Three

1390 Words
"Iihh.. apa-apaan sih," kesal Yunia setelah berhasil membebaskan dirinya dari Dony. Ia juga dengan cepat melap bibirnya, meski rasanya bibir Dony masih terus tertinggal di ujung bibirnya. "Makanya jangan ngeselin. Udah ambil aja uang itu," balas Dony, meski hidup semberaut tetapi Dony tidak mau memiliki hutang, Apalagi sama orang kecil seperti Yunia ini. Ia masih tau, hidup di ibu kota itu sulit tak jarang ia harus berkelahi seperti tadi demi mempertahankan uang puluhan ribu yang dulu sering ia sia-siakan. Dan terutama Dony tau alasan kenapa Yunia bekerja. Ia seakan mampu meraba dalil Yunia mengambil pekerjaan part-time. Apalagi kalau bukan untuk membuat orangtuanya bangga. Yah itu, persis seperti yang kini ia lakukan. Meski Dony tidak tau apakah Roland bisa bangga dengan pekerjaan anaknya yang hanya buruh angkat "IIIhh...!" rancau Yunia kembali mengambil uang yang tadi ia lempar. Kebetulan menempel didada Dony ia menjembreng uang itu. "Tunggu, kembaliannya," ujarnya sambil bergerutu "Eh gak usah," sahut Dony. "Kembaliannya buat lo aja." Tambah pemuda itu. Ketika ia baru keluar, Dony sudah di hadang oleh ketiga preman yang sepertinya teman dari preman yang tadi. Mungkin meereka mau balas dendam. Merasa tidak terima Dony melakukan itu kepada teman mereka. Dony mundur, seolah mempersilahkan mereka masuk. "Kayaknya setelah ini mini market lo bakalan kacau balau deh," ucap Dony mengatensi Yunia. Meski belum sepenuhnya paham, tapi kehadiran tiga orang preman tinggi tegap berkulit hitam membuat Yunia melotot. "Mereka itu,'kan yang suka malak daerah sini. Jangan biarkan mereka masuk." Rancau Yunia panik seraya menunjuk ketiganya yang hampir saja membuka pintu mini market. Dony menaiki alisnya. Hhaah, tanpa disuruh juga Dony mau meremukkan tulang-tulang mereka. Tapi jika Yunia memintanya langsung. Itu artinya cewek itu juga sanggup membayarnya. "Lo mau gue ngapain mereka?" ucap Dony sambil menahan pintu mini market dengan satu tangannya. Dony masih terlihat santai. Meski ia sebenarnya bersusah payah mengganjal pintu dilawan kekuatan tiga pria yang ingin mendobrak paksa. "Pokoknya mereka gak boleh masuk!" "Iya gue tau, kalau gue kabulin permintaan lo. Apa yang bisa lo kasih ke gue?!" tantang Dony. "Aku bakalan lakukan apapun kalau kamu bisa menghadang mereka," ucap Yunia tanpa sadar. Ia hanya tidak mau tiga preman itu menghancurkan mini marketnya dan itu artinya ia siap di pecat. Baru Yunia berfikir, ternyata Dony malah mempersilahkan mereka masuk "Kamu...!" "Tangan gue pegel juga pegangin pintu terus!" "Sshiiitt...!" Yunia membanting-banting kakinya. Tau gitu biar dia sendiri yang menghadapinya. Paling hanya membayar uang keamaan beberapa puluh ribu saja. "Hahhaaa... jadi lo bersembunyi disini?!" seringai salah satunya. Dony mengambil cerutu dan memasukkan ke mulutnya. "Gue beli rokok. Bukan ngumpet," katanya gak suka. "Banyak bacot lo!" Hampir saja Dony di pukuli tetapi pria itu langsung merunduk sehingga sang lawan hanya memukul angin. Dengan cepat Dony mendorong tubuh lawan memakai kepalanya. Di ikuti dengan orang kedua dan ketiga yang berdiri di belakang orang pertama. Praanngg..!! Hempasan badan tiga orang besar memecahkan pintu mini market. Yunia hanya menutup matanya. Ia mulai mengambil ponsel dan mengetikkan surat resign baik-baik. Seenggaknya ia masuk kesini dengan baik, bukan? "Hahhaa...!" tanggap Dony tertawa. Ia mengambil permen lolipop mengganti cerutu yang di mulutnya jadi permen rasa jeruk itu. "Permintaan pertama gue," ucap Dony mengatur. Yunia hanya mengangguk. Ketika ketiganya mencoba bangun, Dony menendang milik pria pertama seolah tanpa beban. "Aahkk... Aahkk!" "Uuuh!" tanggap Dony sambil melotot. Ikut pegang miliknya, Spontan merasa linu juga. Yunia menggeleng. Terserah! Ia cuma lelah. "Sialan lo!" ringis pria itu dipastikan tidak bisa bangun dalam waktu yang lama. Gimana bisa, kalau sepatu Dony menggilas juniornya. Orang kedua dan ketiga yang justru bangun. Kali ini Dony lari ke dalam. Kebagian rak makanan. "Eehh..., jangan kesitu-situ!" larang Yunia. Sayang Dony gak bisa di kasih tau. "Kacau udah!" lirih Yunia. Bukan hanya surat resign yang harus ia tulis. Tapi surat keterangan gak mampu sama surat bantuan hukum gratis. Karena setelah ini pasti Yunia dituntut sama pemilik mini market. Draakk... draakkk..!! Dony dengan santai melempar semua makanan ke kedua orang itu. Memang gak akan melukai mereka. Tapi Dony suka aja berantakin tempat Yunia, Dony sempat melirik Yunia yang menggeram kesal. Bukan hanya tempat kerjanya. Tapi hidup Yunia pun berantakan karna Dony. Ahk.., rasanya bertengkar dilihat Yunia jadi berkali lipat bahagianya, pikir Dony. Serasa ia seorang koboy yang sedang mengamankan hidup kekasihnya dari kejaran musuh. Setelahnya, pemuda tinggi itu berusaha naik ke atas rak makanan. Ia berdiri diantara kedua rak dengan pongahnya. "Wee... kalian gak bakal sampe. Gendut sih, kayak buntelan," cicitnya. Yunia yang sensi ikut menghampiri Dony "Apa kamu bilang. Gendut. Jangan gitu dong, itu sama aja body shamming. Emangnya orang gendut gak bisa gitu naik ke atas. Hhah... hahh turun gak," sungut Yunia meminta Dony turun. Dony cuma memperhatikan Yunia yang jingkrak-jingkrak mencoba meraih kaki Dony. Tapi Dony semakin girang. "Alaahh...!" salah satu pria tadi menendang rak yang isinya hampir kosong berserakkan di lantai. Dony yang lagi perhatiin Yunia jadi kehilangan keseimbangan. Kakinya semakin melebar. Membuat selang-kangannya sakit "Anjiirr.., anjiirrr.., jangan di tendang!" Tidak mengindahkan larangan Dony orang itu tetap menendang bahkan di bantu sama satunya lagi. Yunia yang gak mau semakin kacau justru membantu Dony. Ia menggigit lengan salah satunya. "Aahkk.... !" Rak yang terlanjur bergoyang tetap jatuh. Bagaikan efek domino. Rak satu menerpa rak lainnya berjatuhan tanpa bisa Yunia hadang. Dengan memejamkan matanya ia berharap semua ini hanyalah mimpi semu yang tidak akan ia temui lagi ketika ia membuka mata. Tetapi Dony yang tepat di atasnya merasa kehilangan keseimbangan dan ingin jatuh tepat di atas Yunia. "Awas...!" peringatan Dony berikan, meski tidak berguna. Dony tetap jatuh menubruk Yunia "Hhaaah... Hhaaah... !" Dony segera mengangkat wajahnya. Lihat Yunia yang diam membeku. Entah pingsan atau shock. Sama saja. pelan Dony menjetikkan jarinya di kening Yunia. "Gak boleh tidur pas waktu kerja!" komentarnya. Hahhaa, Sangat bermanfaat! Meski berada di atas Yunia begitu nyaman. Seakan memakai kasur springbed tetap Dony harus membereskan keduanya. Ia gak lupa itu Dony bangun dari tubuh Yunia. Sembari mengangkangi gadis itu. Seperkian menit ia mengamati posisinya sendiri. 'Asiik juga...!' kritiknya dalam hati. 'Tapi nanti,yah gue masih ada urusan!' lanjutnya ke'pedean. Padahal siapa juga yang nunggu dia. Dony merasa sudah hilang kesabaran. Ia tak lagi mau menghabiskan waktunya untuk bercanda. Sekali tendangan mautnya keduanya luluh terjatuh bahkan mungkin pingsan. "Hahh...!" Dony menghempaskan nafas lelah. Lanjut menjilati lolipopnya. Satu, dua, tiga, empat!" Ia sedang menghitung ke empat orang yang tepar di lantai akibat ulahnya. Ketika melihat Yunia ia mengulum senyumnya. Berniat membangunkan Yunia. "Aduuh... Cewek kok tiduran di sini juga" rancaunya sambil terjongkok lalu menarik tangan Yunia. "Hheeepphh....!" berat, cewek ini terlalu berat. Ia gak kuat. Capek habis angkat-angkat beras ditambah berantem. Tapi Dony gak mau mengakuinya. Masa panggul beras 100 kg dia sanggup. Membangunkan Yunia ia gak bisa sih? Dony berusaha keras. Ia bahkan sampai ngeden-ngeden. Matanya mencoba meneliti. Apa Yunia nempel dan merekat di lantai sampai ia gak bisa menggeser wanita itu sama sekali. Tapi enggak kok. Mungkin Yunia yang memang gak mau bangkit dan membuka matanya lagi. Karna saat ia membuka mata dan menghadapi kenyataan hanya ada penderitaan yang sudah ia bisa prediksikan sekarang ini. Mulai dari ia yang dipecat secara gak hormat, diomelin sama Ibunya, dibanding-bandingkan dengan Maura dan entah kesialan apalagi yang bisa ia terima. Jadi biarkanlah Yunia larut dalam detik-detik kedamai ini. Yunia memutuskan merapatkan tubuhnya ke lantai. Sengaja meniti beratkan bobotnya pada tarikan Dony. Ternyata memiliki tubuh gemuk ada gunanya juga. Pikir Yunia. "Aiihh... Susah banget!" rancau Dony kembali menjatuhkan Yunia yang tadi setengah terbangun karena tarikkannya Buugghh...!! Kepala Yunia terbentur lantai sekali lagi. Kalau setelah ini ia tidak gegar otak saja itu sudah berkat yang Tuhan berikan padanya. "Cckk...!" tanggap Dony santai mendengar suara gedebuk yang berasal dari kepala Yunia yang terbentur mencium lantai. "Ahkk." Pemuda itu menyeringai. Ia tau caranya membuat Yunia membuka matanya. Hm.., jangan dikira Dony tidak memperhatikan kelopak mata Yunia yang bergoyang menandakan ia tidak pingsan. Apalagi sewaktu kepala Yunia mencium lantai bibirnya spontan berdesis kesakitan. Dengan kurang ajarnya Dony kembali merebahkan tubuh berototnya di atas Yunia. Ia ingin kembali mengulang saat tadi ia menindih Yunia. Dony menumpukan pipinya memakai tangannya yang ada di sela curuk leher Yunia. Memenjarakan sang gadis di dalam kungkungannya. Matanya terus memperhatikan wajah Yunia. Menunggu wanita itu berreaksi. Refleks Yunia membuka mata saat merasa ada sesuatu yang menindih badannya. Saat matanya terbuka ia cuma melihat Dony. Mencoba melirik ke bawah. Dadanya ternyata terhimpit dengan milik Dony. Pantes saja Yunia merasa sesak. Tatapannya kembali ke atas. Dony tersenyum kuda. "Haii...!" katanya santai. Seketika Yunia berteriak. "Aahkkk... Cepat turun!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD