Bab 57. Ajakan Menikah Dari Devon

1357 Words
Audrey membuka kedua matanya perlahan, merasa didera pusing yang cukup luar biasa. Gadis itu bangkit dan mendapati dirinya berada di tempat yang asing. Sebuah ruangan yang tidak begitu luas, tapi banyak penangkal sihir. Berpikir kembali ke kejadian sebelumnya, Audrey merasa bahwa terjebak dalam perangkap Devon. “Apa tujuan dia menyekapku?” Meskipun tubuhnya lemah, ia berusaha untuk turun ranjang. Kepalanya berkunang-kunang saat hendak berjalan kaki. “Aku harus menemui Caroline. Pasti dia sedang kebingungan.” Kekuatan sihir yang dimiliki terbatas, dan besar kemungkinan kalau Caroline masih berada di lokasi Mansion Griffin. Untuk itu, Audrey harus bisa keluar dari ruangan itu. Saat hendak melangkahkan kaki, tubuhnya langsung ambruk ke lantai. Wajah Audrey yang tampak lemah dan tak berdaya itu hanya bisa mengerang kesal, meskipun tak bertenanga. “Percuma kau berusaha keras untuk pergi.” Ternyata Devon sudah berada di ruangan yang sama dengannya. Sejak kapan dia masuk? Audrey sama sekali tidak bisa merasakan kehadirannya. Devon pun duduk tanpa membantu Audrey sama sekali. Sungguh pria yang berhati dingin. Tiba-tiba saja, dia mengeluarkan amplop coklat dibalik jas yang digunakan. “Identitasmu sangat tak sederhana. Bagaimana seorang putri dari kerajaan lain yang sudah meninggal bisa hidup kembali?” Wajah Audrey tampak biasa, tak terkejut sama sekali. Devon yang bersusah payah mengumpulkan identitas itu terlihat sangat kesal. “Apa tujuan kalian berdua mendekati Keith?” Wajah gelap dan bengis nampak jelas di mata Audrey, tapi ia bersikap tenang seolah menganggapnya hal biasa. Toh ekspresi seperti itu sudah menjadi makanan setiap hari baginya. “Seharusnya kau meninggal sepuluh tahun lalu ketika berumur empat tahun? Bagaimana kau bisa hidup kembali?” Sungguh sangat tak masuk akal dan diluar nalar manusia. Semakin digali pun, Devon semakin dibuat penasaran oleh identitas Audrey. “Tak ada jawaban untuk pertanyaanmu. Aku hanya gadis belia, berusia empat belas tahun.” “Aku yakin kau pasti bukan gadis kecil sembarangan!” bentak Devon cukup keras. “Dengar..., jika kau tak memberitahu kebenarannya kepadaku, aku akan membuat Caroline lenyap dari dunia ini!” “Lancang! Tutup mulut busukmu itu!” Teriakan Audrey sukses membuat Devon tersentak kaget. Tak lama kemudian, tubuhnya berubah menjadi gadis dewasa berusia dua puluhan tahun. Faktanya info yang didapat tidaklah valid. “Kau!” tunjuk Devon tak percaya. Apa yang dilihatnya bukanlah mimpi. Gadis kecil itu berubah menjadi gadis dewasa memiliki lekuk tubuh sempurna. “Bagaimana bisa?” Karena kekuatan sihirnya melemah, Audrey berubah menjadi wujud yang sebenarnya, yaitu seorang gadis yang memiliki umur sama dengan Caroline. “Sial! Berkas palsu!” Identitas Audrey memang benar, bahwa dia adalah seorang putri. Namun sejauh ini, gadis itu sedikit memanipulasinya agar tidak mudah diketahui oleh orang lain. “Kau sungguh pintar bisa mengetahui identiasku sebagai putri, tapi aku tak peduli sama sekali.” Audrey perlahan mulai bangkit, berjalan sempoyongan ke arah Devon. “Jangan menyakiti Caroline. Jika kau melakukannya, aku akan membunuhmu.” Gadis itu tak main-main dengan ancamannya. Hal itu dapat dilihat dari sorot mata yang sangat tajam dan penuh permusuhan. “Hah! Aku bisa gila!” Devon menyeret tangan Audrey sehingga tubuh itu menimpa dirinya. “Kau sangat membuatku gila karena penasaran.” Seorang b***k yang merupakan mantan putri. Pantas saja ada aura luar biasa. Hanya saja, kenapa mau bersama dengan Caroline. “Lepaskan aku!” Audrey berusaha meronta meskipun hanya sia-sia belaka. “Katakan padaku..., siapa kau sebenarnya? Apa tujuanmu? Apakah kau akan melakukan kejahatan?” “Kau terlalu banyak bicara. Yang jelas tujuanku tak ada hubungannya denganmu.” Audrey mengambil nafas panjang. “...dan aku tak akan menjawab pertanyaanmu.” Devon semakin memeluk Audrey dengan sangat erat, mencium aroma rambutnya yang wangi. Jika saja ia tahu kalau Audrey secantik itu, segera mungkin pria itu akan mengikatnya. Karena memang ia selalu memikirkan gadis itu setelah pertemuan pertama mereka. “Menikahlah denganku?” Sumpah, sifat Devin sama persis dengan Keith. Mengajukan lamaran pernikahan tanpa embel-embel cincin dan tempat romantis sama sekali. “Apa kau sudah gila!” pekik Audrey dengan wajah malu sambil membuang muka ke arah lain. Devon, pria muda yang cukup memikat sedang melamarnya. Sungguh di luar dugaan. “Karena aku tertarik padamu. Aku tak ingin kau dimiliki pria lain.” Jujur saja, Devon senang saat Audrey berubah menjadi gadis dewasa. Bayangkan saja, setiap hari ia terbayang-bayang wajah mungil gadis itu. “Kau dengar..., jantungku menggila memanggil cinta untukmu.” Audrey langsung bangkit, medadak kekuatannya pulih seketika. “Pergi dari ruanganku! Dasar c***l!” Tawa Devon pecah, lantas langsung bergegas meninggalkan tempat itu. “Kau milikku, dan aku akan menjadikanmu pasangan hidupku.” Ekspresi wajahnya langsung berubah ketika melihat Reta berjalan menggunakan tudung hitam. “Darimana saja dia? Ada yang tidak beres dengan Reta.” Tidak ingin menunda waktu, Devon bergegas mengikuti wanita itu karena tampak mencurigakan dimatanya. Sedari awal bertemu dengan Reta, ada yang salah dengannya. “Kenapa dia masuk ke ruangan itu?” Ruangan yang dimaksud Devon adalah kamar milik orang tua Keith. “Aku harus mendekat untuk mencari tahu.” Kebetulan pintu ruangan tak tertutup rapat. Entah sengaja atau tidak, Devon tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. “Tuan, Nyonya..., saya akan berusaha keras membuat Tuan Muda mendapatkan pasangan yang layak.” Terlihat jelas dimata Devon kalau Reta sedang bersimpuh di depan foto pasangan suami istri itu. “Apapun akan saya lakukan untuk menyingkirkan Caroline. Sejak gadis itu datang, hidup Tuaan Muda sangat berantakan. Semua kejadian itu sama persis saat Jason datang kemari.” Dahi Devon berkerut ketika mendengar nama Jason disebut. Kilasan ingatan mengenai pria itu terlintas sebentar dibenaknya. “Aku ingat pria paruh baya itu!” seru Devon sangat lirih. “...tapi, apa hunungannya dengan Keith.” Devon memasang telinganya kembali dan memfokuskan dirinya untuk mendengar ucapan Reta. “Jika saja Tuan Muda tak mengenal orang itu, pasti semuanya akan baik-baik saja. Kalian pasti masih hidup.” Devon mundur beberapa langkah ke belakang hingga membentur tembok. Kejadian depalan tahun lalu, sepasag suami dan istri telah tewas akhibat kecelakan saat pulang dari istana. Kecelakaan tak wajar itu membawa pertanyaan besar bagi seluruh Kerajaan Hazelmuth. Namun tidak dengan Keith, pria itu malah besikap biasa, seolah mengacuhkan segala kebenaranya insiden dibalik kecelakaan itu, bahkan sampai saat ini mayat mereka tak ditemukan sama sekali. “Apa Keith menyembunyikan sesuatu dariku?” Devon tak bisa tinggal diam, langsung menuju ke ruang kerja Keith. Bahkan dengan tidak sopan ia masuk begitu saja. Sementara si pemilik ruangan terhenyak kaget karena tingkah Devon yang tak biasa. “Rahasia apa yang kau sembunyikan dariku!” Wajah Devon sudah hampir meledak karena amarah yang meletup. “Apa maksudmu?” Keith masih bersikap tenang. “Kematian orang tuamu. Kau menyembunyikan rahasia kematian mereka.” Devon kira dirinya adalah teman sekaligus orang yang sangat berharga dimata Keith. Tapi kenyataannya, banyak rahasia yang disembunyikan pria itu. “Katakan padaku, Keith!” “Jangan berbuat onar.” Keith berjalan menuju ke pintu yang terbuka, lalu menutupnya kembali dengan rapat. “Kita adalah teman dekat. Teganya kau menyembunyikan fakta kematian orang tuamu kepadaku. Apa kau tak sedih sama sekali!” Devon tak menyangka kalau Keith berhati sangat dingin. Apakah manusia seperti dia mendabakan kasih sayang dan cinta. “Apa yang kau dengar dari Reta? Pasti dia bicara sesuatu padamu.” Keith menghadap lurus ke depan, tepat menatap Devon dengan pandangan penuh selidik. “Aku tak sengaja dia mendengar tentang pasangan pilihan dan juga...” Belum sempat melanjutkan bicaranya, Keith malah tertawa lepas. “Kau terlalu bodoh..., Reta sedang mengelabuimu. Wanita itu sangat pintar, Dev.” Ah..., Devon jadi ingat pintu yang terbuka sedikit itu. Tapi, untuk pasangan Keith sepertinya Reta tak main-main. “Maafkan aku,” sesal Devon merasa bersalah. “Orang tuaku tidaklah meninggal. Mereka ingin hidup di desa terpencil, makanya membuat insiden kecelakaan kecil itu.” Devon syok, merasa dirinya bodoh. Bagaimana bisa kebenaran berubah menjadi rasa malu yang amat besar. “Dan kenapa juga kau tak memberitahuku,” cicit Devon membuang muka ke arah lain. “Karena aku sudah berjanji kepada mereka. Aku tak mau mengingkarinya.” Keith duduk dengan santai. “... untuk Reta, sebentar lagi dia akan mendapatkan hadiah.” Jangan kira Keith tak tahu kalau Reta melakukan hal gelap dibelakangnya. Justru sekarang pria itu sedang membiarkan wanita tersebut melakukan semua keinginannya. Kalau sampai kau menyakiti Caroline, aku tak akan tinggal diam.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD