Colombus, Ohio (US)
Aurora menatap puluhan lembar materi yang baru saja dia cetak di mesin pencetak. Malam ini dia harus membaca dan memahami seluruh materi yang berhubungan dengan proses terjadinya perubahan iklim. Secara umum, Aurora sudah memahami seluruh materi ini sejak dia masih berada di bangku sekolah dasar, tapi Aurora tetap ingin memperluas pengetahuannya untuk benar-benar mempersiapkan perlombaannya yang akan digelar dua minggu lagi.
“Ini s**u coklat untukmu, Aurora..” Ibunya datang sambil membawa segelas s**u coklat dan beberapa potong kue yang akan menemani Aurora belajar malam ini.
Hujan tidak lagi turun membuat udara jadi jauh lebih hangat dari hari-hari yang lalu. Aurora suka menikmati segelas s**u coklat dengan beberapa buah es batu untuk menyegarkan tenggorokannya.
“Mommy memesan beberapa buku meteorologi untukmu, apakah buku itu belum datang?” Tanya ibunya sambil membuka beberapa materi Aurora yang berserakan di atas meja belajarnya.
Aurora menggelengkan kepala sambil tetap fokus untuk mendengarkan video penjelasan mengenai fenomena hujan badai yang terjadi di sebagian wilayah Asia yang dia putar di laptop miliknya.
“Aku bisa langsung bertanya pada Daddy jika aku mengalami kesulitan saat mempelajari meteorologi” Jawab Aurora dengan asal.
“Kau bercanda? Dalton tidak mengerti apapun mengenai meteorologi” Abigail tertawa sambil tetap membaca materi Aurora.
Aurora menghentikan video yang ada di layar laptopnya.
“Bukan Dalton, tapi aku bisa menghubungi Daddy karena dia adalah seorang profesor” Kata Aurora dengan tenang.
“Oh?” Raut wajah ibunya langsung berubah.
Tangan Aurora kembali bergerak untuk melanjutkan video penjelasannya.
Sejak kecil Aurora tertarik mengenai materi meteorologi, tapi selama ini Aurora tidak pernah memiliki kesempatan untuk mempelajari ilmu tersebut. Ibunya jauh lebih suka jika Aurora mempelajari ilmu biologi atau kimia.
“Setelah aku mengikuti perlombaan, apakah aku boleh pergi ke Washington?” Tanya Aurora.
Sudah dua minggu berlalu sejak Aurora memendam rencana liburannya. Dalton sudah tahu apa yang ingin Aurora lakukan ketika menghabiskan liburan musim dingin, tapi ibunya masih belum tahu.
“Washington?” sebelah alis ibunya terangkat seakan dia sedang menunjukkan rasa tidak setuju.
“Mommy bisa pergi bersama dengan Daddy, dia merencanakan liburan ke Los Angeles untuk melakukan peresmian perusahaan baru. Tapi.. bolehkah aku pergi ke Washington?” Aurora kembali mengulangi pertanyaannya.
“Kamu serius?”
Aurora menganggukkan kepalanya dengan yakin. Tangannya bergerak untuk menunjukkan sebuah gambar yang ada di ponselnya.
“Daddy sudah memesankan tiket pesawat dari Manhattan ke Washington. Aku ingin bersamanya saat musim dingin tahun ini..” Aurora menjelaskan dengan sedikit ragu.
Dua hari lalu Aurora mendapatkan tiket keberangkatan pesawat dan akomodasi hotel dari sekolah selama dia berada di Manhattan. Begitu mengetahui tanggal kepulangannya, Aurora langsung menghubungi Alfred dan mengatakan jika perlombaannya akan selesai pada tanggal 15 Desember. Alfred segera mengurus tiket pesawat Aurora dari Manhattan ke Washington. Pria itu menyiapkan segalanya dalam waktu yang sangat singkat.
Setelah dua hari bergelut dengan pikirannya sendiri, Aurora akhirnya memberanikan diri untuk mengungkapkan rencana liburannya kepada Abigail.
“Kau melakukan semua ini tanpa meminta izin kepada Mommy?” Tanya ibunya.
“Aku tidak bermaksud seperti itu, tapi aku juga memiliki hak untuk mengunjungi rumah Daddy di Washington” Aurora menjawab dengan pelan.
“Pertama kau menjalin hubungan asmara dengan seorang pemuda yang masih belum jelas asal usulnya, lalu sekarang kau merencanakan perjalanan ke Washington tanpa memberi tahu Mommy? Aurora, kali ini kau telah melewati batas..”
Aurora menundukkan kepalanya. Dia tahu kalau perbuatannya tidak bisa dibenarkan, tapi Aurora juga tidak salah jika ingin pergi mengunjungi ayahnya?
Bayangkan saja, dalam lima tahun terakhir, Aurora baru tiga kali bertemu dengan ayahnya.
Masalah yang terjadi antara kedua orang tuanya seharusnya tidak mempengaruhi hubungan Aurora dengan ibu ataupun ayahnya. Mereka berdua yang mengakhiri hubungan, bukan Aurora.
“Aku ingin menghabiskan liburan natal bersama dengannya..” Kata Aurora.
“Tidak. Kau tidak boleh pergi kemanapun! Setelah selesai rangkaian perlombaanmu di Manhattan, kita akan langsung terbang ke LA dan mengurus peresmian perusahaan Dalton. Kau putrinya selama lima tahun ini, jangan membuatnya kecewa dengan tidak datang ke acara pentingnya!”
Aurora menatap ibunya dengan tidak setuju.
“Selama 17 tahun aku putri seorang Alfred Bernadius. Mommy tidak bisa melupakan fakta itu..”
“Aurora!” Ibunya bangkit berdiri dan menatap Aurora dengan penuh amarah.
“Aku tidak pernah melewatkan momen penting yang dimiliki oleh Dalton. Dia juga ayahku, aku sangat menyayanginya. Tapi bayangkan saja berapa banyak momen ayah kandungku yang telah aku lewatkan?”
“Dia juga melewatkan banyak momen penting hidupmu! Apakah dia ada di saat kelulusan sekolah dasar dan sekolah menengahmu? Apakah dia pernah meninggalkan pekerjaan hanya karena mendengar kau demam saat di sekolah? Apakah Alfred akan rela tidak berangkat bekerja saat kau akan tampil di pementasan seni? Alfred tidak ada, hanya ada Dalton”
Aurora mengerjapkan matanya. Belakangan ini semakin banyak hal tidak masuk akal yang diucapkan oleh ibunya.
“Daddy tidak ada karena Mommy mengusir dia!”
“Aurora!” Tangan ibunya terayun, Aurora sudah bersiap untuk mendapatkan tamparan di pipinya, tapi ternyata ibunya menghentikan gerakan tangannya.
“Hentikan semua omong kosong ini. Tidak akan ada yang pergi ke Washington, kita akan pergi ke LA. Selama ini kau selalu menjadi anak penurut, Aurora.. jangan lupa jika Mommy berusaha keras untuk menyiapkan semua ini untuk masa depanmu..”
“Aku juga berusaha untuk melakukan segala hal yang Mommy katakan, tapi kali ini aku ingin pergi ke Washington. Aku juga ingin tahu bagaimana kehidupan Daddy di sana”
“Dia gagal, Aurora. Apa yang kau harapkan dari seorang pria yang selalu mendapatkan kegagalan di sepanjang hidupnya?”
“Keberanian!” Aurora menjawab dengan cepat. “Aku ingin melihat keberaniannya dalam berusaha bangkit padahal dia baru saja mengalami sebuah kegagalan”
***
Pagi dan sore yang tampak cerah nyatanya tidak menjamin jika di tengah malam tidak akan turun hujan.
Aurora berjalan untuk membuka jendela kamarnya. Udara dingin langsung masuk bersama dengan tetesan air hujan yang membasahi lantai kamarnya. Aurora meletakkan sebuah kain di bawah jendela agar air hujan yang masuk tidak langsung membasahi kamarnya.
Susu coklat yang beberapa jam lalu dibawakan oleh ibunya masih tersisa sebagian. Aurora memilih untuk menghabiskan s**u itu sambil berdiri menatap hujan yang turun dengan deras.
Malam ini tidak ada petir dan angin kencang. Hanya hujan yang terasa menenangkan.
Beberapa materi yang Aurora siapkan telah dia baca dan dia mengerti. Aurora hanya tinggal mengerjakan beberapa latihan soal sebelum dia beranjak tidur.
Namun, saat dia baru mengerjakan sekitar sepuluh soal pilihan ganda, hujan tiba-tiba turun dan membuat Aurora memilih untuk menunda pekerjaannya. Aurora suka melihat tetesan air hujan di malam hari.
Beberapa waktu lalu Dalton datang dan memberikan penjelasan kepada Aurora mengenai perdebatannya dengan Abigail sore tadi.
Tidak ada yang berubah, perintah ibunya masih tetap menjadi yang utama.
“Ya, Daddy?” Aurora sedikit merasa antusias ketika mendapatkan panggilan telepon dari ayahnya.
Bagaimana suasana Washington malam ini? Apakah hujan sama seperti Colombus?
“Kau menelepon Daddy tadi sore? Maaf, ada pekerjaan penting yang harus Daddy lakukan..”
Aurora menganggukkan kepalanya. Dia mengerti sesibuk apa pekerjaan ayahnya.
“Aku hanya sedang merasa bosan, jadi aku menghubungimu..” Kata Aurora sambil mengulurkan tangannya ke luar jendela.
Tetesan air hujan membasahi telapak tangan Aurora, menimbulkan sensasi dingin yang menyenangkan.
“Daddy pasti sangat sibuk saat ini..” Aurora kembali berbicara.
“Kau akan tahu sesibuk apa Daddy saat kau datang ke sini. Apakah kau sudah mendapatkan izin dari ibumu, Aurora?” tanya Alfred.
“Jangan khawatir, aku akan segera mendapatkan izin darinya..” Jawab Aurora dengan pelan.
Entah bagaimana caranya, Aurora akan berusaha agar dia diizinkan mengunjungi Washington.
“Mommy akan mengunjungi LA ketika natal, dia mungkin akan menghabiskan waktu lama di sana..” Kata Aurora.
“Kau tidak ingin ikut dengannya? Pesta natal di LA sangat meriah”
Kepala Aurora menggeleng dengan pelan.
“Aku tidak terlalu menyukai pesta..”
“Baiklah, mungkin kau akan menyukai perayaan di Washington..”
“Kenapa Daddy tidak pernah datang berkunjung ke Ohio? Apakah Daddy tidak merindukan tempat ini?”
Ayahnya tumbuh besar di Ohio. Teman, keluarga, dan juga saudaranya ada di sini, tapi selama lima tahun ini ayahnya tidak pernah datang ke Ohio. Aurora sering bertanya-tanya apa yang menjadi alasan kepergian ayahnya, tapi sekarang Aurora mulai menyadari jika kehidupan orang dewasa sangat rumit. Mungkin ayah dan ibunya sangat terluka saat perceraian mereka lima tahun lalu hingga sampai saat ini mereka berdua tidak pernah saling bertemu. Bahkan ibunya terkesan tidak ingin mendengar kabar apapun dari ayahnya.
“Daddy sangat merindukanmu”
“Bukan hanya aku, tapi segala hal yang ada di Ohio..”
“Hanya kau satu-satunya orang yang tersisa di Ohio, Aurora..”
“Belakangan ini aku sering melakukan kesalahan yang membuat Mommy marah. Apakah Daddy juga akan marah jika aku melakukan kesalahan?”
“Apa yang kau lakukan?”
Aurora diam untuk beberapa saat. Ada suara gemuruh petir yang terdengar samar. Sepertinya tempat lain sedang diguyur hujan badai dengan petir dan angin yang kencang.
“Jatuh cinta..”
Terdengar suara tawa di seberang telepon.
“Apa yang salah dengan jatuh cinta? Kau berusia 17 tahun, Aurora. Dulu Daddy bertemu dengan ibumu saat dia berusia 17 tahun”
Berbeda dengan ibunya yang selalu menghindari pembicaraan mengenai ayahnya, Alfred justru melakukan hal yang sebaliknya. Ayahnya sering membawa ibunya di dalam pembicaraan yang mereka lakukan.
“Lalu kalian menikah dan memiliki anak..”
“Benar. Kehidupan berjalan dengan sangat cepat saat kau lahir, Aurora. Lalu tanpa sadar sekarang kau sudah berusia 17 tahun..”
“Mommy sering marah saat aku pergi bermain bersama dengan teman-temanku. Dia mengurungku dengan puluhan buku biologi dan kimia hingga membuatku seperti anak yang anti sosial.. aku benci keadaan ini..”
Beberapa saat lamanya tidak ada jawaban dari ayahnya. Aurora sempat mengira jika panggilan telepon mereka telah terputus.
“Dia hanya berusaha untuk menjagamu agar tidak mengalami kegagalan yang sama seperti yang pernah dia alami. Ibumu adalah wanita yang baik, usahakan untuk tidak mengecewakannya..”
***