Farrel berdeham. Cowok itu baru saja tiba di kantornya. Ia berjalan menuju lift tapi semua orang menatapnya. Ya sudah biasa. Ia tak merasa jika itu adalah sesuatu yang ganjil. Jadi ia hanya berjalan menuju lift sembari melihat jam tangannya sesekali. Begitu ia masuk lift, semua orang kembali meneruskan pemberitaan yang heboh sepagi ini di acara gosip. Tadi sempat muncul di layar televisi yang ada di lobi kantor. Bagaimana mereka semua tak kaget? Berita apalagi yang muncul?
Ohoho. Video Shabrina yang mabuk-mabukan dan memanggil-manggil Farrel. Video yang berasal dari beberapa tamu di diskotik itu menyebar luas. Bahkan ramai dibicarakan oleh netizen. Mereka mulai menduga-duga kakau ada kemungkinan besar Shabrina masih mencintai Farrel dan tentu saja sakit hati karena diceraikan. Lalu apa pendapat para karyawan Farrel pagi ini?
"Masih sayang?"
"Yang cewek ke si cowok atau yang cowok ke si cewek?"
"Yang cewek lah. Mana mungkin pak Farrel masih sayang kalau dicerain gitu?"
Yang lain mengangguk-angguk.
"Lagian si Aswin juga bilang kalo bos kita gak suka sama si Shabrina."
Mereka mengangguk-angguk lagi. Percaya karena Aswin yang bicara. Yeah selama pernikahan Farrel kacau, Aswin satu-satunya orang yang paling tahu bagaimana perubahan bosnya setelah menikah sebelum kekacauan terjadi. Semua karyawan di kamtor tentu saja mengerumuninya. Mereka ingin tahu bagaimana kejadian yang sebenarnya. Dan Aswin dengan senang hati menceritakannya karena rak mau ada fitnah pada bosnya ataupun istri dari bosnya.
"Lo udah pernah lihat langsung istrinya bos, Win?"
Dan di jam istirahat makan siang ini pun, ia kembali dikerumuni.
"Beberapa kali," jujurnya. Karena ia yang paling sering ikut Farrel ke mana-mana.
"Cakep, Win?"
"Iya lah. Seleranya si bos, yang solehah gitu deh."
Teman-temannya mengangguk-angguk. "Shabrina bener-bener gak masuk list dong?"
"Ya kan seperti yang pernah gue ceritain dulu. Bos tuh risih kalo dia datang. Ada aja caranya biar si bu Shabrina gak bisa masuk. Tapi banyak juga caranya si bu Shabrina buat masuk ke ruangannya."
Yang lain mengangguk-angguk lagi. Yeah saking penasarannya dengan asmara Farrel. Soalnya, yang beredar di kalangan netizen akhir-akhir ini kan bersebrangan dengan fakta yang dibawa Aswin. Apalagi netizen memang lebih banyak mendukung Shabrina dan Farrel. Karena yaaa yang diketahui khalayak sejak dulu memang keduanya. Jadi aneh juga bagi mereka saat tahu Farrel tiba-tiba menikah dan boom bukan bersama Shabrina.
Tapi Aswin sudah tak kaget. Ia setidaknya sempat diberitahu Farrel kalau sudah melamar perempuan dan wajah bosnya sumringah. Ia jadi takut waktu itu. Takut bosnya naksir dia. Hahaha. Aneh saja bagi Aswin waktu itu karena melihat Farrel mesem-mesem begitu melihat ponselnya. Eh ternyataa lagi jatuh cinta.
Sementara sekarang Ferril justru sedang tertawa. Farrel ikut makan bersamanya, Ando, Ardan, Adit, dan Juna. Yeah tidak ada Darren karena cowok itu sednag ke Hongkong.
"Jadiin lagi aja, bang, bini kedua. Masih belum move on tuh kayaknya."
Ia ditoyor Adit dan Ardan karena berbicara sembrono. Juna tertawa-tawa. Yeah, sudah tak heran dengan omongan Ferril yang memang selalu sembrono sejak dulu. Tak pernah mau mengerem mulutnya. Selalu berkata seenak hatinya.
"Tahu lu. Dikunci entar lu," dumel Adit.
"Itu sih elu, bang."
