Hans merasa kesal bukan kepalang. Rasanya, ia ingin sekali menarik kerah baju milik Frans dan memukulnya hingga babak belur. Tapi, mana mungkin ia bisa melakukannya? Hans memilih untuk memperhatikannya saja. "Bagaimana dia bisa begitu berani, setelah semua yang aku katakan dengan jelas, tadi?" tanya Hans pada diri sendiri, seraya memegang dahinya. Ternyata, urusan hati lebih berat daripada segudang pekerjaan yang tengah ia hadapi saat ini. Ucapan terakhir dari bibir Frans pun kembali terngiang dan itu membuat Hans harus menyelesaikan sesuatu tepat pada waktunya. Hans membuka ponsel dan menelepon seseorang, "Cas, di mana Ara?" tanya Hans sesaat setelah berusaha meredakan kekesalannya. "Saya baru saja tiba di rumah untuk mengantar nona muda, Tuan. Sekarang, beliau sudah masuk ke dalam ru