Caroline merasakan kalau tubuhnya melayang ke udara, seperti di angkat oleh seseorang. Karena tenaganya yang telah terkuras akibat jatuh tiba-tiba,ia tak bisa bergerak sama sekali.Hanya pasrah saja, berharap orang yang membawanya bukanlah orang jahat.
Orang yang menggendong Caroline di punggungnya adalah seorang pria muda berkumis tipis, memakai pakaian serba hitam. Dia berjalan masuk ke dalam hutan, melewati sungai kecil, menerobos ilalang. Sampai akhirnya ada pondok kecil dengan lampu yang tak begitu terang.
Pondok itu terbuat dari kayu dengan atap jerami, sangat sederhana dan terlihat begitu kuno. “Kak...!” panggil pria itu dengan lantang. Seorang pria cukup umur untuk menikah keluar dari pondok dengan sebotol kendi berukuran sedang.
“Ada apa?” Mata besarnya terbelalak ketika melihat sang adik membawa seseorang di pundaknya. “Siapa dia? Kenapa kau membawanya kemari? Bawa kembali ke hutan secepatnya?”
“Kak... dia sedang terluka parah. Sewaktu aku di ibu kota, aku melihatnya dalam kesulitan. Identitasnya sama seperti kita, orang bayaran.” Sang adik membawa Caroline masuk ke dalam, menidurkannya di ranjang sederhana.
“Dia seorang gadis!” pekik sang kakak tak percaya.
“Aku mohon Kak Jeff membiarkan dia tinggal di sini sampai sembuh,” pinta sang adik.
“Walaupun aku menolaknya, kau tetap aku keras kepala membiarkan gadis itu tinggal, Roan.” Jeff menaruh kendinya di atas meja dengan pelan, mengambil kotak berisi peralatan medis. “Jika dia sudah membaik, suruh dia pergi. Tak aman bagi pelarian seperti kita membawa orang asing yang tidak tahu asal usulnya.”
Jeff menyerahkan kotak itu kepada Roan, lalu keluar dengan menyambar kendi tadi. “Ingat..., kalau dia sudah sadar cepat di usir.”
“Sudah... pergi sana! Aku yang akan mengurusnya.” Roan mengambil nafas sedalam-dalamnya. “Kau dengar... kakakku memang seperti itu. Omongannya saja yang kasar, tapi hatinya baik dan lemah.”
Roan melihat beberapa luka di lutut milik Caroline, lalu matanya mengarah pada dahi sebelah kiri. “Gadis ceroboh.”
Ketika Roan mengobati Caroline, ia melihat gadis itu sedang terlibat dengan seorang pria. Awalnya, pria itu hendak membantu tapi karena melihat beberapa orang yang bersembunyi, niatnya di urungkan.
Setelah itu, pertemuan mereka masih berlanjut saat Caroline pergi ke butik bersama pria yang berbeda. Status pria itu sepertinya seorang bangsawan termuka dan sangat tinggi. Selang waktu beberapa menit, pria bangsawan itu keluar dengan ekspresi dinginnya. Jelas bahwa dia kehilangan gadis yang tengah terbaring itu.
“Jika kau hidup dengan bangsawan itu, kau akan terjamin dan mendapatkan harta banyak.” Jeff menutup kotak obat itu, menghela nafas sedalam-dalamnya. Dua tahun ia dan kakaknya hidup dalam pelarian, menjadi orang bayaran.
Awalnya, mereka adalah b***k. Tapi karena bekerja di pertambangan sangat menguras tenaga, akhirnya keduanya kabur dan beralih profesi menjadi orang bayaran.
Banyak dari b***k yang melarikan diri, dan menyambung hidup mereka menjadi orang bayaran. Semaki tinggi level orang bayaran, maka semakin tinggi pula bayaran yang di ambil.
Organisasi yang membawahi mereka adalah Tuan K. Jadi, orang bayaran tidak bergerak sendiri, tapi dibawah naungan Tian K. Tuan K yang di maksud adalah tuan yang membawahi organisasi gelap bawah tanah dan pesuruhnya dinamakan orang bayaran.
Tak lama kemudian, Caroline membuka kedua matanya perlahan. Penglihatan gadis itu terbelalak kaget saat berada di tempat asing. Terakhir yang dirasakan adalah tubuh terangkat, seperti digendong oleh seseorang.
“Aku senang kau sudah sadar,” ucap Rian lega. Pria itu mengambil air di atas meja, tampak jelas Caroline sedang di ambang waspada. “Kau tenang saja, aku bukan orang jahat.”
Gadis itu berdesis, merasakan kesakitan luar biasa. “Apakah kau yang menolongku?”
Rian mengangguk, “Aku melihatmu beberapa kali di ibu kota. Sepertinya hidupmu kurang baik.”
Caroline mengerutkan kening, berpikir bahwa orang asing yang ada di depannya jelas misterius. Di dunia baru, Caroline tak akan percaya orang lain dengan mudah. “Aku tak mengerti maksudmu.”
“Kau terlibat dengan para bangsawan. Itu sangat aneh dengan karena kau orang bayaran.” Rian menerima gela situ kembali setelah Caroline meneguk air sampai tandas.
“Orang bayaran!” Terlihat Caroline sangat heran.
“Bukankah kau orang bayaran? Dilihat dari pakaianmu, jelas kau orang bayaran.” Rian menepuk jidatnya karena pusing.
“Aku sungguh tak mengerti sama sekali.” Caroline mulai bangkit dibantu oleh Rian. “Aku bukan orang bayaran.”
“Semua orang tahu kalau pakaian hitam menunjukkan hal tabu. Kau berani memakainya di ibu kota, berarti kau orang hebat,” jelas Rian membuat Caroline kebingungan. “Jangan memakainya jika kau ingin selamat, karena kita adalah pelarian.”
Rian bangkit dari tempat duduknya, “Istirahatlah... aku akan pergi keluar menemui kakak,” Setelah pria itu pergi, Caroline memegang kepalanya yang sangat sakit. Muncul di dunia lain, dengan identitas tak jelas. Bersama itu, dunia yang di datangi sungguh merepotkan.
“Aku harus memperlajari dunia ini sebelu bertindak.” Takutnya Caroline melakukan kesalahan yang sama untuk kedua ketiga kalinya. “Sudah cukup statusku sebagai b***k, dan sekarang menjadi orang bayaran.”
Satu-satunya yang dapat memberikan informasi lengkap adalah orang asing tersebut. Gadis itu akan memintanya untuk menceritakan perihal Kerajaan Hazelmuth sedetail mungkin.
Di sisi lain, Keith sudah menelusuri hutan untuk mencari keberadaan Caroline, tapi hasilnya nihil. Gadis itu bak tertelan bumi, datang tak dijemput, pulang tak di antar.
“Kita kembali sekarang sebelum fajar muncul.” Keith balik arah dengan kdua hitamnya Carlos, diikuti beberapa prajurit. Tampak jelas sang mentari mulai muncul. Namun tiba-tiba, ada seseorang menghadang perjalanannya.
“Hormat kepada jenderal!” Dia terlihat membawa beberapa lembar kertas. Keith mendekati prajurit itu. “Dia sudah menyelesaikannya.” Pria itu meraih kertas, tampak gampar Caroline terpampang nyata.
“Sepertinya, kau memang menatapnya penuh teliti sampai tak ada celah sedikitpun.” Prajurit itu gemetar hebat.
“Melaksanakan tugas adalah kewajiban saya, Jenderal.”
Entah kenapa Keith tidak senang, seolah menyimpan kekesalan yang tiada ujung. Tanpa keraguan, ia menebas leher sang prajurit, membuat prajurit lain dibelakangnya kaget bukan main.
“Ingat...! Buang bayangan kalian tentang Caroline! Aku tak ingin kalian mengingatnya.” Keith melaju dengan cepat, menuju ke ibu kota. sampai di sana, terdapat banyak selembaran yang berisi buronan.
“Hais... Eugene selalu saja bertindak semaunya.” Niat Keith melakukan hal sama, tapi itu hanya rencana cadangan. “Dia akan tetap kembali bersamaku. Karena dia ada hubungannya dengan orang itu.”
Keith menatap lukisan Caroline yang ada ditangannya. “Dia lebih nyata dibandingkan selembaran konyol raja.”
Pria itu memacu kudanya ke arah lain, menuju ke mansion miliknya. Para pelayan langsung menyambutnya dengan berbaris rapi di halaman. “Selamat datang, Tuan.” Semuanya membungkuk hormat, sesekali gadis pelayan melirik ke arah Keith yang berjalan melewati mereka.
“Pecat orang yang tidak sopan.”
Dua gadis pelayan yang melirik tadi langsung lemas seketika, duduk di tanah dengan lutut gemetar. Empat prajurit pun bergegas membawanya keluar.
“Maafkan saya, Tuan. Saya kurang baik mendidik mereka.”
“Kau sudah cukup tua untuk melakukan tugas ini, Reta.” Keith menanggalkan pakaian luarnya, lalu Reta maju mengambil pakaian itu. “Siapkan air hangat, aku akan mandi sekarang.”
Punggung Keith langsung menjauh, sementara Reta tetap menatap sosok tuan mudanya.”Sampai kapan kau akan bertindak sedingin es untuk memberi batas pada semua gadis.”
Sorot mata Reta berubah dingin, menghela nafas dengan panjang. “Aku akan minta bantuan kepada orang bayaran untuk mencarikan mu gadis yang cocok, Tuan.”
Bersambung