Tantangan.

1483 Words
Di waktu yang sama, di kawasan yang sama---Paris mulai bertarung dengan sang penantang yang memandang jijik dirinya. Yang mengejutkan kawanan, Paris sama sekali tidak terlihat gelisah atau takut.Padahal seluruh podium tau jika Sean memiliki kekuatan jauh di atas Paris. "Kau siap Paris?!" tanya Sean. "Ya, " jawab Paris singkat. Ia mempersiapkan dan memiliki ketenangan dalam menghadapi lawan. Terutama yang merendahkannya dan seseorang yang merasa jijik dengan dengan pria bodoh, manja dan seumur hidupnya hanya memikirkan selakangan gadis-gadis sepertinya. "Bagus." Sean memang sangat ingin menghajar Paris. "Ayo, majulah. " "Baik. " Seandainya saat ini yang di tantang Sean adalah Paris yang dahulu, maka dia pasti akan menyerang dengan membabi buta. Namun Paris yang sekarang tidak akan melakukan hal itu. Dia saat ini mengamati dengan cermat langkah-langkah yang ia ambil agar tidak merugikan dirinya. Set. Paris memutuskan untuk memberi pukulan belakang. Dia bergerak sangat cepat. Dia melesat dengan cepat ke belakang Sean untuk memukul tengkuknya agar dia pingsan. "Hah!?" Berkat latihan mati-matian yang Paris lakukan selama beberapa bulan bersama dengan kawanannya, Paris mampu bergerak dengan kecepatan tinggi dengan mudah. Gerakan Paris mengejutkan para penonton yang sebagian besar adalah Kesatria Alpha dan Beta serigala bayangan. Mereka yang hadir tidak mengharapkan kejadian ini. Kecepatan yang baru saja Paris tunjukkan hanya bisa di lihat oleh kaum Aplha, jadi para Beta yang hadir merasa bingung melihat Paris yang seolah-olah menghilang dan muncul di belakang Sean. Duagh! Pukulan Paris dihalangi Sean dengan lengannya. Benturan tangan dengan tangan yang kuat membuat kedua pria itu terlempar mundur. "Hehehe ternyata kau bertambah kuat. Yah, tidak seperti dulu. " "Aku menyesal pernah menjadi lemah dan aku tidak berniat mengulang reputasi lemah lagi. " "Itu bagus, bearti aku tidak perlu menahan diri. " Paris Dan Sean pun saling menyerang dan bertahan. Tendangan dan cakaran di arahkan untuk menjatuhkan lawan. Mereka beradu kekuatan dan kecepatan. Suatu tontonan yang menyenangkan bagi penonton yang hadir. "Wohoho ini bisa menjadi pertarungan yang seru, " ucap salah satu kesatria. Wush. Wush. Bug. Kecepatan mereka seimbang. Tendangan dan pukulan diarahkan bertubi-tubi. Meski demikian kecepatan mereka dalam menghindar dan bertahan tidak berkurang. Hosh. Hosh. Sean menyadari jika gerakan Paris sangat cepat, pria itu mampu mengambil kesempatan saat pertahanannya memiliki celah untuk menyerang. Sean terpaksa harus mati-matian menghindari serangan Paris yang berkecepatan tinggi. Tidak, itu kurang tepat jika mendeskripsikan kecepatan Paris. Yang benar--- kecepatan Paris bertambah di setiap detik. Sejujurnya ia kewalahan dan berkali-kali hampir dipukul Paris tanpa memiliki kesempatan melawan. 'Sial! Dari mana ia belajar kecepatan yang hampir setara dengan tetua? ' Sean kini sadar jika kecepatan Paris hampir menyamai Axton. Dengan demikian maka dia tau jika tidak memiliki kesempatan untuk menang. Dugh. Dan waktu kekalahannya akhirnya tiba. Sean yang sedikit kehilangan fokus karena memikirkan Paris kehilangan pertahanan dan dipukul oleh Paris. Bruk! Tubuh Sean terlempar di lantai ring. Sorakan pun terdengar dari podium. Kawanan Paris memberi semangat pada Paris yang sedang bertanding. Sean langsung berdiri. Dia merutuki kecerobohannya. 'Tidak, aku tidak boleh kalah di sini. ' Harga diri Sean menyeretnya ke dalam keputusan yang salah. Dia yang yang enggan mengaku kalah membuat keputusan terburuk dengan mulai menghina Paris. "Kau belum menang anak manja, kau hanya Alpha menyedihkan yang membuat ayahmu mengelana. Mungkin saja dia menjadi b***k karena memiliki Alpha pecundang sepertimu! Dan ibumu, kau pikirkan apa yang terjadi padanya! " Deg. "Dia bisa saja dipaksa melayani jantan lainnya di suatu tempat karena ayahmu terluka! " Ucapan Sean menusuk ke jantung Paris dengan cara yang menyakitkan. Deg. Deg. Efek kesakitan itu tidak mampu ia tahan hingga menyebabkan seluruh selnya mendidih melepaskan benih kekuatan besar yang tertidur keseluruh tubuh. Kemarahan dan kesedihan bergabung menjadi satu dan kembali membuat Paris gelap mata dan berbahaya. Sama seperti sebelumnya, Paris kehilangan kendali karena marah dan sedih. "Ahk...! " "Gawat, Paris kembali kehilangan pengendalian diri. " Smith, Peter dan kawanan Paris mulai mundur. "Apa? " tanya salah seorang Alpha di dekat mereka. "Apa maksud kalian? " "Paris yang kehilangan kendali sangat berbahaya. Kekuatannya akan meningkat seratus kali dari semula. " "Dan dia akan menyerang siapa pun yang ada di sekitarnya. Ayo lari! Tidak ada yang sanggup menghentikannya. Bahkan tuan Lucas Greywolf tidak sanggup menghentikannya! " "Apa?! Kalian jangan---" Bruk! Tubuh Sean terlempar menabrak kaum Alpha yang berada di tribun dalam kondisi pingsan. Itu menghentikan perbincangan antara Peter dan Alpha tadi. Sebelum pingsan, Sean bahkan tidak tau apa yang menimpanya. Dia hanya merasakan pukulan kencang kearahnya hingga membuatnya tak sadarkan diri. Melihat situasi tidak bisa dikendalikan. Salah seorang Alpha mengintruksikan sesuatu. "Cepat hentikan Paris! " "Baik! " Mereka semua pun menyerbu ke arah Paris untuk menghentikannya. Duarh. Sayangnya Paris yang dalam kondisi gelap mata bukanlah lawan yang mudah dijinakkan. Dia melompat ke atas dan menghancurkan atap beton yang menutup stadion bertanding. Ctar. Ctar. Ternyata ia menggunakan mana petir untuk menjebol atap beton itu hingga berserakan. "Hei lihat, Paris kembali melompat ke atas!" Paris melompat ke atas dan dengan mudah melewati lubang yang dia buat. Para Alpha pun ikut melompat untuk menghentikan Paris. Mereka juga penasaran dan ingin mencoba kekuatan Paris yang sebenarnya. "Ayo Paris, lawan kami. Ini semakin menyenangkan, " ucap Ryan. Dia adalah salah satu Alpha terkuat. Paris tidak menanggapi ucapan Ryan. Dia hanya menyerang siapa pun yang berdiri di depannya. Set. Paris memukul mereka dengan kecepatan tinggi. Kaum Alpha yang tadinya ingin mencoba kekuatan Paris tidak bisa mengetahui apapun. Mereka hanya tersadar ketika tubuh mereka sudah terpental jauh karena Paris. Di kamar kastilnya, Axton merasakan mana besar yang meledak di area barak. Dia bisa menebak siapa yang memiliki keahlian membuat keributan. Sialnya satu orang itu adalah adiknya. Axton segera mengenakan pakaian dan meninggalkan Vetri yang terlelap. "Aku seharusnya sudah menduga jika Paris tidak akan memberiku waktu tidur usai bercinta!" Axton melompat dengan cepat menuju barak Satria Alpha. Saat Axton datang, Paris berdiri di antara kesatrianya yang merintih kesakitan. "Sudah cukup Paris, " perintah Axton pada Paris yang kehilangan kendali. Dia mendekat untuk menghentikan adiknya menghajar kesatrianya. Set. Sayangnya Paris justru melempar salah satu tubuh Alpha yang pingsan lalu menyerang Axton. Dia menghantamkan pukulan dengan kecepatan tinggi pada kakaknya. Semua orang bahkan terkejut dengan pukulan yang super cepat itu. Bugh. "Ugh..." Smith yang mengantisipasi Axton yang akan dihajar Paris terbelalak kaget. Di lapangan sana, bukannya Axton yang babak belur, justru Paris yang terkapar hanya dengan satu pukulan Paris. Uhuk, uhuk. Paris tersadar dari kegilaannya terbatuk-batuk. Dia menatap kosong pada kakaknya yang bersendekap di atasnya dan menginjak dadanya. "Kau sudah sadar? " tanya Paris. "Kakak? " tanya Paris saat kabut ketidaksadaran menguap. Dia bingung dengan pemandangan tempatnya berbaring. Gedung berantakan dan para Alpha yang tergeletak pingsan. "Ck, kau lebih merepotkan dari pada yang terlihat." "Jadi aku kehilangan kendali lagi? " Axton menghela nafas berat. "Bearti ini bukan yang pertama. " "..." Kebisuan Paris menjawan pertanyaan Axton secara jelas. "Oh sial, kau bahkan tidak memberiku kesempatan mandi dan tidur usai bercinta. Mulai saat ini kau tinggal di kastil sebelah barat. Aku sendiri yang akan melatihmu agar bisa mengendalikan kekuatan sialan itu. " "Benarkah? " "Jangan senang dulu bocah. Sebelum berlatih, kau harus memperbaiki atap stadionku yang kau jebol. " Axton menatap sedih atap stadionnya yang hancur. Nafas panjang kembali ia keluar dari pernafasannya. "Iya, Kak. " "Dan ingat, jika kau menggangguku acara intimku lagi, kau pasti akan menyesalnya seumur hidupmu. " Sambil mendesah keras, Axton kembali ke kamar. Dia masih ingin menenggelamkan wajahnya ke d**a Vetri yang hangat dan lembut. Lalu menikmati putaran kedua kegiatan panas mereka. Di sudut lain, Peter, Smith, Clay dan Max melongo melihat kejadian itu. Serangan Paris yang bahkan membuat ketua Alpha serigala abu-abu ambruk, dihentikan hanya dengan satu pukulan. "Kalian melihatnya? " tanya Peter. "Luar biasa. " "Aku pernah melihat teknik yang digunakan ketua Axton itu di dunia manusia. Namanya Tai-chi, teknik itu menggunakan kekuatan lawan untuk menyerang balik. Mengalir seperti air, bergerak mengikuti angin. " "Apa? Jadi kau berani melintas dimensi tanpa sepengetahuan ketua? " "Itu dulu, sudahlah. Lagi pula aku hanya bermain-main di sana. " "Dasar bodoh. Kau bisa saja diusir dari pack. " "Masa bodoh, yang penting aku tidak ketahuan. " "Sudahlah, kita bantu Paris membangun atap beton sekarang. Lihatlah, dia terlihat senang karena akan di latih Ketua Axton. " Mereka mendatangi Paris dan mulai membangun atap. Sementara itu, kaum Omega yang memiliki kekuatan penyembuhan mulai bekerja. Berkat sihir penyembuhan itu, para kesatria Alpha yang terluka oleh Paris mampu pulih dengan cepat. Paris mendatangi mereka yang habis ia hajar. Sepertinya harapan meminta bantuan mereka kini tinggal harapan belaka. "Kau ternyata memiliki kekuatan yang mengerikan, Paris. " "Ahahaha aku senang dengan peningkatan kekuatanmu. Dengan begini aku yakin kaumampu merebut wilayahmu lagi. " Tanpa ia sangka, para Alpha justru menyambutnya dengan baik. Paris bahkan merasa malu dengan pujian mereka. Dia sebenarnya mengira akan dikeroyok karena sudah melukai mereka. Tanpa dia sangka mereka justru menyambutnya. "Maafkan aku yang sudah melukai kalian. " Paris mendekat dengan wajah datar, tapi matanya jelas penuh dengan sorot mata menyesal. "Tidak. Kami malah senang kau bisa membuktikan jika pantas menjadi adik ketua kami. Kau sekarang bukan pecundang menyedihkan seperti dahulu. " "Itu benar. " Paris menyeringai. Mereka tidak tau jika kata-kata yang mereka ucapkan sangat berharga bagi Paris. Semua menandakan jika harapan merebut wilayahnya kembali terbuka lebar baginya. Tbc.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD