanya menutupi setengah pahanya. Punggungnya terlihat dengan sempurna dan ada tali di belakang lehernya. Gaun tidur yang tipis itu begitu jatuh. Kemudian ia mengambil pose dengan membelakangi kamera. Ia berdiri menghadap ke arah jendela apartemennya. Seperti sedang melamun namun tampak snagat cantik. Setelah itu, ia mengirim foto itu pada Farrel. Ia menunggu reaksi lelaki itu. Tidak bisa kah setidaknya mengatakan kalau ia begitu cantik? Apa reaksi Farrel? Seperti tersetrum. Ia hanya tak sengaja membukanya. Biasanya kakau ada pesan dari gadis itu memang tak digubris. Tapi berhubung ia sedang galau dengan ponselnya, sedang menimbang-nimbang sesuatu, eeh malah tak sengaja memencet isi pesan dan keluar lah gambar Shabrina dengan punggung mulusnya. Tak seperti Farrel yang sampai spot jantung, Shabrina justru girang. Karena akhirnya ada respon. Pesan-pesannya telah dibaca namun anehnya tak ada balasan apapun. Karena Farrel pasti langsung menghapus pesan-pesan apalagi gambar itu bukan? Ya. Dan terulang kembali hari ini. Shabrina cukup lama bersembunyi. Ia tidak hanya tinggal di Riau sebetulnya. Sempat berpindah-pindah ke beberapa negara. Sempat sudah merasa tenang juga. Namun ternyata tetap tidak puas ya kalau belum impas? Kini ia mulai menganggu Farrel lagi setelah beberapa episode seriesnya tampak tak berpengaruh sama sekali dengan lelaki itu. Atau mungkin hanya guncangannya belum terasa sampai keluar? Guncangan apa? Ohoo. Tentu saja guncangan rumah tangga. "Apa itu, ayang?" Farrel terkaget. Ia sudah mengeluarkan pesan dari nomor asing yang tiba-tiba masuk. Ia tak tahu apakah itu Shabrina atau orang lain yang mungkin ingin meneror. Yang jelas, ia tak merasa terganggu. Hanya saja foto itu terasa tak asing. Ya foto itu adalah foto yang sama yang dikirim oleh Shabrina dulu. Lalu Shabrina kah yang mengirim foto itu? "Enggak, love. Perut kamu gimana?" Perut istrinya sudah berada di ujung tanduk. Maksudnya akan segera melahirkan. Mereka sedang menunggu-nunggu juga. "Gak ada apa-apa." Ia memang tak merasakan apa-apa. Farrel menghela nafas. "Besok kita ke rumah sakit untuk periksa?" Istrinya mengangguk. Perempuan itu juga tampak asyik dengan ponselnya. Kalau dari sisi istrinya, tak ada hal yang perlu ia cemburui. Istrinya tak pernah intim dengan laki-laki. Pergaulannya sangat terjaga. Bahkan kalau ada pesan dari teman-teman laki-laki di kampusnya, Farrel selalu tahu. Iya lah. Ia kan memasang aplikasi khusus untuk menantau isi ponsel istrinya itu. Fara tahu? Hoho. Tentu saja tidak. Farrel bukannya ingin memata-matai. Bukannya juga tak percaya. Ia hanya takut istrinya menghilang seperti dulu. Ia juga takut terjadi sesuatu pada istrinya. Jadi setidaknya dengan ini, akan dapat memantau keberadaan istrinya. Sebab kan istrinya selalu membawa ponsel. Walau kadang lupa menaruhnya di mana. Ya itu adalah khas istrinya. "Tidur, love." Ia menepuk-nepuk sisi di dekatnya. Fara menaruh ponselnya di atas nakas lalu berbaring tepat di sebelahnya. Akhir-akhir ini suaminya mengurangi lembur di ruang kerja. Karena khawatir dengannya. Ya memang sudah mendekati meski belum ada tanda-tanda. "Ayang tahu gak?" "Apa?" Fara melirik ke arahnya lantas menarik nafas dalam. "Aku kayaknya belum jujur deh sama satu hal." "Satu hal apa?" "Sebelum aku menikah sama ayang......," Farrel berdeham sebagai responnya. "Ada temen kuliahku yang nyatain perasaannya padaku." "Siapa?" "Ya ada lah. Intinya dia cuma pengen jujur gitu. Bukan berarti nawarin sesuatu atau gimana." "Siapa?" "Ayang gak tahu juga orangnya yang mana." "Siapa?" "Iisssh. Gak penting juga. Yang perlu ayang dengerin sekarang adalah aku ngerasa agak keganggu." Farrel mengulurkan tangannya. Meminta ponselnya. Fara menghela nafas. "Tapi jangan dijahatin." "Kalo dia gak ganggu, aku juga gak akan jahat, love." Fara mengerucutkan bibirnya. Ia terpaksa mengambil lagi ponselnya. Lalu sama-sama melihat apa yang dilakukan suaminya. "Dia ngirim pesan?" "Heum." "Yang mana kontaknya?" "Itu tuh." "Yang mana, love?" "Yang namanya Sariayu." Farrel mendelik ke arahnya. Ia terkekeh-kekeh. Bukan kah ini bentuk pengelabuan? Istrinya cerdas sekali. Hahaha. Pantas ia tak pernah curiga. Waah kalau begini, ia benar-benar harus mengecek semuanya dengan detail. "Ya kan nanti biar ayang gak salah paham." "Ini gak jujur namanya." "Aku gak tahu kalau bakal ngeganggu banget." "Chat-nya biasa aja noh, love. Nanyain kamu eh enggak. Ini terlalu sering." "Iya kan?" Farrel berdeham. "Besok aku hubungi orangnya." "Tapi jangan jahat loh." "Yaaa." Lalu Farrel menaruh ponsel itu di dekat ponselnya, di atas nakas dan bersebelahan. Kemudian lelaki itu memiringkan tubuh ke arahnya. Tangannya mengelus-elus perut Fara yang benar-benar besar itu. "Aku mau kenalin kamu ke publik dengan lebih jelas." Fara terdiam. Selama ini kan masih simpang siur. Orang-orang hanya dibiarkan menebak. Meski mungkin beberapa sudah tahu. Tapi masih belum banyak yang percaya. Semua orang mungkin beranggapan kalau tidak ada yang istimewa dari sosok istrinya. Istrinya cantik tapi pasti kalah dengan perempuan-perempuan lain di luar sana. Namun apakah Farrel perduli dengan hal itu? Tentu saja tidak. "Keberatan?" "Ayang gak malu?" "Kenapa harus malu?" "Aku kan bukan siapa-siapa ayang." "Kamu istrinya Farrel Adhiyaksa." "Ah ya, benar juga." Farrel tersenyum kecil. Ia mengecup keningnya. "Bukan kah love pernah mengatakan kalau manusia tak punya apa-apa? Jadi tak masalah karena yang terpenting tak lupa jika punya Allah yang Maha Besar?" Fara tersenyum kecil. Ya suaminya benar soal ini. Kenapa pemikirannya sempit sekali? "Allah juga akan melindungiku." Farrel mengangguk tipis. Tentu saja. "Tapi kenapa? Pasti ada alasannya kan?" Farrel mengangguk lagi. Selain urusan dengan cowok-cowok yang mungkin menaruh hati pada istrinya, ia lebih ingin mengenalkan istrinya saja. Agar para perempuan juga tak berani mengusiknya. Apakagi kan orang-orang baru yang mungkin belum mengenalnya. Mereka sering salah kaprah. Meski sudah ada cincin di jari manisnya. "Aku ingin lebih terbuka soal kamu. Sisanya kita rahasiakan. Aku juga sudah menyelesaikan sebuah buku, love." Kening Fara mengerut. "Buku?" Farrel mengangguk. "Sedikit bercerita tentang