Latihan.

1645 Words
Hari ini adalah harapan baru bagi Paris. Hari di mana ia bisa memulai meraih asa yang sebelumnya sudah terbuka lewat persetujuan para kesatria kakaknya, diperkuat dengan persetujuan Axton untuk melatih dirinya. Jelaslah sudah, keputusan yang terima dari Axton merupakan penyemburna asa tersebut. Dalam memulai mewujudkan harapannya, Paris sudah menunggu Axton di halaman untuk berlatih. Jelaganya yang biru gelap mengawasi jalan setapak menuju gerbang kastil barat. Clay dan Max turun dari kamarnya di lantai atas. Mereka berniat menemani Paris menunggu Axton. "Kau terlihat segar hari ini Paris. " "Belum pernah aku sesegar ini. " Paris menjawab dengan senyum miring seperti biasa. Menandakan jika dirinya sedang percaya diri. "Aku bangga padamu, Man. " Clay, Max pun duduk di kursi dan ikut menunggu kedatangan Axton. Mereka turut senang dengan semangat Paris yang tinggi. Harapan mereka melambung tinggi berkat keputusan sang ketua serigala bayangan. Mereka bisa melihat jalan Paris merebut kembali wilayah Blackwolf dan mendapatkan kehormatannya---terbuka lebar. Mereka juga menyadari jika Paris dan diri mereka sendiri harus mengambil kesempatan ini. "Aku penasaran, jenis latihan seperti yang kau jalankan nanti. " "Aku tidak bermasalah dengan itu. Sebab aku yakin jika kakak yamg melatihku maka aku bisa mengendalikan kekuatan ku." "Itu baru semangat. " Peter datang dari arah dalam. Kabut mengantuk belum menguap dari matanya. "Hei, sepertinya aku ketinggalan sesuatu yang menyenangkan? " "Yah, kami baru saja melihat shewolf yang menajubkan. Dia baru saja lewat, " ucap Max berbohong. Mata Peter langsung menajam. Wajahnya yang mengantuk menghilang seketika. "Ah, benarkah?" Melihat reaksi Peter, mereka bertiga tertawa keras. Warewolf perjaka ini memang sedang dalam kondisi siap berburu betina. Tak lama kemudian, Smith turut bergabung dengan mereka. Dia nampak lebih segar dari kemarin. Tidak hanya itu, mereka bahkan mencium aroma betina di tubuh Smith. "Apa kau habis bersenang-senang, Smith. " "Kau tidak akan percaya... Aku menemukan mate ku di sini. " "Itu hebat. Di mana dia? " "Viona sedang melayani kekasih ketua Axton. Dia bekerja di sini. " "Aku senang mendengar ada yang berbahagia di antara kita. " Di kastil utama. Jika Paris bersemangat menunggu Axton, maka hal yang berbeda terjadi pada kakaknya. Dia sebenarnya enggan bertemu Paris karena memangkas waktunya bersama Vetri. Sayangnya ia tetap harus melakukannya. Pagi-pagi Axton sudah mempersiapkan diri untuk melatih Paris. Ia membungkus tubuhnya yang di hiasi otot juga perut bawah berbentuk V seksi dengan pakaian kulit gelap. Pilihannya tidak pernah meleset karena pakaian berbahan kulit itu membingkai tubuhnya dengan sempurna. Namun kali ini dia tampil dengan sangat santai. Usai memastikan jika semua berada di tempatnya, Axton menuju ke meja makan bermeja panjang. Aroma gurih menyapa penciuman Axton. Tak lama kemudian muncullah gadis yang mampu membuatnya melengkungkan senyum di bibirnya. "Pai dagingmu sudah matang. " Pai yang lezat tersaji di depan Axton. Lalu di susul makanan untuk sarapan lainnya. Para pelayan menyajikan makanannya satu persatu. "Kau yang memasak ini sendiri? " "Ya, kau tau jika aku suka memasak. " "Dan masakanmu sangat sesuai seleraku. " Axton memutuskan menikmati hidangan yang Vetri buat sebelum ke kastil barat. Dan secara tidak sengaja dia melihat sesuatu yang tidak biasa. Mata keemasannya menyipit melihat Vetri yang berjalan menata makanan meski dengan kaki agak pincang. 'Aku membuatnya pincang, ' batin Axton. Axton merasa bersalah karena tau jika itu karena ulahnya. Tadi malam dia membangunkan Vetri dan berbuat cukup keterlaluan. Hasilnya, Vetri ternyata terbangun dengan kaki pincang. Sayangnya meski merasa bersalah tapi tidak membuat Axron jera. Langkah kaki pincang Vetri justru membangkitkan sesuatu dengan tidak tepat. Axton mengeram frustasi akan gairah yang tidak bisa dikontrol. "Vetri, duduklah di sini. " Vetri tersentak dengan perintah Axton. Terutama dengan kehadiran pelayan di sekitar mereka. Wajahnya memerah karena malu. "Axton, para pelayan melihat kita. " Para pelayan melihat kilat nafsu di wajah ketua pack mereka---mundur dan menutup ruang makan. Itu semakin membuat Vetri malu. Sayangnya Axton tidak perduli. Vetri memang sudah diakui sebagai wanitanya sejak berhasil mengendalikan amarah dirinya. Blam. "Lihat, mereka jadi salah paham. " Wajah Vetri bertambah merah. Rasanya ia ingin menggali lubang dan mengubur dirinya karena malu. "Mereka tidak salah paham. Aku memang ingin berlama-lama melihatmu. Lihatlah. " "Tidak, kau bisa membuatku tidak bisa berjalan. Nanti malam kau baru bisa melihatku sebanyak yang kau inginkan. Tapi tidak pagi ini. " "Aku tau. Aku juga berjanji akan melatih adikku setelah melihatnya tidak mampu mengendalikan kekuatannya. " "Begitukah? Baiklah, akhirnya aku liburan. " Axton mencebik kesal. "Kau seperti tidak menginginkaku. " "Aku harus merawat Excel. Kau akan mengacaukannya jika membuatku tak bisa berjalan. " Axton ingin sekali mengumpat. Tidak hanya Paris, putranya juga menjadi penghalang dia menghabiskan waktu bersama Vetri. "Baiklah...Jadi, sampaikan ciuman sayangku pada Excel. " "Mengapa tidak menciumnya sendiri,dia pasti bahagia bersamamu." Vetri tersenyum manis. Tangan-tangannya membelai wajah Axton dengan sayang. Tidak ada yang tau betapa bersyukurnya ia bertemu dengan Axton dan diterima baik oleh ketua pak Shadowolf ini. Terutama setelah kejadian terkutuk itu. "Lain kali saja. " "Ya, sekarang angkat bokongmu dan lakukan tugasmu. " Axton lagi-lagi mendesah. Sangat sulit menghentikan dirinya agar tidak tenggelam pada pesona Vetri. Dia ingin berlama-lama merengkuhnya dalam pelukannya, merasakan manis bibirnya yang memabukkan. "Haaah...aku ingin sekali membawamu ke tempat yang tidak ada orang selain kita. " Vetri tertawa tapi Axton harus mendesah sebal. Axton memang harus membulatkan tekad. Diq tidak bisa membiarkan Paris begitu saja. Di tangan adiknya ada tanggung jawab kuat untuk merebut kembali wilayah serigala gelap yang direbut. Paris memiliki beban berat karena menanggung harapan dan rasa bersalah pada packnya yang kalah. Terlebih saat ini ayah dan ibunya belum ia temukan. Padahal Axton sudah mengerahkan warewolfnya untuk mencari sang ayah. "Haaah. " "Kenapa lagi? " "Aku merasa berat meninggalkanmu." Ucapan Axton dibalas cubitan kecil di pinggang Axton. "Sudah, pergi sana. " Vetri tertawa dengan sikap Axton yang begitu tergila-gila padanya. Kasih sayang pria itu nyata. Ketertarikannya juga nyata. Vetri sendiri juga tidak menyangka jika pesona kewanitaannya yang bangkit ketika hari kedewasaannya tiba--begitu memabukkan para pria. Vetri saat itu bahkan tidak menyadari jika dirinya seperti bunga yang mekar yang menarik lebah dan kupu-kupu. Namun karena kecantikannya di juga membuatnya mendapatkan masalah. Jika saja, Axton tidak menolongnya saat dia di serang rogue saat menuju ke sini-- entah apa yang terjadi padanya. Mungkin saja dia dijadikan b***k seksual kaum Rogue, atau dijual ke rumah merah di mana warewolf betina melacurkan diri. Membayangkannya saja membuat Vetri merinding dan semakin membenci Paris. ''Axton. Cepat pergi. " "Ya, ya, ya. " Axton terpaksa menyeret kakinya menuju kastil barat. Dia bersumpah akan membuat Paris membayar harga karena menyita waktunya untuk Vetri. Otaknya mulai mempersiapkan bentuk latihan seperti neraka untuk Paris. Membuat adiknya sesibuk mungkin sehingga ia tidak perlu menunggu Paris berlatih terus-terusan. Mungkin saja, ketika Paris berlatih ia bisa melarikan diri ke Vetri dan mengambil ciuman. Vetri menarik nafas panjang akan sikap Axton. Sebenarnya ada masalah yang tak nampak tapi cukup meresahkan. Itu berkaitan dengan Excel, putra Axton satu-satunya. Vetri tau jika sebenarnya Axton mengabaikan Excel karena takut teringat pada Sandra. Dia menyangkal jika sedang bersedih dan berusaha untuk kuat. Ia juga berpura-pura baik-baik saja ketika melihat Excel. padahal ketika melihat Excel, hatinya akan bergetar dengan kesedihan. Ingatan Sandra yang meninggal ketika melahirkan kembali menghantuinya. Oleh karena itu, Vetri hanya bisa mendekatkan pelan-pelan Excel pada Axton. Dia takut Axton tergoncang ketika teringat Sandra yang meninggal karena melahirkan. Namun ternyata hal itu butuh waktu yang tidak sedikit. "Apa dia menolak bertemu dengan Excel lagi? " tanya Mourin. Pelayan senior yang dulu melayani Sandra datang mendekat, usai Axton membuka pintu dan keluar. Para pelayan yang lain juga turut mendekat dan melakukan tugasnya. Vetri menoleh pada pelayan yang berwajah sendu. Ia menggendong Excel yang tidur dengan pose lucu. "Yah, seperti yang kau lihat. " Kesedihan membayang di mata Mourin. Bayi di gendongannya sangat lucu dan mirip dengan Sandra. Bayi itu pantas mendapat kasih sayang ayahnya. Sayangnya, sang ayah secara batin terluka dan mengamuk jika melihat bayinya. "Aku akan berusaha lebih baik untuk mendekatkan Axton pada Excel. " Mourin dan pelayan lainnya mengagguk. > Axton menembus hutan pinus yang mengelilingi kastil barat tempat Axton dan kawanannya tinggal. Kakinya melompati batu besar juga pepohonan yang besar agar tiba di kastil barat secepatnya. "Kakak! " Paris yang menunggu Axton, berdiri dengan penuh semangat saat penciumannya menangkap bau Axton. Glek. Berbanding terbalik dengan perasaan senang Paris, pria yang ia sebut kakaknya itu justru menyeringai psikopat padanya. "Kita mulai latihannya, Paris. " "I-iya. " Paris mendapatkan firasat buruk karena seringai kakaknya. Dia baru sadar jika baru saja masuk ke tangan Hades berwujud kakaknya. Ternyata latihan yang di maksud kakaknya bukan latihan fisik seperti yang ia jalani beberapa bulan yang lalu. Melainkan sebuah latihan yang mampu membuatnya gila. Kastil bekas Blackwolf. Amy yang semula mempunyai kepercayaan diri akan mendapatkan mate yang sempurna dan baik harus menelan kepercayaan dirinya. Jordan yang awalnya mau menerima dirinya meski Amy bekas wanita Paris, mulai menunjukkan perubahan sikapnya. Jordan mulai bermain wanita seperti yang dilakukan Paris. Itu semua karena Jordan melihat bekas cumbuan Paris di seluruh tubuh Amy. Hatinya perlahan tidak terima mendapatkan jika mate nya ternyata jalang. Terlebih dia juga mendapati ada aroma sihir di wajah Amy, dan dengan sedikit penyelidikan Jordan mampu mengetahui jika Amy menggunakan sihir untuk memikat Paris. Dan nama asli Amy sebenarnya Dianna. Gadis yang menghilang beberapa bulan yang lalu. "Jordan... " "Minggir kau jalang! " Jordan bahkan enggan menyentuh Amy yang menurutnya kotor jiwa dan raganya. Dia lebih memilih bersama para shewolf yang kehilangan mate-nya karena pertempuran dari pada wanita licik yang menggunakan sihir untuk menjerat laki-laki. "Mengapa kau memperlakukan aku seperti ini Jordan!?" "Karena aku muak denganmu. Wanita berhati kotor. Dengan ini aku menyatakan menolakmu! Pergi dari sini. " Jordan mengusir Amy keluar dari kastilnya. Dia tidak bisa menerima Amy yang memiliki hati sekotor itu. "Jordan, jangan usir aku. Tolong ijinkan aku tinggal hiks. ' "Pergilah. Andai saja kau hanya bekas teman tidur Paris maka aku tidak keberatan. Tapi kau ternyata menggunakan sihir untuk memikat Paris. Sungguh tidak tau malu! " Brak. Amy pun dilempar Jordan ke luar kediamannya. Lalu menutup pintu agar wanita itu tidak bisa masuk. Amy yang ditolak menangis tersedu-sedu. Dia tidak pernah mengharapkan ini terjadi. Kini dia harus kembali ke pemukiman Omega nya yang dulu sambil menahan malu. Tbc.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD