Tak ada yang lebih indah daripada hari-hari yang dinaungi cinta. Dan tak ada yang lebih menyakitkan, daripada malam-malam penuh ketakutan, karena ditinggalkan. Itulah satu paragraf tentang hati seorang Hans Prawira. Namun apa mau dikata, tampaknya saat ini, ia harus menghadapi semuanya dengan lapang d**a. Sepanjang perjalanan pulang ke tanah air, Aurora terus memperhatikan ekspresi wajah Hans yang menegang. Untuk pertama kali di dalam hidupnya, laki-laki yang ia cintai, menekuk wajah sepanjang waktu. Wanita bermata biru itu bingung. Tapi, ia tidak bisa menebak tentang apa yang sebenarnya telah terjadi terhadap suaminya. Dan kini ia merasa, dirinya belum mengenali Hans hingga ke akar-akarnya. "Sttt," desis Aurora dengan suara yang cukup kuat, demi menyadarkan suaminya. Lalu ia mengusap