Bingung

1920 Words
Gak semua orang yang bermuka seram dan datar itu jahat, tapi bisa jadi orang yang bermuka seram itu lebih baik dari orang yang baik. Maka jangan salah beranggapan. - Anya Putri Vania. "Hahaha parah lo Ni. Jahat banget! Kalo gue mah cukup gue karungin terus gue buang aja ke pulau Komodo dia, supaya sadar dan ketemu temen yang sama-sama datar dan gak pernah senyum sama sekali ahahaha!" ucap Koh Edwin sambil tertawa kencang. "Sumpah jahat banget kalian ini," rengek Anya. Anya PoV On. Setelah ikut pengajian dan ngerjain semua pekerjaan gue. Gue pun mutusin untuk makan malem di La Crystal. Gue sengaja ngerjain semuanya sampe malem kayak gini, karena gue pengen tenang nonton pertandingan mereka besok. Gue tau kalau saat ini gue jarang banget punya waktu sama temen-temen gue dan Putri. Mungkin moment kali ini bisa gue manfaatin untuk kumpul sama mereka semua. Gue tau, gue belum bisa kayak dulu lagi, tapi seenggaknya gue belajar untuk menghargai mereka dengan baik. Sampai di La Crystal gue melihat Lili yang lagi ngobrol sama Ashley. Dari kejauhan gue melihat mereka, hati gue terasa teriris karena biasanya kita kumpul rame-rame dan saling menguatkan satu sama lain. Gue berniat untuk nyamperin Ashley dan Lili. Gue pengen banget peluk dia. Gue kangen dia. Gue juga pengen minta maaf yang sebesar-besarnya sama dia. Sampe di belakang Lili gak ada satu orang pun yang sadar dengan kehadiran gue. Dan betapa kagetnya gue Ashley bisa ngomong satu oktaf di atas Lili. Selama ini gak ada yang ngajarin dia ngomong setinggi itu. Gue bisa melihat bagaimana rasa kecewa Lili kearah Ashley. Satu hal yang gue bisa ambil saat ini, kalau Ashley bener-bener berubah 180 derajat. "Kenapa Mami gak bilang sama Ley!" seru Ashley ke Lili di depan orang banyak. Kalimat itu yang selalu terngiang di otak gue, tatapan kecewa dan kesedihan selalu terpancar di mata dia. Gue pun menatap dia masih gak percaya. "Jaga bicaramu di hadapan orang banyak Ashley Putri!" ucap gue dengan nada datar. Semua orang langsung menoleh ke gue. Betapa kagetnya Lili dan Putri ketika melihat gue datang dengan tatapan datar. "Bub--bi----" ucap Putri terbata-bata. Gue masih menatap Putri dengan tatapan datarnya. Lili dengan spontan langsung menarik gue ke belakang dan mengkode gue untuk tidak marah besar ke arah Putri. "Lo gak usah khawatir, gue gak akan buat dia terluka atau sampe menyentuh dia sedikitpun. Lo lebih paham diri gue dari pada yang lainnya. Gue harap lo percaya sama gue kali ini. Gue melakukan kewajiban gue," ucap gue sambil melepaskan tangan Lili dari lengannya. "Gue gak papa serius, tahan emosi lo ya. Kita pulang sekarang," ajak Lili dengan nada lirihnya. gue merasa bersalah liat Lili begini, tapi apa boleh buat ini harus di luruskan. "Kalau lo mau pulang, pulang aja sendiri. Gue tetep mau ngomong empat mata sama Putri," jawab gue dengan penuh penekanan dan menatap Putri dengan tatapan elang. "Ikut saya!" ucap gue dengan tegas dan datar. Semua orang yang ada di situ hanya bisa diam melihat kedatangan gue. Banyak orang yang menatap gue dengan tatapan tidak sukanya, namun itu semua gue abaikan. "Nya santuy dong, yuk sambil ngaso dulu ngopi kita," bujuk Oni ke gue. Gue hanya menatapnya dengan datar dan menatapnya dengan tajam. "Gua gak punya waktu banyak. Kalian besok tanding jaga kesehatan kalian semua. Untuk kamu ikuti saya, jangan ada yang menghalangi saya. Siapapun yang menghalangi saya meluruskan ini semua, bukan hanya dia yang kena. Tapi, orang yang menghalangi saya juga akan ikut terseret kedalamnya," ucap gue datar. Semua orang yang ada di situ seketika langsung kaget mendengar ucapan gue yang datar dan dingin. "Mi!" panggil Putri lemah. Gue tau dia pasti minta bantuan sama Lili. Lili menatap Putri dengan tatapan sendunya, tapi ia juga tidak bisa melakukan apa-apa. Karena jika gue sudah turun tangan begini, biasanya itu sudah fatal. Lili hanya tersenyum dengan tipis dan menganggukkan kepalanya dengan pelan. "Ikutlah, dari pada Bubbimu makin marah padamu nak!" ucap Lili lembut. Gue langsung jalan mendahui Putri tanpa memperdulikan orang-orang di sekeliling gue. Gue masih bisa mendengar ucapan Lili. Gue berjalan mendahului Ashley dan dia ngikutin gue dari belakang. Gue pun menuju tempat privat di tempat ini. Cuma ada gue dan Ashley. Hening. "Jadi apa maksudmu ngomong satu oktaf di atas Mami tadi?" tanya gue datar. "Bub maaf. Maaf karena sudah membuatmu kecewa. Aku tau, aku salah aku gak berfikir panjang saat membentak Mami tadi. Aku hanya kaget aja tadi itu. Hanya kata maaf yang bisa aku ucapin sama Bubbi sekarang," ucap Ashley sambil menahan tangisnya. Gue terbawa suasana ketika melihat Ashley nangis. Selama 7 tahun terakhir ini gue gak pernah bisa marah di hadapan Ashley. "Tak ada yang salah dan siapa yang harus di salahkan disini. Bubbi sama kamu sama-sama belum bisa berdamai dengan masa lalu. Kita sama-sama merasa masih dalam lingkup masa lalu. Bangkit bareng yuk! Lupain dan damai sama masa lalu. Maaf jika Bubbi belum bisa menjadi contoh yang baik untuk Ashley," ucap gue sambil meluk Ashley. "Iya Bub. Bangkit dan berjuang bersama. Bubbi gak salah hanya waktu yang tidak tepat. Permainan takdir itu indah jika waktunya sudah tepat," ucap Ashley sambil membalas pelukan gue dengan erat. Pelukan ini, pelukan yang gue rinduin selama 4 tahun belakangan ini. Terima kasih Allah, engkau sudah memberiku ini semua. "Senyum dong masa cembetut mulu. Jelek tau gak cantik," ucap gue sambil tertawa sumbang. "Hehehe ini senyum ni," ucap Ashley sambil tertawa lepas. "Dah yuk temuin yang lain!" ajak gue ke Asley sambil menggenggam tangannya. "Ayuk!" seru Ashley. Gue dan Ashley kembali sambil tertawa lepas dan Ashley memeluk gue dari samping. Terdengar suara heboh satu meja yang ada di depan kita. "NAH KAN KALO KEK GINI KAN ENAK JADI GAK ADA YANG URING-URINGAN SAMA MELAMUN LAGI KALO TANDING DISINI!" "TAU KEK GINI MAH DARI KEMARIN GUE KARUNGIN. ABIS TUH GUE BAWA LU KE HOTEL." "AMBIGU GUA FAKHRI!" "LO NYA PIKIRANNYA NGERES VIN. SINI GUE SAPU DULU!" "NAH KAN, SENYUM ATUH NENG BIAR GAK KELIATAN GANAS DAN SOMBONG CEUNAH." "NAH GITU DONG PUT SENYUM!" "AH KENAPA GUE YANG BAPER YA TUHAN! KAN MEREKA YANG BAIKAN!" "PUJI TUHAN AKHIRNYA MEREKA BAIKKAN. JADI GAK PERLU GUE PUSING-PUSING BAWA SI ESSSSS MUNCUL DI LAPANGAN!" "OMAGAH! TERNYATA INI ANEH TAPI NYATA! SEORANG ES BISA MENAKLUKKAN ORANG URING-URINGAN TANPA MENANGIS." Begitulah kira-kira teriakan dari meja tempat makan mereka, mereka semua sampai menjadi pusat perhatian di restoran itu. Gue yang melihat kejadian itu pun hanya bisa memutar bola mata malas. "Kalian sadar gak sih ini tuh restoran bukan utan," dumel gue kesal. Sumpah hari ini gue kesel banget. Rasanya gue pengen ngarungin Oni, Fajar, sama Kelvin terus gue bawa ke Sungai sss. Udah gue bawa ke sana langsung gue lelepin di situuuu. Orang paling rese di dunia ini, cuma mereka bertiga gak ada yang lain lagi. Cuma mereka bertiga juga yang buat gue darah tinggi. Mana Koh Edwin ikutan mereka lagi. Seorang Edwin ikutan sama kegesrekan orang-orang ituuuu. Dan malah ikutan gesrek! "Ya lo, abisnya dateng-dateng sifat es lu muncul. Kan gue udah bilang ilangin sifat es lo!" ucap Oni sambil menatap gue dengan kesal. Kalian tau gak sih kalau Oni itu termasuk orang yang paling care sama gue dan yang lainnya. Kalau di bilang overprotektif sama gue ya memang itu kenyataannya, salah satunya adalah Oni dan Koh Edwin mereka itu benar-benar sangat memperhatikan apapun yang gue lakukan saat ini. Karena mereka sangat takut gue kenapa-napa itulah yang membuat mereka sangat khawatir sama keadaan gue. "Tau lo, semalemkan lo dah janji sama kita gak ngees lagi. Noh, si Kenzo saksi matanya!" ucap Koh Edwin dengan gemas. "Emang kalian takut liat gue tadi?" tanya gue dengan nada santai. Mereka langsung menatap gue dengan tatapan jengah. Gue yang di tatap seperti itu hanya tersenyum puas melihat mereka semua. Oni dan Koh Edwin saling tatap dan kembali menghembuskan nafasnya dengan kasar. "Bukan takut, cuma gue paleng liat muka sok datar lo itu, pengen gue garuk tuh muka biar gak datar mulu. Emang lo kira cakep apa itu muka lo yang gak ada ekspresi kek jalan tol yang lurus-lurus aja. Apa lo mau gue asingin ke Kutub Utara biar ketemu temen pinguin lo hmm?" tanya Oni dengan nada kesalnya. "Hahaha parah lo Ni. Jahat banget, kalo gue mah cukup gue karungin terus gue buang aja ke pulau Komodo dia, supaya sadar dan ketemu temen yang sama-sama datar dan gak pernah senyum sama sekali ahahaha!" ucap Koh Edwin sambil tertawa kencang. "Sumpah jahat banget kalian ini," rengek gue. “Memang itu kenyataannya. Gue gak akan ngomong kalau lo gak mulai duluan. Udah deh jangan banyak ngedumel,” cibir Oni dengan sebal. “Mana ada ya, gue gak pernah ngedumel sama sekali. Memang dasarnya aja lo yang julid sama gue,” jawab gue dengan sebal. "Lo gak mau kenalan sama mereka?" tanya Oni dengan nada santainya. "Tanpa kenalan gue tau kali Ka siapa kalian. Semua orang juga tau kalo kalian itu tim terbaik. Mana mungkin gue gak tau," ungkap gue. "Oke deh, kalo lo tau sekarang gue tanya. Cewe gendut yang pake jilbab itu siapa?" tanya Oni dengan santainya. "Pertanyaan lo ada yang lebih susah lagi gak sih itu mah terlalu mudah ah?" ucap gue songong. "Songong banget lo! Kalo tau ya di jawab geh," tantang Kelvin. "Widna Ayu Sasmita. Salah satu orang yang suka kalian bully. Apalagi cowo-cowo ini banyak dosanya kalian sama Mb Widna," ledek gue. "Gak begitu loh sebenernya. Dianya aja yang duluan sama kita mah," celetuk Bang Ucok. “Tapi, dari segi sosmed atau apapun emang kalian julid sih sama Mb Wid, gue juga bingung deh sama kalian kenapa kalian julid banget sama Mb Wid. Padahal dia orangnya biasa ajalah,” ujar gue. "Parah Ka lo mah sekalinya ngomong, tapi bener sih ahahaha," ucap Rafi. “Kalau gue sebenernya antenglah gak pernah gangguin dia, Cuma kebanyakan dia yang gangguin gue aja sih selama ini. Itu yang membuat gue kesel juga,” ucap Kenzo membela diri. “Emang manusia sependiem lo bisa gangguin Mb Wid ya?” tanya gue dengan polos. Pletak! Satu jitakan dari Koh Edwin mendarat mulus di kepala gue dengan sangat kencang, membuat gue meringis pelan saat ini. “Kalau gue geger otak gimana? Parah banget ini mainnya jitakan. Padahal gue Cuma ngomong apa adanya,” jawab gue dengan sebal. “Tolong kacaan sana, lo sama Kenzo beneran gak ada jauh bedanya ya. Kalian itu sama-sama es yang kalau ngomong seperlunya aja,” ujar Fajar. “Padahal gue gak begitulah, gue ini baik dan ramah ko,” ucap gue membela diri. “Dih, sok-sokan banget. Muka datar kek triplek begitu di bilang baik sama ramah. Kalau baik memang, kalau ramah engga deh kayaknya. Soalnya lo gak pernah senyum,” bantah Oni. "Udah gue mau tanya nih sama lo. Lo ngefans sama siapa di antara kita?" tanya Fajar. "Gue suka sama Kak Gel," jawab gue dengan senyum manis. "Serius lo? Lo beneran gak ngefans sama gue? Kelvin? Cowo paling ganteng di dunia ini? Gue gak kalah keren kali sama Bang Ucok dan Kakak K lo itu!" ucap Kelvin pd. Mendengar jawaban dari Kelvin semua orang langsung menatapnya dengan jengah. "Sayangnya gue suka paleng sama match lo, suka pengen gue karungin lawan lo nya. Apalagi kalau lo udah mulai nakal di lapangan rasanya gue pengen jitak pala lo," ucap gue asal. "Lo gak ngefans sama gue Nya?" tanya Oni pd. "Engga. Lo itu ngeselin kalo lagi sama gue jadi gue gak ngefans sama lo. Orang doang bilangnya lo kalem. Kalo fans lo tau lo tengil abis lo. Nama kalem lo jadi tergantikan menjadi tengil dan jail," dumel gue. "Ko, lo jahat banget sama gue sih. Gak temen lagi lah sama Anya!" ucap Oni ngambek.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD