Bab 6

1317 Words
Alfred melangkahkan kakinya dengan cepat untuk masuk ke dalam rumahnya. Ketika membuka pintu kamar, di sana ada Charlotte yang tampak sedang meringkuk di dalam selimut. Suhu di dalam kamar ini juga lebih hangat dari biasanya. Sepertinya Charlotte kedinginan sehingga dia menaikkan suhu ruangan. “Charlotte? Apakah kau baik-baik saja?” Alfred melangkah mendekat lalu menyentuh pundak Charlotte. Wanita itu membuka matanya dengan pelan lalu mengerutkan dahinya ketika dia melihat Alfred yang duduk di sampingnya. “Kenapa kau pulang? Bukankah ada pekerjaan penting yang harus kau selesaikan?” Tanya Charlotte sambil mencoba untuk duduk. Wanita itu mneyentuh kepalanya sambil meringis kesakitan. “Tetaplah berbaring, Charlotte. Ada apa denganmu? Keadaanmu seburuk ini tapi kau tidak mencoba menghubungiku?” Tanya Alfred dengan pelan. Sungguh, Alfred sama sekali tidak mengira jika keadaan Charlotte sampai seburuk ini. Apakah dia memang harus menghubungi dokter agar dia bia memastikan bagaimana keadaan Charlotte? Wanita itu terlihat sangat tersiksa dengan keadaannya. “Aku baik-baik saja, kenapa kau terlihat sangat khawatir?” Tanya Charlotte sambil mengulurkan tangannya untuk menyentuh wajah Alfred. “Kau tidak pernah sakit, Charlotte. Kau selalu sehat.. lalu sekarang kau jatuh sakit seperti ini, bagaimana mungkin aku tidak khawatir?” Tanya Alfred dengan cepat. Charlotte tertawa pelan, tapi Alfred tahu jika wanita itu memaksakan tawanya hanya agar terlihat baik-baik saja di depan Alfred. “Aku ini manusia, bagaimana mungkin aku tidak pernah sakit? Kau hanya baru tahu saja, biasanya aku juga akan seperti ini jika sakit” Kata Charlotte. Sepanjang dua tahun hidup bersama dengan Charlotte, Alfred sama sekali tidak pernah melihat wanita itu terbaring lemah seperti ini. Charlotte memiliki daya tahan tubuh yang baik sehingga wanita itu sangat jarang jatuh sakit. Biasanya Charlotte hanya akan terserang flu biasa dan wanita itu akan langsung sembuh dalam waktu tiga hari. Charlotte tidak pernah terlihat selemah ini. “Apakah aku harus memanggilkan dokter?” Tanya Alfred dengan pelan. Charlotte menggelengkan kepalanya. “Itu sama sekali tidak perlu. Kemarin aku melakukan pemotretan di bawah salju, mungkin aku sakit karena kedinginan sepanjang hari” Kata Charlotte dengan pelan. Astaga, selama ini Alfred selalu mendukung apapun yang dilakukan oleh Charlotte termasuk keputusan wanita itu untuk menjadi seorang model, tapi untuk kali ini Alfred benar-benar merasa kesal karena wanita itu melakukan pemotretan yang tidak wajar. Alfred menghembuskan napasnya dengan pelan karena dia sadar jika dia tidak bisa memarahi Charlotte saat ini. Wanita itu sakit, kemarahan Alfred tidak akan bisa mengubah apapun. “Charlotte, kau sungguh baik-baik saja, bukan?” Tanya Alfred dengan pelan. “Iya, aku akan baik-baik saja besok pagi. Hari ini aku memang sedikit tidak sehat, tapi besok aku pasti sudah sembuh” Kata Charlotte sambil tersenyum. Inilah yang membuat Alfred memutuskan untuk kembali membuka hatinya setelah kandasnya rumah tangga yang dia bangun selama belasan tahun. Charlotte adalah wanita yang sangat luar biasa. Dia begitu tulus dan baik hati. “Apakah kau sudah makan?” “Belum, aku tidur sejak sore karena kepalaku pusing” Jawab Charlotte. Alfred menghembuskan napasnya dengan pelan. Bagaimana mungkin wanita ini menahan lapar dan terus berbaring sendirian sejak sore? Astaga, Alfred seharusnya pulang sejak tadi. “Kenapa tidak menghubungiku, Charlotte? Aku sungguh tidak tahu jika kau sedang sakit karena tadi pagi kau terlihat masih baik-baik saja” Kata Alfred. “Sudahlah, jangan marah padaku. Aku sangat lapar sekarang, bisakah kau membuatkan aku makanan?” Tanya Charlotte dengan pelan. Alfred kembali menghembuskan napasnya. Benar, memang tidak ada gunanya jika dia marah pada Charlotte. Wanita itu tidak menghubungi Alfred karena dia takut menganggu pekerjaan Alfred. Ya, begitulah Charlotte. Dia pernah bekerja dengan Alfred sehingga dia tahu betapa sibuknya Alfred ketika sedang ada di ruangan kerjanya bersama dengan timnya. “Apa yang kau inginkan?” Tanya Alfred dengan pelan. “Nasi goreng Aurora. Aku ingin kau membuatkan aku seperti kau membuatkan nasi goreng untuk Aurora” Kata Charlotte dengan pelan. Alfred langsung tertawa ketika mendengar kalimat wanita itu. Charlotte menerima semua masa lalu Alfred. Wanita itu bahkan sering kali menanyakan tentang Aurora pada Alfred. Entahlah, Charlotte mungkin akan cocok dengan Aurora karena usia mereka tidak terpaut terlalu jauh. Charlotte dan Aurora akan terlihat seperti bibi dan keponakan. Cherlotte selalu berharap untuk bertemu dengan Aurora, tapi tentu saja Alfred tidak akan bisa mempertemukan mereka di waktu yang dekat ini. “Baiklah, tunggu di sini. Aku akan segera kembali dengan sepiring nasi goreng Aurora. Aku sebenarnya tidak mengerti kenapa nasi goreng itu diberi nama nasi goreng Aurora” Kata Alfred sambil tertawa pelan. “Kau mengatakan jika dulu Aurora suka bangun di tengah malam dan meminta untuk dibuatkan nasi goreng. Aku tahu jika kau merindukan semua itu. sekarang Aurora memang tidak ada di sini, tapi aku ada. Kau bisa membuatkan nasi goreng seperti yang biasa kau lakukan, tentu saja aku akan memakannya dengan senang hati” Sekalipun Alfred melihat dengan jelas jika wanita itu tampak lemas dan lemah, dia tetap saja berusaha untuk menghibur Alfred. Ya, memang benar jika selama ini Alfred merasa tersiksa karena dia harus kehilangan segala hal tentang putrinya. Alfred memang sangat terluka karena perceraiannya dengan Abigail tapi hal yang paling menyakitkan adalah kehilangan Aurora. Selain harus menjauhi putrinya itu, Alfred juga harus kehilangan segala kebiasaan yang sering mereka lakukan bersama. “Aku tidak percaya jika seorang model sepertimu akan makan nasi goreng dengan porsi yang besar..” Kata Alfred sambil tertawa. *** Alfred menatap Charlotte yang mati-matian berusaha menahan rasa mual yang dia rasakan. Iya, setelah beberapa menit berkutat dengan dapur, Alfred akhirnya selesai dengan sepiring nasi goreng khas buatannya. Nasi goreng yang diberi nama oleh Charlotte dengan sebuah nama unik. “Kau yakin kau baik-baik saja, Charlotte?” Tanya Alfred dengan pelan. Charlotte mengangkat kepalanya dan menunjukkan senyumanannya kepada Alfred. Wanita itu selalu ingin terlihat kuat di depan siapapun. “Tentu saja aku baik. Jangan khawati, aku memang sedikit mual tapi aku tetap harus menghabiskan nasi goreng ini, bukan?” Alfred menganggukkan kepalanya dengann pelan lalu mengusap punggung Charlotte agar wanita itu merasa lebih baik. Entah apa yang sedang terjadi pada Charlotte tapi memang selama ini Charlotte sangat jarang sakit. Wanita itu seperti seorang superwoman yang memiliki kekuatan luar biasa. Ketika melihat keadaan Charlotte yang tidak kunjung membaik, Alfred jadi mengingat apa yang dikatakan oleh Hugo. “Charlotte, apakah ini hanya perasaanku saja atau memang benar begitu..” “Apa?” Tanya Charlotte sambil menampilkan ekspresi kebingungan. “Apa kau hamil?” Tanya Alfred. Charlotte tampak mengedipkan matanya beberapa kali sebelum tertawa dengan pelan. “Tentu saja tidak. Jangan membuatku terkejut seperti itu. Sekalipun tidak mengatakannya secara gamblang, aku tahu jika kau tidak ingin memiliki anak lagi. Aku rasa sekalipun aku belum pernah bertemu dengan Aurora, aku juga akan menyayanginya ketika kita punya kesempatan untuk bertemu. Jadi, jika kau memang tidak menginginkannya kurasa itu tidak masalah..” Alfred meatap Charlotte dengan pandangan penuh rasa salah. Alfred bukan tidak ingin memiliki anak lagi. Alfred hanya tidak siap. Tapi jika memang keadaan mengatakan sebaliknya, maka Alfred memang harus menerimanya sekalipun dia tidak siap. “Charlotte..” “Sudahlah, Alfred. Aku tidak pernah mempermasalahkan apapun denganmu. Kau tahu jika selama ini aku selalu mencoba untuk mengerti dirimu karena kau juga melakukan hal yang sama padaku. Aku suka anak-anak, tapi aku tidak harus hamil dan melahirkan untuk memiliki seorang anak. Mungkin suatu saat kita bisa melakukan adopsi atau semacamnya..” Kata Charlotte dengan pelan. Alfred menghembuskan napasnya. Kenapa mereka jadi membahas topik sensitif seperti ini? Oh Tuhan, Alfred jadi merasa bersalah karena selama dua tahun menjalin hubungan dengan Charlotte, Alfred kadang masih bersikap egois dengan memendam keinginannya sendiri. “Tubuhmu adalah milikmu, Charlotte. Kau bisa melakukan apapun pada tubuhmu. Jika kau memang ingin mengandung dan memiliki anak, itu sama sekali tidak masalah, tapi jika tidak, itu juga tidak masalah..” Kata Alfred dengan pelan. “Jangan khawatir, Alfred. Usiaku masih sangat muda, aku punya banyak waktu..” Kata Charlotte sambil tertawa pelan. “Tapi aku tidak punya waktu sebanyak dirimu..” “Jangan bergurau atau aku akan memukulmu!” Kata Charlotte sambil menatap Alfred dengan tatapan kesal.    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD