'Aurora, nyawaku ada di tanganmu. Aku, hanya bungkusan kosong tanpa hangatmu.' Bagian dari diri Hans berbisik, hingga mengguncang jiwanya yang terdalam. "Tuan, jika bukan Anda yang membuat janji dengan nona, lalu siapa?" tanya pak Ahmad semakin membuat Hans berpikir dan ia teringat bahwa ponselnya sempat terlepas dari genggaman tangannya, siang tadi. Sekarang, semua mengusik laki-laki pemilik trauma masa lalu tersebut. Antara kehabisan akal dan pikiran, dengan keadaan masa kini yang menjadi impian dan harapan. Hans berusaha untuk menepis semua prasangka yang telah diciptakan oleh musuhnya. Laki-laki kekar itu mengatur napas dan duduk dengan tenang. Ia mencoba untuk berpikir jernih kali ini. Lalu mengepal kedua tangan dan berusaha mengabaikan rasa sakit, serta bayangan Aurora tengah ber