Mereka terbahak. Memang pernah Adit tidur di markas karena tidak diizinkan masuk ke rumah. Hahaha. Terlalu sering bekerja membuat Dina kesal setengah mati padanya. Istrinya kan tega. Hahaha. Kalau Ferril? Wohoooo, ia punya srribu cara untuk meluluhkan hati Echa. Jadi istrinya selalu tertipu. Hahaha.
Farrel tentu malas membicarakan soal Shabrina. Meski akhirnya itu memang tak terhindarkan. Ia sibuk berkirim pesan dengan istrinya. Ya bagaimana pun ia pasti khawatir. Takut berita itu sampai ke telinga istrinya. Kabar media massa kan sangat cepat berkembang. Bahkan narasinya mengerikan. Lihat saja pemberitaan saat ini. Di mana Shabrina disebutkan merindukan Farrel. Lalu ada juga yang mengatakan kalau Shabrina dijemput Farrel dari diskotik. Padahal Fara jelas tahu di mana keberadaan suaminya semalam. Di mana? Tentu saja di sampingnya. Mereka pulas bersama. Lalu bisa-bisanya pemberitaan membuat fitnah seperti itu.
Lebih parahnya adalah netizen percaya. Sungguh percaya kalau Shabrina dibawa Farrel keluar dari diskotik. Bahkan ada yang menyebarkan video dan mengatakan kalau ia melihat Farrel dan Shabrina masuk ke hotel. Bukan kah itu lucu? Lantas Shabrina bagaimana?
Gadis itu hanya tertawa menonton semua pemberitaan yang menurutnya begitu lucu. Yeah kebahagiaannya akhir-akhir ini justru dikarenakan omongan yang aneh-aneh dari netizen. Termasuk pemberitaan tentangnya dan Farrel yang masuk ke dalam hotel bersama. Padahal di dalam video itu hanya merekam isi lobi sebuah hotel. Tak ada ia maupun Farrel. Tapi anehnya, semua orang percaya. Sampai akhirnya banyak yang berdemo dipostingan Farrel. Memintanya agar menceraikan istrinya dan kembali rujuk dengan Shabrina. Asal tahu saja, Farrel bahkan sudah mentalak tiga Shabrina. Ia tak berniat kembali pada Shabrina sekalipun Shabrina telah menikahi kemudian bercerai dengan lelaki lain.
Itu adalah bentuk komitmen Farrel. Dan tidak hanya berlaku pada Shabrina tapi juga perempuan-perempuan lain yang mencoba untuk menjerumuskannya. Farrel jelas marah besar saat tahh dipermainkan sejak awal. Bahkan wajah Shabrina tak tampak kaget dengan usia kehamilannya waktu itu. Bagaimana mungkin Farrel tak marah? Lalu kini apakah Shabrina benar-benar bahagia dengan segala pemberitaan ini?
Tidak. Kenyataannya memang setragis itu. Lalu untuk apa ia melakukan segala hal sejauh ini? Kalau tak ada apapun yang ia dapat?
Ohoo. Baginya tentu saja ada. Apalagi setelah episode kedua ditayangkan nanti. Di mana pada episode kedua itu diceritakan mengenai pernikahan Rafael dengan Aminah. Lalu Natasha yang ditinggalkan begitu saja tampak kesakitan. Apakah semua orang akan bersimpati padanya?
Itu lah yang ia tunggu-tunggu.
@@@
Sepenggal kisah hidup Latifah yang pernah melalui masa-masa yang mengerikan ternyata membuat Shakeera sedikit tersentuh. Latifah waras. Tidak dalam keadaan patah hati sepertinya. Tapi dipaksa untuk berbuat seperti karena tuntutan ekonomi. Caranya memang salah tapi setidaknya ia sudah bertobat sekarang. Lihat caranya menutup aurat sekarang justru membuat Shakeera terkesan. Dan setidaknya membuat Shakeera cukup nyaman dengan keterbukaannya. Lagi-lagi, ia juga tak ingin menceritakan aibnya. Hanya ingin menjadikan ini sebagai sebuah pembelajaran yang bisa diambil oleh Shakeera. Hidupnya jauh lebih berharga.
"Dari sekian banyak lelaki itu, Keera. Akhirnya ada satu yang benar-benar aku cintai. Usianya kala itu 35 tahun. Masih tergolong muda. Dia sudah punya istri yang yaah bahkan salah satu anggota DPR RI. Anak-anaknya begitu manis dan lucu-lucu. Istrinya juga sangat cantik karena dulu sempat menjadi salah satu finalis Puteri Indonesia. Dan aku tertarik dengan lelaki itu karena kepribadiannya. Tampak baik. Ya dulu aku menilainya tampak baik. Tapi mana ada laki-laki yang baik kalau ia mengkhianati istrinya?"
Shakeera terdiam mendengar itu. Bukan kah ia benar?
"Dan kalau ada pelakor yang mengatakan dirinya baik bahkan setelah merebut kepemilikan perempuan lain sekalipun ia menutup auratnya, sekalipun ia bercadar, tapi kalau istri pertama bahkan tak tahu pernikahan kedua suaminya, apanya yang baik?"
Keera makin terdiam. Ucapannya penuh makna. Karena Latifah pernah menjadi itu. Yaa masih tergoda waktu awal-awal ia berhijrah. Karena saking cintanya pada lelaki itu. Awalnya, ia memang benar-benar tobat. Sudah memutuskan hubungan dengan lelaki itu. Tapi lelaki itu mencarinya. Setelah melihat perubahannya, ditawarkan untuk poligami. Ia sempat mau?
Ya. Sempat menikah siri dengan lelaki itu. Alasannya? Yaa yang penting sah di hadapan Allah. Tidak lagi berzinah. Tapi ternyata caranya masih salah. Poligami tidak berlandaskan nafsu seperti itu. Poligami yang dilakukan oleh Rasulullah tidak seperti itu. Poligami adalah ilmu yang sangat tinggi bahkan mungkin paling tinggi di dalam dunia pernikahan. Bagaimana mungkin hanya sekedar mau dan sah lalu poligami bisa diterapkan dengan mudah begitu saja. Alhasil menjadi bumerang sendiri baginya. Dan hingga sekarang pun, Latifah menyesalkan itu. Sungguh sangat menyesalkan itu.
"Apa baiknya diri kita kalau kita bahkan pernah terpikir untuk merebut kepemilikan orang lain?"
Kata-kata itu ternyata sanggup mengguncang hati Keera. Ia terdiam. Benar-benar tak menyangka kalau akan mendapat pembelajaran yang sangat berharga dari kisah Latifah. Yaa Latifah memang mendapat bocoran dari dokter Aisha kalau Shakeera sakit hati. Yaaa orang yang disukai menikahi perempuan lain. Bukan kah itu perih?
Latifah tidak bermaksud menyinggungnya. Bahkan ceritanya juga jauh dari itu. Tapi ia hanya ingin Shakeera melihat hidup dari sisi yang lain. Jangan hanya dari sisi hidupnya yang tersakiti. Namun sisi yang ingin Allah perlihatkan hikmahnya baginya. Sisi itu. Lantas apa yang ingin Allah perlihatkan dari apa yang dialami oleh Latifah?
"Aku belajar kalau cinta itu ada aturannya. Aturan Allah. Tidak semua cinta dipersatukan. Kalau pun bersatu dalam ikatan pernikahan seperti yang pernah aku alami, pasti ada hikmah yang aku dapat. Apa? Aku jadi tahu bahwa apa yang aku lakukan salah dan ternyata sangat menyakiti perempuan lain. Apa baiknya aku melakukan itu? Meski di sisi lain, aku berusaha memperbaiki diri dan menutup auratku. Namun ternyata aku tak punya nurani terhadap perasaan orang lain. Bukan kah itu sama saja dengan manusia yang kejam? Karena ia bahkan rela menyakiti saudaranya demi kesenangan semu?"
Kini Keera menyandarkan tubuhnya. Benar-benar tak menyangka kalau pikirannya mungkin akan cukup terbuka seperti ini. Mencoba menilai hidup dari sisi orang lain. Meski orang itu tidak kita sukai.
"Kenapa?"
Mamamya bertanya. Sejak masuk ke dalam mobil, ia hanya menghela nafas.
"Capek?"
Ia hanya berdeham. Ya memang belum banyak bicara tapi setidaknya beberapa hari ini Jihan cukup tenang. Karena Shakeera tak kabur lagi. Rajin koas. Itu baginya sudah sangat cukup. Dan andai ia bisa melihat sisi ini. Sisi mamanya yang sedih akan dirinya yang terus menjadi pendiam seperti ini. Ia tentu saja sangat rindu pada Shakeera kecil yang begitu bawel dan sering menceramahi papanya. Ia rindu Shakeera kecil yang kerap menganggunya ketika ia sedang masak. Ia rindu Shakeera kecil yang selalu membuat Arga kesal karena keusilannya. Ia rindu Shakeera sebagai anak yabg begitu aktif. Tidak sependiam sekarang. Kaeena jelas jauh dari kepribadiannya.
"Mama beli lauk sebentar."
Ia hanya mengangguk dan membiarkan mamanya keluar. Mobil terparkir di depan restoran Padang. Yeah makanan kesukaan keluarga di rumah. Shakeera melirik ke arah kiri lalu tiba-tiba melihat seorang anak kecil mengejar kelerengnya yang jatuh dan bergelinding menuju jalan raya. Reflek, ia turun dari mobil lalu mengejar bocah lelaki itu dan boom......
Suara menggelegar itu membuat semua perhatian teralihkan. Jihan belum sadar. Perempuan itu masih membayar makanan yang dibelinya. Hingga ia memanggil-manggil anaknya karena pintu mobil terbuka dan anaknya tak di sana. Ia kira anaknya hanya menonton. Ia kira begitu. Tapi ternyata anaknya yang terkapar di tengah jalan dan itu langsung membuatnya histeris.
@@@
Terapi pertama dicoba namun tak berhasil. Tak ada respon. Nisa justru tertawa-tawa dan terakhir hampir menjambak rambut sang psikolog. Hal yang tentu saja membuat gaduh. Gadis itu berlagak gila. Ia tidak benar-benar gila. Ya mungkin kewarasannya memang hampir hilang tapi ia masih tahu apa yang orang bicarakan dan ia marah karena diperlakukan seperti orang gila. Bagaimana mungkin ia tak marah?
Di rumah, ia marah pada papanya karena terus membiarkan para dokter memberikan suntikan pada tubuhnya. Ia merasa seperti pecandu obat bius. Padahal ia tidak begitu. Lalu kini, ibunya yang mencoba mengobatinya tapi ia merasa seperti sedang dikira sakit mental. Yaah walau memang benar mentalnya terganggu. Tapi belum separah yang orang kira. Ia pura-pura gila karena muak pada mereka. Ia muak dengan segala hal yang terjadi padanya. Ia juga marah. Tidak ada kah yang ingin memperlakukannya dengan lebih manusiawi?
Begitu kedua orang itu keluar dari kamarnya, ia bergerak cepat. Mengambil beberapa pakaian dan uang lalu dimasukkan ke dalam tas. Apakah ada orang gila yang bisa melakukan hal ini? Nah itu lah jawabannya. Ia tidak segila yang orang tahu. Tapi ia bisa berlaku lebih gila kalau terus menerus diperlakukan seperti orang gila.
Saat malam tiba, ia mulai bergerak. Ia biarkan mamanya mengunci pintu kamar. Ya akan ada cara lain untuk pergi dari sini bukan?
Ia melihat jendela lalu melihat ke bawah. Lantai dua. Maka dengan tirai panjang, ia ikat-ikat kemudian ia lempar ke bawah. Ia mengenakan tasnya lalu bergerak turun. Bukan kah ia cukup lihai?
Ia sudah terbiasa melakukan ini sejak kecil. Hidup terkekang itu sungguh tak enak. Papanya sering menguncinya seperti itu dan itu membuatnya banyak belajar tentang cara melarikan diri dari berbagai kurungan yang papanya pernah lakukan. Dan untuk urusan ini? Sungguh sepele.
Ia tiba di bawah lalu berlari menuju gerbang. Tak ada penjaga walau ada CCTV. Setidaknya ia bisa naik lalu kabur. Kemudian ia akan ke mana?
Ia akan mencari keberadaan orang itu. Gadis itu. Meski ia tak tahu di mana gadis itu berada. Satu-satunya cara membuat Hamas berhenti mengejar gadis itu adalah dengan membunuhnya bukan?
Dan tujuannya adalah Depok. Meski kini ia malah bersembunyi. Menghindari beberapa lelaki di kejauhan sana. Tubuhnya mendadak gemetar saat melihat mereka. Responnya benar-benar tak terduga. Hingga malah membuatnya tak bisa menahan atau pun melawan ketakutannya sendiri. Ia justru kembali berbalik menuju villa mamanya. Penjaga yang tadi sempat pergi membeli ubi cilembu jelas kaget melihatnya. Ia bahkan kembali dibawa ke rumah dan membuat mamanya histeris saat tahu ia kabur. Ya gagal. Ternyata ia tak bisa menangani traumanya akan hal itu.
@@@
"Awas ya, mas kalo dia gak datang lagi," ancamnya. Ini bukan hanya sekali dua kali ketika ia berakhir di dalam salah satu ruangan dari restoran yang telah di-booking. Bukan kah itu mengesalkan?
Dava terkekeh-kekeh di seberangnya. Lelaki itu juga memantau kedatangan Farrel. Kalau sudah datang, pasti akan ia beritahu. Dan kali ini, ia tidak memberitahu Farrel soal rencana yang sebenarnya. Karena sebelumnya saat ia beritahu, cowok itu benar-benar menolak. Padahal apa yang salah dari Shabrina?
Shabrina cantik, cerdas, dan waw seksi. Semua lelaki mengejar tubuhnya. Masa Farrel tak tergoda? Hohoho. Baginya itu terlalu munafik saja. Cowok yang tak suka tubuh seksi perempuan itu.....benar-benar tak ada. Dan apakah Farrel memang benar tidak menyukai perempuan bertubuh seksi?
Sebagai seorang lelaki, nalurinya sudah pasti begitu. Tapi cowok itu menjaga dirinya. Kalau mau, ia akan rela melihat istrinya nanti. Bukan melihat perempuan yang bahkan bukan menjadi apa-apa darinya. Ia tidak mau melihat sesuatu yang bisa dinikmati oleh orang banyak. Itu adalah alasan pertamanya kenapa ia sama swkali tak tertarik pada Shabrina. Ya, karena tubuh gadis itu pasti sudah dilihat orang banyak meski tidak harus bertelanjang bukan? Dari gaya pakaiannya yang sellau seksi dan terbuka itu saja sudah cukup bagi lelaki untuk membayangkan bagaimana yang ada di baliknya.
Ketika ia melihat mobil Farrel masuk ke area parkiran, ia segera mengirim pesan pada Shabrina.
Dia udah sampe di parkiran. Sukses, Shaaab!
Shabrina tersenyum kecil begitu membacanya. Ia sudah tak sabar menunggu Farrel. Lalu berpikir banyak tentang apa yang hendak ia bicarakan dengan Farrel. Membayangkan mereka hanya berdua di dalam ruangan ini pun sudah sangat menyenangkan baginya. Ia rela jika dibawa Farrel ke kamar hotel setelah ini. Asal Farrel takhluk kepadamya. Ia murahan?
Oh tidak, girls. Baginya, ini justru elegan. Para lelaki pasti sangat menyukai ini dan ia yakin Farrel pun sama. Lalu tak lama, ia mendengar suara langkah kaki. Tampaknya lelaki iu sudah masuk bukan?
Ia mengintip dari bilik pintu itu. Ia tentu saja sudah berada di balik pintu lain di dalam ruangan ini untuk menunggu Farrel. Dan untuk ruang privat ini....ia tentu saja tak mengeluarkan uangnya sedikit pun. Dava rela membayarnya demi agar ia bisa mendapatkan Farrel. Farrel tampak bingung begitu masuk. Ya pasti heran karena hanya ada dua kursi yang saling berhadapan. Posisinya terletak di samping jendela. Lalu tak lama, lelaki itu hendak membalik badan, Shabrina terburu-buru memberi kode pada Dava agar pintu segera terkunci dan berhasil?
Ya. Lalu ia keluar setelah sempat mengibas rambutnya. Farrel tergagap. Tapi mata itu jelas menatap ke arahnya. Eeh atau ke arah tubuhnya?
Baju yang dikenanakannya hari ini cukup terbuka dan berhasil mengumbar bahunya yang indah. Berwarna merah marun dan benar-benar mengikuti lekuk ditubuhnya. Berlengan panjang namun gaun yang terbuat dari beludru itu hanya menutupi hingga lututnya serta yaaa tentu saja ada belahan pinggirnya. Yang membuat siapa saja mungkin ingin melihat apa yang ada di baliknya? Atau sudah berkhayal jauh?
Rambutnya terurai panjang hingga pinggang dengan sedikit ikal. Caranya berjalan juga begitu s*****l, pas dengan tubuh seksinya yang diiringi suara heels.
"Aku kira kamu mungkin gak akan dateng lagi," ucapnya santai kemudian duduk dengan anggun di kursi. Ia berlagak seanggun mungkin karena tahu kalau Farrel masih menatapnya. Pasti terpesona bukan?
Ia mengangkat satu kakinya hingga membuat belahan itu benar-benar tampak. Paha mulusnya yang sengaja ia perlihatkan di hadapan Farrel. Lalu ia mengambil daftar menu tanpa melihat Farrel. Tanpa tahu kalah Farrel justru berdiri cemas di dekat pintu. Lelaki itu bahkan berpegangan erat pada gagang pintu.
Shabrina mendongak karena ia tak mendengar suara Farrel. Bahkan cowok itu tak kunjung duduk. Justru berdiri menghadap pintu sambil memegang gagang pintu. Mau keluar? Masa malah keluar sih?
Tak lama, keningnya justru mengerut karena melihat tubuh Farrel bergetar tak biasa. Ada apakah?
"Rel.....," ia memanggil tepat di belakangnya. Menepuk bahunya bahkan tak benar-bensr dekat jarak mereka. Farrel justru terlihat semakin menjadi. Lelaki itu menyembunyikan wajahnya pada pintu, keringatnya mengucur deras bahkan....tangannya yang menutupi kedua telinganya sampai gemetaran dan basah. Seolah tak ingin mendengar suara Shabrjna yang begitu s*****l di telinganya. Bukan kah suaranya indah, Farrel?
Setan terus berbisik agar Shabrina melakukan lebih. Tapi sayangnya Shabrina justru keheranan dengan sikap Farrel yang mendadak seperti ini. Hingga akhirnya ketika ia menyentuh bahunya sekali lagi, itu malah membuat Farrel terjungkal hingga terduduk di lantai dengan tubuh yang gemetar.
Melihat reaksi Farrel samoai segila itu membuatnya cemas seketika. Mau tak mau ia mengambil ponselnya dan segera menelepon Dava untuk menghentikan rencana ini. Bagaimana kalau terjadi sesuatu dengan lelaki ini?
"Mas, bukain pintunya."
"Lah kenapa?"
Awalnya bertanya tapi lama-lama, Dava justru tertawa.
"Gilaaak! Cepet amat! Belum gue booking kamarnya, Shab. Atau si Farrel aja yang booking?"
Ia malah masih sempat mengatakan itu. Shabrina berdesis. Jelas bukan itu maksudnya.
"Bukain aja pintunya."
Mau tak mau Dava mengiyakan. Lalu pintu terbuka dan Farrel berlari ketakutan bagai melihatnya sebagai setan. Shabrina berkacak pinggang. Jelas heran. Ada apa dengan lelaki itu sebetulnya? Apakah ia semengerikan itu di matanya?
Ia berjalan keluar. Sesungguhnya masih mencoba mengejar. Tapi ia melihat sendiri bagaimana mobil Farrel berdecit. Hampir menabrak mobil lain lalu keluar terburu-buru dari area itu. Shabrina menghembuskan nafas. Benar-benar kesal akan rencananya yang gagal.
Ia pulang ke apartemen dengan dongkol. Benar-benar dongkol. Ia melempar sepatunya ke mana saja. Tasnya ditaruh di atas meja lalu ia mengacak-acak rambutnya. Sudah mahal sekali ia membeli baju. Sudah lama sekali ia dandan hanya demi lelaki itu. Tapi semu malah gagal dan lelaki itu? Malah perhi begitu saja seperti orang dikejar setan.
"Kenapa sih?"
Ia bertanya-tanya. Bukan kah ia cantik? Bukan kah ia seksi? Bukan kah dandanannya tak mengerikan? Ia mencoba berkaca di depan cermin. Tak ada yang salah. Lalu apa yang salah hingga membuat lelaki itu berlari ketakutan?
@@@