pertemuan kita namun sebagian besarnya bercerita tentang apa yang telah aku capai selama ini." Fara mengangguk-angguk. Ia senang mendengarnya. Tanpa tahu kalau masih ada hal yang menganggu pikiran suaminya. Tapi ia tak ingin Fara terbawa-bawa. Ia tak mau Fara terbebani. Lebih baik fokus pada kelahiran anak-anak mereka yang akan banyak ini. Shabrina. Mau sampai kapan gadis itu akan menganggunya? Nah itu. Kini ia bahkan sedang berdiri menatap jendela apartemennya. Masih berpikir banyak hal. Apalagi yang perlu ia lakukan untuk menghancurkan hidup mereka? Beberapa episode seriesnya belum mempan. Mereka justru tampak bahagia. Karena ia melihat sendiri kemarin-kemarin. Saat sengaja datang untuk melihat ke area komplek rumah mereka di mana Farrel dan Fara tampak berjalan-jalan sore berdua. Padahal dulu? Itu adalah sesuatu yang tak pernah terjadi. Karena kehadirannya di rumah itu kah? Perempuan itu menjadi terusik? Kalau sekarang, ia tak akan masuk ke dalam rumah itu lagi. @@@ Kemarin sudah datang eeeh ternyata saat Keera hendak kembali ke rumah, ia malah datang lagi. Ya siapa lagi kalau bukan Ardan? Cowok sableng itu memang begitu. Rajin sekali untuk urusan semacam ini. "Gak kerja kamu?" Jihan tentu saja terheran-heran. Masa seorang penerus perusahaan tidak sibuk? Pasti sibuk kan? "Biasa lah, tan." Jihan hanya terkekeh-kekeh saja. Ya woles lah. "Tante titip Keera bentar ya?" Ardan mengiyakan. Jihan ke bagian administrasi untuk mengurus persoalan asuransi. Ya kan suaminya bekerja di Manggala Coorporation yang tentu saja terhubung dengan rumah sakit ini. Tak perlu membayar karena ada tanggungan asuransi. Tapi tetap harus diurus segala sesuatunya. Sementara Ardan membantu Keera memhemasi beberapa barang. "Lo koas lagi besok?" "Tiga hari lagi, bang." Ardan mengangguk-angguk. Ia tak memberitahu para sepupu yang lain sih soal Keera yang sakit. Takutnya kan gadis ini tak nyaman. Lagi pula ia juga tahu kenapa Keera menghindar meski gadis itu tak menceritakannya secara gamblang. Tak mudah berada di posisi Keera. Ia tahu itu. Ia juga pernah merasakan hal yang sama. Ia mungkin masih bisa menghadapi Talitha dan keluarganya. Apalagi mereka tinggalnya memang tak begitu jauh dari rumahnya. Masih dalam satu komplek yang sama. Kemungkinan untuk bertemu dengan keluarga Talitha akan jauh lebih besar dibandingkan dengan Keera. Tapi mungkin dari segi kemunculan di berbagai pemberitaan, Keera pasti akan lebih banyak terpapar informasi dari sana dibandingkan dengannya. Ia tak bermaksud membandingkan. Tapi hanya berusaha memposisikan sebagai seorang perempuan yang patah hati karena Keera. Lalu Ardan tahu dari mana kalau ada kemungkinan besar Keera masih patah hati? Kemarin kan ia mendengar cerita sedikit dari ibunya Keera. Jihan memamg cukup terbuka dan ia juga tahu kalau Ardan akan memahami hal itu. "Kalau ada apa-apa atau butuh apa-apa, lo hubungi gue aja." Begitu pesan Ardan sebelum Keera naik ke dalam mobil dan berpamitan. Gadis itu jelas termenung. Yaaa tak menyangka kalau masih ada yang perduli. Sebetulnya masih banyak yang perduli padanya. Ia saja yang terlalu menutup diri. Ardan juga dari dulu memang sebaik itu andai para perempuan bisa melihat sisi itu dibanding wajah lawaknya. "Anak itu gak pernah berubah." Begitu tukas mamanya. Yaaaa mamamya memang benar sih soal Ardan. Cowok itu memang sedari dulu begitu. "Masing-masing orang di dalam hidup pasti ada masalah. Pasti punya masalah. Tergantung bagaimana menyikapinya. Dan si Ardan juga sama tuh." Tapi Ardan mungkin punya cara tersendiri untuk menyikapi persoalan itu. Yang jelas berbeda dengan Shakeera. Ardan masih kuat. Ardan masih bisa fokus pada hal-hal lain. Ardan tak pernah mau memusingkan hal-hal yang belum terjadi. Seberat apapun masalahnya, Ardan terkesan menyembunyikan perasaannya. Karena entah kenapa, ia selalu mendahulukan perasaan orang lain. Selalu mendahulukan untuk dapat membsntu orang lain. Itu lah Ardan. Lama-lama Shakeera jadi berpikir. Bagaimana Ardan dapat bertahan? Maksudnya, ia juga tahu kan kalau Ardan juga pernah mengalami patah hati yang sama dengannya. Lusa abang ada waktu gak? Ia akhirnya mengirim pesan lebih dulu. Tadinya sih mau memutuskam hubungan saja karena Ardan tentu ada keterkaitan dengan masa lalunya. Tapi kalau ia pikir-pikir lagi, ia justru seharusnya belajar dari Ardan. Jika Ardan bisa sesantai itu menjalani semuanya lantas kenapa ia bahkan harus mengorbankan diri? Itu adalah jalan terbodoh sebenarnya. Perbedaan Ardan dan Keera adalah Ardan mampu melihat segala sesuatu yang buruk dari sudut pandang yang berbeda. Biarpun slengekan, ia tetap percaya pada Allah kalau Allah tak pernah memberikan takdir yang buruk. Iya kan? Nah saking yakinnya ia tak pernah khawatir meskipun sampai saat ini belum ada satu perempuan pun yang melekat di hatinya. Karena ia tahu mungkin ini memang belum saatnya. Mungkin Allah ingin ia lebih fokus pada pekerjaannya. Ya alih-alih mengurusi jodoh yang belum juga terlihat hilalnya. Mau makan bareng? Keera mengiyakan. Ya barangkali Ardan setidaknya dapat menghibur hatinya. @@@ Sebetulnya Shabrina sudah tak sabar menunggu sang pembawa acara untuk segera mengundang masuk tamu lain. Tamu yang sudah ia nantikan sejak semalam kedatagannya. Yeah ia kan mengundang ke apartemennya semalam tapi tak digubris juga. Kalau cowok-cowok lain pasti dengan senang hati datang. Apalagi ia memawarkan untuk menginap. Bukan kah itu adalah undangan yang sangat istimewa? Lalu kini suara kembali riuh karena seseorang yang tadinya ia hanya bayangkan kini telah hadir di depan mata. "Ini lah Farrel Adhiyaksa! Pengusaha muda yang masuk Forbes 30 Under 30! Wuuhuuu!" Shabrina menoleh ke arahnya dengan senyuman yang mengembang. Apalagi lelaki itu duduk di dekatnya. Dengan senang hati ia memegang lengannya dan menempel di dekatnya. Yaaa bukan kah itu sebuah keistimewaan? Karena Shabrina tak pernah memberikan kesempatan itu untuk laki-laki lain bukan? Ia hanya berikan kesempatan itu pada Farrel. "Giiiiiirlsss! Gila sadis banget ini cocoknya!" seru sang pembawa acara. Netizen jelas langsung riuh. Apalagi fans-fans Farrel dan Shabrina yang memang sudah lama saling menjodohkan idolanya masing-masing. Wohooooo. "Jadi, ini banyak banget yang DM kita sebenarnya. Katanya pada penasaran dengan kisah awal kalian bertemu. Nah, coba nih Kak Shabrina dan Mas Farrel, cerita-cerita dong tentang awal pertemuan kalian berdua!" pinta si pembawa acara. Suasana studio jelas langsung riuh. Bagian ini adalah yang paling ia nantikan. Ia mencoba menjawabnya meski agak-agak tak komsentrasi karena Farrel berusaha menarik lengan darinya "Pertemuan pertama kali kami itu adalah sewaktu ada suatu acara di Senayan. Mah Farrel juga diundang dan aku kan nemenin pak presiden. Terus dikenalin sama Mas Dava yang kebetulan temen deketnya Farrel juga. Jujur sih, aku yang tertarik duluan sama dia sampai akhirnya kita jalan kayak gini," ceritanya yang tentu saja mengundang keriuhan. Tanpa tahu apa yang dirasakan Farrel sebenarnya dan juga adegan yang ingin menarik lengan berkali-kali. Tapi Shabrina benar-benar menahannya dengan kuat. "Sebetulnya sosok Mas Farrel ini bagaimana sih, kak? Menurut kak Shabrina sendiri gitu?" Shabrina tersenyum kecil. "Farrel itu sebenarnya romantis tapi kelihatannya aja pendiam begini," jawabnya lantas melirik ke arah Farrel dengan senyuman cinta yang membuat semua orang menggila seketika. "Terus dia tuh gentleman banget. Aku kan biasanya pakek baju kayak gini kalau ketemu dia ya. Dan kalau duduk, dia selalu ngasih jasnya ke aku buat nutupin bagian bawah ini," pamernya. Yang yaah tak usah diceritakan lagi bagaimana riuhnya. Lalu gantian sang pembawa acara yang melempar pertanyaan pada Farrel tentang sosok Shabrina di matanya. Lantas apa jawabannya? "Baik." Shabrina sudah menduga itu. "Yang lainnya ada gak, Mas? Masa cuma baik sih?" Ia langsubg memotong dari pada membawa petaka. "Dia memang begitu kalau ditanya soal. Dia kan kaku dan pendiam ya, kelihatan kan?" jawabnya sambil menatap Farrel penuh cinta. Tangannya semakin erat menggandeng lengan Farrel. "Tapi biasanya gak begituuu deh. Iya kan guuys?" teriak salah satu penonton. @@@ Sudah beberapa hari ia berada di sini. Di sebuah apartemen milik kedua orangtuanya. Tentu saja tak mudah memiliki properti di Singapura. Mengingat range harganya yang sudah dipastikan lebih mahal. Lantas orangtuanya mampu membeli? Ohoo bukan kah itu hal yang sangat mudah? Maksudnya kan setiap jabatan itu pasti memiliki kewenangan tertentu. Berada di posisi ayahnya yaaa pasti sangat mudah untuk melakukan hal semacam itu kan? Bermain dengan kewenangan untuk membuat keuntungan pribadi. Wohooo. Terlalu mudah untuk dilakukan. Lantas percaya kah kalau ada hubungannya perilaku anak dengan apa yang masuk atau yang dimakan hingga akhirnya masuk ke dalam tubuhnya? Mungkin salah satu penyebab akhlak seorang anak tidak bagus adalah apa yang masuk ke dalam tubuhnya. Bahkan Rasulullah juga pernah mengatakannya bahwa 'setiap daging yang tumbuh dari sesuatu yang haram, maka neraka lebih berhak atasnya.' Bukan kah itu terdengar menyeramkan? Yaa mamanya Nisa mungkin tak berpikir kalau apa-apa yang mereka berikan itu dapat mempengaruhi. Hanya berpikir telah maksimal dalam mengusahakan segala hal untuk Nisa. Mungkin sebagian besar orangtua juga begitu. Mungkin mereka mengira kalau perilaku anak itu tidak ada hubungannya dengan hal itu. Mungkin hanya mengira kalau perilaku anak itu yaaa karena urusan turunan orangtuanya. Padahal pasti ada kok yang mungkin tidak begitu. Kan terkadang ada juga yang orangtuanya baik tapi perilaku anaknya lebih dari iblis. Siapa? Anaknya Nabi Adam yang pernah membunuh saudaranya sendiri. Padahal kedua orangtuanya adalah orang-orang yang taat bukan? Tapi aah entah lah. Kalau sampai diusir dari surga karena tidak mengindahkan larangan Allah bagaimana? Mungkin bisa dikatakan khilaf? Karena setelah itu, Nabi Adam dan Hawa benar-benar bertobat bukan? Lalu ada kemungkinan apalagi dalam hal ibunya Nisa yang rajin beribadah tapi kok tak ada yang berubah? Ia rajin mendoakan anaknya tapi semakin besar malah semakin menjadi. Ada apakah? Bisa jadi ada hubungannya lagi dengan apa yang masuk ke dalam tubuhnya. Karena yang makanan halal atau haram akan berdampak pada ditolak atau diterimanya sebuah doa. Rasulullah juga pernah mengatakannya, 'jika seseorang berangkat untuk melakukan ibadah haji dengan harta yang baik, maka tatkala ia menjejakkan kakinya di kendaraannya, tatkala dia mengucapkan talbiyyah, langsung ada suara yang menjawab (mendoakan) dari langit: selamat datang dan kebahagiaan buatmu. Harta yang engkau pergunakan (untuk ibadah haji) adalah harta halal, dan kendaraanmu halal, maka hajimu termasuk haji mabrur tidak termasuk (yang berdosa). Dan jika seseorang berangkat untuk melakukan ibadah haji dengan harta yang tidak baik (haram), maka tatkala ia menjejakkan kakinya di kendaraannya, tatkala dia mengucapkan talbiyyah, langsung ada suara yang menjawab (mendo’akan) dari langit: Tidak ada pangilan buatmu dan tidak ada kebahagiaan buatmu. Harta yang engkau pergunakan (untuk ibadah haji) adalah harta haram, dan kendaraanmu haram, maka hajimu termasuk haji yang tidak mabrur (termasuk yang berdosa/ditolak).' Sabdanya itu diriwayatkan oleh Thabrani. Iya kan? Yaa andai ibunya Nisa berpikir sampai ke sana ya? Tapi mana mungkin terpikir apalagi dengan kondisi menyedihkan? Ia bahkan baru bisa terbang hari ini untik memastikan keadaan anaknya di Singapura sana. Ia menarik nafas dalam. Hidupnya memang rumit ketika kini menyadari kalau ia telah salah dalam memilih pasangan hidup. Manusiawi karena penyesalan selalu diakhir? Mungkin. Andai ia bisa hidup dengan lebih sederhana dan tak mementingkan gengsi mungkin akhirnya tak akan begini. Yaa segala kemungkinan itu ada. Tapi ia sudah tak bisa berbuat apa-apa kalau sudah begini. Sudah takdirnya? Kadang ada takdir-takdir juga yang bisa diubah bukan? Karena Allah memberikan kesempatan untuk berusaha. Termasuk urusan rezeki ini. "Nisa bagaimana?" Ia bertanya pada supirnya begitu tiba di Singapura dan dijemput dengan mobil. "Masih aman, bu." Aman tapi tak melegakan. Ia bahkan tak bisa mengupayakan untuk mengobati anaknya yang sakit. Anaknya perlu sembuh. Tapi ia juga bingung bagaimana caranya untuk membuatnya kembali menjadi seorang Nisa yang lebih baik. @@@
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD