Bab 4

1437 Words
Bab 4 Aurora menatap ibunya yang juga tampak menatap matanya. “Dulu Mommy jatuh cinta pada seorang pemuda yang sangat baik. Benar, dia adalah ayah kandungmu. Mommy adalah seorang gadis dari keluarga terpandang, Mommy memiliki masa depan yang sudah tertata dengan rapi. Sayang sekali, Mommy melanggar peraturan nenekmu. Mommy jatuh cinta, berpacaran, lalu memulai semua hal gila lainnya. Mommy mempertaruhkan segalanya untuk ayah kandungmu. Hingga akhirnya, Mommy hamil.. ya, tentu saja hamil di luar pernikahan..” Aurora menutup mulutnya sendiri. Dia sama sekali tidak percaya akan apa yang dikatakan oleh ibunya. Jadi dia dikandung ketika ayah dan ibunya belum menikah? Ini adalah sebuah fakta yang tidak pernah Aurora ketahui sebelumnya. Aurora pernah melihat foto pernikahan ibunya dan Aurora yakin jika dia juga melihat tanggal pernikahan yang tercetak dengan jelas di foto itu. Sepertinya mereka menikah dua tahun sebelum Aurora lahir. Jadi, bagaimana semua ini bisa terjadi? “Keluarga Mommy mengusir dan meninggalkan Mommy. Akhirnya ayahmu menikahi Mommy karena kami memang tidak memiliki pilihan lain..” “Bagaimana mungkin itu terjadi? Aku lahir dua tahun setelah pernikahan kalian..” Kata Aurora. “Dengarkan dulu cerita ini agar kau bnear-benar mengerti, Aurora. Selama ini Mommy menyembunyikan banyak hal darimu hanya karena Mommy tidak ingin kau bersedih karena kenyataan di dalam hidupmu. Mommy juga tidak pernah melarang kau berhubungan dengan ayah kandungmu karena memang kalian memiliki hak untuk melakukan itu. Tapi hari ini, setelah tahu jika kau tidak ingin berjalan di dalam rencana yang Mommy tetapkan, sepertinya kau memang harus mendengarkan cerita ini” Aurora menundukkan kepalanya dan menghembuskan napasnya dengan pelan. Aurora tahu jika ibunya selalu marah setiap kali Aurora menghubungi ayah kandungnya. Iya, ibunya memang marah, tapi dia sama sekali tidak menunjukkan kemarahannya itu. Selama ini ayahnya juga tidak pernah menemui Aurora di kota ini. Biasanya ayahnya hanya datang ketika Aurora mengikuti perlombaan di luar kota. Iya, selama 5 tahun ini Aurora hanya bertemu ayahnya sebanyak tiga kali saja. Aurora yakin jika ada yang salah dengan semua itu karena Aurora selalu melihat air matanya ayahnya mengalir setiap kali pria itu memeluknya. Aurora pernah mencoba bertanya pada ibunya tapi dia malah marah lalu menangis. Jujur saja Aurora tidak tega ketika melihat ibunya menangis oleh sebab itu Aurora tidak pernah bertanya apapun mengenai ayahnya. Lalu sekarang ibunya ingin menceritakan segalanya. Ya, Aurora memang sudah lama ingin mengetahui kebenaran ini. “Setelah menikah ayahmu harus bekerja keras untuk menghidupi kami. Dia masih tetap melanjutkan kuliahnya sementara Mommy hanya bisa diam dan duduk di rumah kontrakan yang sangat kecil. Beberapa bulan kemudian Mommy keguguran. Janin itu tidak berkembang dengan baik dan akhirnya dia meninggal. Mommy sudah mempertaruhkan kehidupan Mommy untuk anak itu, tapi dia meninggalkan Mommy. Saat itu Mommy ingin bercerai dari ayahmu karena ternyata pilihan Mommy sangat salah, ayahmu tidak seperti yang Mommy bayangkan. Kami akan bercerai saat itu, tapi sayangnya Mommy kembali mengandung. Dan itu adalah kamu..” Sayangnya? Ibunya mengatakan itu seakan kehadiran Aurora adalah sebuah kesalahan. Aurora kembali meneteskan air matanya. Kebenaran ini harus terungkap 17 tahun kemudian. Selama ini ibunya menahan penolakan di hatinya karena dia harus merawa Aurora sebagai anaknya. Oh Tuhan, ternyata Aurora adalah anak yang tidak inginkan? “Jangan salah paham, Aurora. Kami awalnya memang tidak menginginkan dirimu, tapi kami tetap menyayangimu. Mommy memutuskan untuk bertahan dengan ayahmua selama belasan tahun. Kami tetap bersama karena kami menyayangimu, tapi keputusan yang Mommy buat sudah salah sejak awal. Mommy melanggar peraturan yang dibuat oleh keluarga Mommy dan Mommy sangat menyesal. Ayahmu dan segala kegagalannya. Kami tidak bisa bersama. Kau tahu, ada banyak sekali hal yang Mommy sesali di dalam hidup, semua itu terjadi karena Mommy tidak mendengarkan orang tua Mommy. Jangan lakukan hal yang sama atau kau akan menyesal seumur hidupmu..” Kata ibunya. Aurora mengusap air matanya sekali lagi. Jadi baik ayahnya maupun ibunya sama-sama tidak menginginkan dirinya? Astaga, kenapa Aurora tidak mati saja seperti kakaknya? Aurora menghembuskan napasnya dengan pelan. Aurora sadar jika di dalam hidupanya dia sering membuat kesalahan, tapi kenapa dia harus mendengarkan fakta yang sangat menyakitkan ini? “Abigail, jangan bicara apapun lagi. Jangan menyakiti hati putriku lebih dari ini. Aku memberikan peringatan kepadamu” Kata ayahnya. Aurora tetap tidak bisa membendung air matanya. Tapi semua ini sama sekali tidak benar. Hanya karena ibunya merasa gagal di masa mudanya, bukan berarti Aurora juga akan merasakan hal yang sama. “Mom, aku sungguh menyesal atas apa yang terjadi di dalam hidupmu. Aku turut prihatin karena hidupmu tidak berjalan dengan lancar seperti apa yang kau inginkan. Mungkin kau akan terus menghabiskan waktu di hidupmu untuk menyesali keputusanmu dan menyesali keberadaan diriku juga ayah kandungku, tapi sungguh.. itu sangat menyedihkan. Hanya karena kau gagal dalam kisah cintamu yang pertama, bukan berarti aku akan melakukan kesalahan yang sama denganmu. Lagipula kalaupun aku melakukan kesalahan, aku harus menanggung akibatnya sendiri bukan? Kau membuat kesalahan dan kau menyalahkan ayahku, mungkin juga menyalahkan saudaraku yang lebih beruntung dibandingkan dirimu, kau juga ingin menyalahkan aku? Tapi itu bukan salahku..” Kata Aurora dengan pelan. “Aurora sayang, jangan mengatakan itu..” Ayahnya langsung memberikan pelukan kepada Aurora. Aurora tetap melayangkan tatapannya ke arah ibunya yang terlihat menyesal setelah mendengar kalimat yang dengan susah payah Aurora ucapkan. “Pergilah ke kamarmu sekarang. Kau sedang emosi. Anak remaja memang sering kesulitan ketika mengendalikan emosi mereka” Kata ayahnya dengan pelan. Tidak, setelah ibunya mengungkapkan semua emosi di dalam hatinya, Aurora juga ingin melakukan hal yang sama. “Jangan menyalahkan ayahku di dalam kegagalan hidupmu. Kalian melakukan kesalahan, itu adalah akibat dari kesalahan kalian. Kau mengatur hidupku seperti yang kau mau hanya karena kau merasa tidak berhasil untuk mengatur hidupmu sendiri. Bukan salahku jika itu semua tidak berhasil, Mommy” Kata Aurora sekali lagi. “Aurora, naiklah ke kamarmu. Sudah, jangan memperpanjang masalahan ini. Naiklah ke atas dan tenangkan dirimu. Daddy akan datang