Harapan Icha

1311 Words
Kedua mata Icha tak lepas sedikitpun dari seorang wanita yang masih sangat muda mengendong seorang bayi di depan dadanya. Wanita muda yang sedari tadi, mondar-mandir ada di atas kapal laut ini, ke sana kemari sambil menyanyi, dan setelah sekitar 1-2 menit menyanyi, wanita itu akan mendekati satu persatu orang yang sudah menikmati nyanyiannya untuk meminta bayaran ( pengamen). Dan wanita muda dengan bayi yang ada dalam gendongannya saat ini, sudah ada tepat di depan Icha, menanti pemberian Icha yang membeku kaku di tempat duduknya. Dan Icha tersentak kaget di saat wanita muda penggendong bayi itu.... "Enggak ada ya, Kak. Enggak apa-apa...." "Uang saya kumpulkan sudah cukup untuk beli s**u anak saya...." "Anak kamu?"Pekik Icha tertahan dan mendapat anggukan hangat dari perempuan muda yang Icha tebak masih umur 15 atau 16 tahun di depannya saat ini. "Iyah, Kak. Anak saya namanya Arya. Eh saya pamit dulu ya, Kak. Ini kapal mau jalan sebentar lagi...." "Tunggu, umur kamu berapa, dan kenapa kamu yang cari makan. Mana suamimu?"Reflek Icha bertanya banyak pada perempuan muda di depannya. Dan menyadari kalau ia sudah lancang, Icha reflek menutup mulutnya dengan kedua tangannya. "Maaf..."Cicit Icha pelan.... Cicitan pelan Icha mendapat gelengan lembut dari wanita muda di depannya. "Tidak apa-apa, umur saya 15 tahun, Kakak. Saya... Saya nggak ada suami..."Ucap perempuan muda itu pelan. Mendengarnya membuat kedua mata Icha melotot lebar. "Saya.... anak yang saya gendong adalah anak saya dari hasil p*********n bapak tiri saya...."Lanjut wanita muda itu lagi dengan suara yang sangat lirih, mendengarnya, kali ini membuat Icha bahkan terhuyung dua langkah ke belakang. Tapi, untung saja, Icha bisa menguasai dirinya dengan cepat dan mendengar peringatan dari pengeras suara kalau kapal ini akan segera jalan sebentar lagi, Icha dengan kasar merogoh saku celananya, dan keluar 3 lembar uang warna merah di sana dan Icha dalam sekejap dengan hati ikhlas dan besar memberikan 3 lembaran itu pada perempuan muda yang ada di depannya yang anaknya terlihat menggeliat gerah. "Ini kebanyakan...." "Tidak. Itu untuk anakmu... dan siapa nama kamu?"Tanya Icha cepat. "Nama saya Lana kakak....." "Kamu orang mana, Lana?" "Saya orang Mataram, Kak. Tapi merantau ke sini...." "Ya, salam kenal Lana. Semoga kita bisa bertemu lagi nanti... di sini...."Ucap Icha lembut, tapi ucapan terekahir Icha yang mengatakan semoga mereka bertemu lagi, di sini, di kapal yang ada di pelabuhan ini, Icha mengucap dengan nada yang sangat ragu, karena... Icha mungkin akan trauma, akan berat untuk kembali menginjakkan kaki di kota tempat kakak sepupunya tinggal. Kakak sepupu jahatnya yang sudah menghancurkan masa depan Icha..... yang sudah merusak Icha 2 hari yang lalu. *** Icha melirik ke arah kiri, ke arah kanan, belakang dan depannya. Sepi, tidak ada orang satupun, membuat Icha tersenyum lega... bahkan sangat lega. Icha... Icha malu apabila berdoa dengan air mata berlinang ada orang yang melihatnya. Ada orang yang mendengarnya. Tapi, untung saja, suasana mushola kecil yang ada dalam kapal ini hanya ada Icha seorang diri. Dan icha dengan lembut mulai mengadahkan kedua tangannya keatas. Kedua matanya berkaca-kaca dan memerah dalam sekejap. Kilasan bagaimana dirinya di rusak, menari bagai kaset rusak dalam pikiran Icha, kilasan bagaimana Evan kakak sepupunya menghina fisiknya di restoran, kilasan bagaimana Kak Evan menyuruh ia aborsi anaknya kalau ia hamil, kilasan Kak Evan yang nampar pipinya, kilasan Kak Evan yang hampir menendangnya, kilasan wajah tak suka Kak Evan di saat Kak Evan mengatakan tidak bisa bertanggung jawab tidak akan bisa suka anak mereka misal Icha hamil karena kejadian 2 hari yang lalu, detik ini berhasil membuat air mata Icha tumpah membasahi setiap gurat dan garis wajahnya dalam sekejap. Dan Icha dengan suara yang sangat gemetar. Terdengar sakit dan hancur.... Icha... "Ya Allah.... Semoga... Semoga kebohonganku pada Kak Evan jadi kenyataan. Aku tidak hamil anak Kak Evan nantinya dan semoga tanggal 15 nanti aku mendapatkan tamu bulananku. Aaminn...." ***** Rania melirik dengan jantung yang ingin meledak kearah Evan----kekasihnya yang banyak diam sedari tadi. Bahkan sejak 1 jam yang lalu, sejak film yang berdurasi 45 menit di putar dan film yang mereka nonton sudah selesai. "Kamu banyak diam..."Ucap Rania pelan dan mengambil tangan Evan yang ada di atas paha laki-laki itu untuk Rania angkat dan simpan di atas pahanya. "Kamu juga diam. Serius banget nontonnya. Aku ngga mau ganggu, dan jujur saja... aku nggak suka dengan film yang kamu pilih untuk kita nonton di malam perpisahan kita malam ini..." "Tapi, di 10 menit film sudah berputar, aku mulai terhanyut. Dan entah apa alasan mu, yank. Nonton film beginian kali ini..." "Kamu nggak lupa kan, Van. 4 bulan lagi aku mau dan siap jadi istri kamu.. "Ucap Rania mengingat, untuk dua detik membuat tubuh Evan menegang kaku mendengarnya, tapi sedetik kemudian, Evan sudah tersenyum lebar hingga detik ini, bahkan tangannya sudah merangkul mesra dan hangat tubuh kekasihnya Rania dari samping. "Ya, andai bisa. Besok atau lusa aku mau nikahi kamu, yank. Aku nggak sabar. " "Ngggak sabar untuk malam pertama yang utama... kamu adalah perawanku dan maaf, aku bukan seorang perjaka lagi."Ucapan yang ini, jelas hanya di ucap dalam hati oleh Evan. "Van..."Panggil Rania serius. Membuat lamunan singkat Eva akan kesalahan semalamnya dengan Icha buyar. "Ya, sayang. Kamu lapar?"Tanya Evan lembut. Kepala Rania menggeleng kecil dan Rania terlihat menarik nafas panjang lalu di hembuskan dengan perlahan oleh perempuan itu, terlihat lelah dan letih. Evan bingung melihatnya. Ada apa dengan kekasihnya? "Kenapa..." "Tadi ada film tentang drama rumah tangga,"Ucap Rania dengan senyum tipisnya. Evan mengangguk paham. "Aku... aku takut kamu kayak laki-laki tadi, Van..."Ucap Rania pelan, kontan membuat Evan melotot lebar, tak terima. "Enggak mungkin lah..."Bantah Evan tegas. "Baru 3 tahun nikah, belum hamil, rewel tanya kenapa istrinya belum hamil, dan di tahun ke empat tokoh utama laki-laki dalam film tadi, malah tes dengan tetangganya, apakah dia bersamalah eh tetanggannya hamil. Dan malah nikah siri dengan tetangganya...." "Istrinya mengetahui, minta cerai. Karena alasan ada anak. Laki-laki tadi menceraikan istri pertama dan cinta pertamanya. Dan anak yang di lahirkan tetangga atau istri sirinya cacat. Istri sudah nikah dengan orang lain. Suami kedua mantan istrinya sabar. Menunggu 4 tahun, akhirnya punya anak yang cantik dan pintar... tapi, tetap saja, rasa sakit, trauma karena pengkhianatan suami pertama...." "Aku tidak akan seperti itu!"Potong Evan tegas ucapan Rania. "Kalau akhirnya akan begini. Aku nggak sudi nonton film sialan ini tadi..."Ucap Evan geram. "Janji, kamu... misal aku lama hamilnya kamu akan sabar...." "Ya, aku akan sabar. Tanpa ada anak tak masalah..."Ucap Evan pelan. Dalam hati ragu. Ia tidak ada anak. Maka habis lah keturunan keluarganya. Kakak Putri rahimnya sudah di angkat karena kecelakaan tunggal dengan almarhum suaminya. Mendengar ucapan Evan di atas... Membuat Rania bersorak dalam hati, dan Rania merasa lega luar biasa. Evannya sudah berjanji. Sungguh, Rania lega. Pasalnya karena 3 kali aborsi yang sudah ia lakukan, membuat dokter memvonis kalau rahimnya terluka parah di dalam sana---bahkan sudah jalan 2 tahun, Rania ML dengan Dimas tanpa pengaman, Rania tak kunjung hamil lagi. Oleh karena itu, Rania sengaja ajak Evan nonton film ini. Malam ini sebelum Rania kembali ke Australia untuk mewujudkan cita-citanya. Tanpa Rania sadar. Rania yang tengah sibuk dengan pikiran licik dan senangnya akan Evan yang sangat bucin padanya. Evan juga yang ada di sampingnya terlihat tengah melamun dan merenung juga Ternyata, lama punya anak, istri tak kunjung hamil, bisa jadi masalah besar dalam rumah tangga. Seperti film tadi, betapa berharga sosok anak setelah menikah dan kenapa Evan dengan mudahnya, menyuruh Icha aborsi misal Icha hamil anaknya karena kejadian 2 hari yang lalu. Tapi... "Tidak! Rania subur. Rania seorang dokter. Makanannya sehat. Pasti nanti Rania cepat hamil. Cepat kasih aku anak dan kasih mama cucu. Ya Allah, semoga... semoga rahim Icha kering dan tidak subur seperti tokoh wanita yang ada dalam film tadi, sehingga benihku yang sudah masuk ke dalam rahim Icha tidak jadi. Dan semoga apa yang Icha ucapkan tadi, benar...wanita sudah dan sedang haid saat ini...." "Sekali lagi, atau rahim Icha kering saja...."Doa dan harap hati Evan jahat. Hati Evan yang sudah benar-benar gelap sejak kejadian 2 hari yang lalu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD