Suara langkah kaki memenuhi lorong sekolah yang tengah ramai di pagi hari. Ratusan murid yang baru datang segera berlari agar tidak terlambat masuk ke dalam kelas. Ketika teman-temannya sibuk berlari menuju kelas, Aurora sedang duduk bersantai di ruang guru karena pagi ini dia tidak akan mengikuti materi kelas. Miss Anistton mengatakan jika Aurora akan mendapatkan bimbingan intensif selama satu pekan ke depan sebelum dia berangkat ke Manhattan di hari Jumat malam.
Rasanya sudah sangat lama Aurora tidak bepergian menggunakan pesawat. Ibunya adalah tipe orang tua yang tidak suka mengganggu jam belajar anaknya dengan acara tidak penting yang mengharuskan Aurora meninggalkan sekolah. Selama waktu sekolah, tidak akan ada rencana liburan yang dibuat oleh ibunya.
Aurora tinggal bersama orang tua yang sangat sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Tidak banyak waktu yang mereka miliki untuk dihabiskan dengan bepergian ke luar kota.
“Dia adalah Aurora Bernadius, putri dari Abigail Alexson yang bekerja sebagai dokter hewan di animal hospital.”
Aurora bangkit berdiri ketika Miss Anistton datang dengan seorang guru wanita yang akan menjadi pembimbingnya selama satu pekan ke depan.
“Bernadius? Aku pernah mendengar nama itu sebelumnya..”
“Mungkin kau mengenal Profesor Alfred Bernadius? Dia dulu tinggal di Colombus tapi sekarang menetap di Washington.”
“Kau putrinya Alfred?”
Aurora menganggukkan kepalanya dengan cepat. Ada rasa bahagia setiap kali menemukan seseorang yang masih mengenal ayahnya di kota ini.
“Kau sangat cantik, Aurora. Terakhir aku bertemu denganmu, kau masih berusia 6 atau 7 tahun..”
“Kalian sudah saling mengenal rupanya. Itu lebih baik karena bimbingan ini akan berjalan dengan lancar” Miss Anistton tertawa dengan pelan.
“Aku berteman dengan Alfred ketika dia melakukan penelitian pada perubahan iklim Ohio selama 20 tahun terakhir. Dia seorang ahli meteorologi yang sangat hebat, aku merasa tidak pantas untuk mengajari putrinya ketika Aurora memiliki ayah yang sangat ahli”
“Percayalah padaku Mrs. Reyna, aku juga sering merasakan hal yang sama. Aurora sangat hebat hingga aku merasa kesulitan untuk menemukan pembimbing yang seimbang dengan kemampuannya..”
***
Bimbingan pertama Aurora dilakukan pada pukul 9 pagi. Aurora mendapatkan ruangan khusus agar dia bisa belajar dengan tenang bersama dengan Mrs Reyna.
Selama melakukan bimbingan, Aurora tidak hanya menanyakan mengenai materi meteorologi, tapi dia juga sering bertanya mengenai ayahnya.
Ingatan Mrs Reyna sangat baik padahal terakhir kali dia bertemu dengan Alfred adalah sekitar sepuluh tahun lalu sebelum dia pergi ke wilayah Nevada untuk mengikuti suaminya. Tiga tahun lalu suaminya meninggal sehingga Mrs Reyna memutuskan untuk kembali ke Ohio.
“Pelajaran kita akan berakhir sampai di sini, Aurora. Kita akan bertemu lagi besok pagi pada pukul 9 tepat. Aku tidak suka jika kau terlambat, jadi usahakan untuk datang lebih awal” Kata Mrs Reyna sambil membereskan beberapa materi pembelajaran mereka selama beberapa jam belakangan.
“Aku janji akan berangkan lebih awal Mrs Reyna. Terima kasih atas materi yang sudah anda berikan hari ini..” Aurora mengucapkan terima kasih sambil tersenyum.
“Satu minggu lagi kau akan berangkat ke Manhatta, kupikir aku akan mengalami banyak kesulitan karena baru melakukan bimbingan pekan ini. tapi ternyata aku salah. Kau lebih hebat dari yang aku bayangkan..”
“Aku akan berusaha untuk menguasai semua materi yang Anda berikan, Mrs Reyna”
“Tanpa kau sadari kau sudah menguasai semuanya, Aurora. Ayahmu pasti sangat bangga karena melihat keberhasilanmu..”
Aurora menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.
Deritan suara pintu membuat Aurora menolehkan kepala secara spontan. Miss Anistton masuk dengan raut wajah gusar seakan baru saja terjadi hal buruk.
“Aurora, ayahmu ada di ruang guru. Dia ingin menjemputmu pulang karena ada sesuatu yang mendesak..”
Aurora mengernyitkan dahinya. Kenapa ayahnya sampai masuk ke dalam sekolah hanya untuk menjemputnya? Biasanya Dalton akan menunggu di parkiran sambil mencoba menghubungi Aurora.
“Apakah bimbingan kalian sudah selesai?” Tanya Miss Anistton.
“Ya, kami baru saja menyelesaikan materi sekitar 5 menit yang lalu”
“Baiklah, sekarang segeralah pulang, Aurora. Ayahmu sudah menunggumu”
***
Dalton sama sekali tidak mengatakan apapun, pria itu hanya mengajak Aurora untuk segera pulang.
Kedua alis Aurora mengernyit ketika Dalton menggunakan jalan yang tidak tertuju ke rumah.
“Kenapa kita lewat sini?” Tanya Aurora.
“Kau akan segera tahu..” Jawab Dalton sambil mengusap kepala Aurora dengan pelan.
Mobil yang mereka tumpangi terparkir di halaman rumah sakit besar yang ada di pusat kota Colombus. Kali ini Aurora tidak bisa menahan rasa khawatirnya.
“Apakah terjadi sesuatu yang buruk?” Tanya Aurora dengan gelisah.
“Dengarkan Daddy, Aurora. Tadi pagi Mommy mengalami kecelakaan, dia sedang dirawat di rumah sakit karena mengalami luka yang cukup serius. Tapi jangan khawatir, dia sudah baik-baik saja sekarang”
Pandangan Aurora terasa berputar ketika dia mendengar penjelasan yang diberikan oleh Dalton.
Oh tidak, bagaimana mungkin ibunya bisa mengalami kecelakaan?
“Aku ingin menemui Mommy!” Aurora turun dari mobil sambil menangis ketakutan.
***
Suasana rumah sakit akan selalu terasa sunyi sekalipun tempat ini tidak pernah benar-benar sepi. Aroma obat yang menyengat, suara perawat yang saling berkomunikasi untuk membicarakan keadaan seorang pasien, lalu juga hilir mudik orang-orang yang berjalan dengan raut khawatir di sepanjang lorong. Tidak ada orang yang merasa baik-baik saja ketika harus masuk ke dalam rumah sakit. Hal yang sama juga dirasakan oleh Aurora.
Berkali-kali dia menghembuskan napasnya dengan gusar ketika melihat keadaan ibunya yang terbaring dengan perban yang membalut lukanya. Kaki kiri ibunya patah, kepalanya terluka dan ada banyak sekali goresan kaca di wajahnya.
Sejak beberapa jam yang lalu ibunya telah sadarkan diri, tapi dokter tidak mengizinkan dia bergerak karena takut akan memperburuk keadaannya.
Aurora menangis selama hampir satu jam ketika dia pertama kali melihat luka di tubuh ibunya.
“Mommy baik-baik saja, sayang. Jangan menangis seperti itu..”
Suara monitor jantung yang ada di sisi kiri kepada ibunya semakin mendramatisir keadaan. Aurora tidak bisa menghentikan tangisannya, dia merasa ketakutan karena kelihat luka di seluruh tubuh ibunya.
“Ada banyak orang di dunia ini yang mengalami kecelakaan, Mommy beruntung karena tidak mendapatkan banyak luka serius”
“Kaki Mommy patah..” Aurora memberanikan diri untuk menyentuh kaki ibunya yang dibungkus oleh perban keras berwarna putih. Beberapa jam yang lalu ibunya sudah menjalani operasi, Aurora sama sekali tidak diberi tahu hingga sore hari karena ibunya tidak ingin mengganggu bimbingan yang Aurora lakukan.
“Dalam beberapa bulan Mommy akan sembuh. Jangan khawatir..”
“Ini makan siang untukmu, Aurora. Kau belum makan apapun sejak pagi karena sibuk dengan bimbingan pelajaranmu” Dalton datang sambil membawa bungkusan makanan dari sebuah restoran kesukaan Aurora.
“Apakah Mommy diizinkan makan seafood?” Tanya Aurora sambil menerima bungkusan makan yang diberikan oleh Dalton.
“Dia akan makan makanan rumah sakit selama satu pekan ke depan..”
Aurora menganggukkan kepalanya dengan pelan.
“Aurora, sepertinya Mommy tidak akan bisa mengantarmu ke Manhattan minggu depan. Maafkan Mommy”
Aurora tertegun untuk sesaat. Masih teringat jelas jika beberapa minggu lalu dia berharap agar ibunya tidak perlu ikut ke Manhattan. Oh tidak, seharusnya Aurora tidak mengatakan sesuatu yang buruk.
“Apakah pihak sekolahmu tidak mengirimkan seorang pendamping untukmu, Princess?” Tanya Dalton.
Selama ini Aurora tidak pernah mendapatkan pendampingan dari sekolah ketika akan mengikuti perlombaan. Biasanya sekolah akan mengirimkan guru pendamping apabila ada murid yang mengikuti perlombaan dalam format tim atau kelompok.
“Tidak ada..” Jawab Aurora.
“Sepertinya kita harus meminta bantuan kepada Alista. Aku tidak mungkin meninggalkanmu sendirian di saat seperti ini..”
“Ada banyak perawat di rumah sakit ini, aku akan baik-baik saja ketika kau mengantarkan Aurora ke Manhattan”
“Perlombaan itu akan dilaksanakan selama sepekan penuh, bagaimana jika kau membutuhkan sesuatu di sini?”
“Dalton, aku tidak mungkin membiarkan Aurora pergi sendirian. Kau tahu itu..”
“Aku tahu, oleh sebab itu aku mengatakan jika kita membutuhkan bantuan Alista..”
Tangan Aurora bergerak untuk mengambil air mineral yang tersedia di atas meja. Tiba-tiba saja sesuatu terjadi dan mengubah semua rencana mereka. Bukan hanya rencana tentang pergi ke Manhattan, tapi mungkin kedua orangtuanya juga akan menunda kunjungan mereka ke LA.
“Alista baru saja melahirkan, kita tidak bisa meminta bantuannya..”
“Aku akan pergi sendiri..”
Kalimat singkat yang Aurora katakan membuat kedua orangtuanya berhenti berdebat dan menatapnya dengan pandangan terkejut.
“Kau tidak boleh pergi sendirian, Aurora” Ibunya langsung menunjukkan ekspresi tidak setuju.
“Aku sudah 17 tahun, beberapa bulan lagi aku akan genap berusia 18. Aku sudah cukup besar untuk melakukan perjalanan seorang diri”
“Itu bukan ide yang bagus!” Abigail kembali menolak.
“Kita akan memikirkan jalan keluar untuk masalah ini. Sekarang sebaiknya kau kembali istirahat dan biarkan Aurora menghabiskan makanannya..”
Seperti yang terjadi biasanya, Dalton akan menjadi penengah dalam setiap perdebatan antara Aurora dan ibunya.
Belakangan ini mereka sangat sering berselisih pendapat. Entah kenapa Aurora merasa jika dia semakin tidak sejalan dengan ibunya.