ke sana setelah bicara dengan ibumu” Kata ayahnya. Aurora menghembuskan napasnya dengan pelan lalu menganggukkan kepalanya. Baiklah, mungkin dia juga sudah terlalu banyak bicara. Aurora harus mengendalikan dirinya juga. Akhirnya Aurora memutuskan untuk bangkit berdiri lalu lari ke arah kamarnya. Begitu masuk ke dalam kamarnya, Aurora langsung menutup pintunya dan membaringkan tubuhnya ke atas ranjang. Kali ini Aurora menangis lebih keras karena dia sudah sendirian. Aurora merasakan sesak di dalam dadanya karena dia harus mendengarkan kalimat menyakitkan yang dikatakan oleh ibunya sendiri. Entah berapa lama Aurora menangis sendirian tapi ketika haru sudah gelap, Aurora mendengar suara langkah kaki yang mendekati ranjangnya dan begitu dia membalikkan tubuhnya, Aurora menemukan ayahnya yang mengulurkan tangannya seakan dia ingin memberikan pelukan kepada Aurora. “Daddy..” Kata Aurora dengan pelan. “Hei, jangan menangis. Jangan menangis, Princess. Jangan menangis lagi karena Daddy sudah ada di sini. Sekarang kamu bisa mengatakan semua hal yang membuat dadamu sesak..” Kata ayahnya sambil tersenyum. Aurora melepaskan pelukannya lalu menatap ayahnya dengan lekat. “Apakah.. apakah Daddy mengenal ayahku? Maksudku ayah kandungku.. apakah dia memang seorang pria yang gagal?” Tanya Aurora dengan suara yang bergetar. Ayahnya tersenyum dengan tenang lalu mengusap kepala Aurora. Selama ini Aurora tidak pernah mendengar ada orang yang mengatakan hal buruk tentang ayah kandungnya, tapi untuk yang pertama kalinya Aurora harus mendengarkan kalimat buruk itu dari ibunya sendiri. “Daddy hanya pernah mendengar namanya ketika Daddy masih kuliah. Dia seorang pria yang jenius, Aurora. Ya, jika melihat bagaimana pandainya dirimu, sudah pasti ayahmu juga seorang yang jenius..” Kata ayahnya. “Menurut penelitian, kepandaian anak diturunkan 60% dari ibu dan 40% dari ayah” Kata Aurora dengan pelan. Dalton tertawa pelan ketika mendengar kalimat yang dikatakan oleh Aurora. “Benar, coba pikirkan, hanya 40% saja kepandaian ayahmu yang ditirunkan kepadamu, tapi lihatlah betapa jeniusnya dirimu. Mungkin kau bisa mengira-ngira sendiri seberapa jenius ayah kandungmu..” Kaya ayahnya. Aurora menganggukkan kepalanya dengan pelan. Penjelasan yang dikatakan oleh Dalton memang masuk akal. “Selain tentang kepandaiannya, apa yang Daddy ketahui tentangnya?” Tanya Aurora lagi. “Sebenarnya tidak banyak yang bisa Daddy ingat. Intinya, dia adalah pria yang jenius dan memiliki wajah tampan. Rambutnya pirang sepertimu dan matanya hijau seperti milikmu. Dia adalah pria yang hebat karena dia memiliki putri yang hebat juga..” Kata ayahnya. Aurora kembali meneluk Dalton. Kenapa dia bisa memiliki ayah tiri yang begitu baik? Dulu Aurora berpikir jika Dalton hanya akan baik kepadanya di awal pernikahan ibunya saja. Tapi ternyata tidak. Pria itu tetap baik kepada Aurora setelah bertahun-tahun berlalu. “Jangan memikirkan ucapan ibumu. Dia hanya sedang emosi saja..” “Apakah benar jika ayahku adalah pria yang gagal?” Tanya Aurora dengan pelan. “Itu sama sekali tidak benar. Dia memiliki putri yang sangat cantik dan baik, dia pasti pria yang sangat berhasil di dalam hidupnya..” Kata Dalton sambil tersenyum.         
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD