Bab 3

967 Words
Andra menatap pada lelaki berparas rupawan tersebut dengan memicingkan mata. Wajah Tari tampak terkejut, dia melirik sekilas ke arah Andra. Namun lelaki itu masih menatap tajam pada lelaki yang sedang melenggang ke arah mereka dengan hati bertanya-tanya. “Siapa dia, Sayang?” Andra bertanya pada sang istri tanpa mengalihkan pandangannya. Tari tampak kesulitan menelan makanannya karena gugup. Dia menarik napas dalam. Memang ada satu hal yang belum sempat dia ceritakan pada sang suami tentang Michael---lelaki blasteran Amerika itu. “Riri, apa kabar? Saya cari You di sana tapi tak ada! Madame cakap sudah stop working, ya?” ucap lelaki itu dengan nada bicara yang tidak fasih mengucapkan bahasa Indonesianya. Hastari menoleh pada Andra. Ada tanda tanya besar dari sorot netra yang kini tengah menatapnya. “D-dia Michael salah s-satu t-tamu langgananku dulu!” ucapnya sambil menggigit bibir bawah merasa bersalah. “Apakah masih ada hal lain yang belum kamu ceritakan dalam rentang masa itu?” lirih Andra sambil memejamkan mata sejenak meredam gejolak yang tiba-tiba memanas di dadanya. Lelaki berwajah bule itu tampak mencoba mengurai situasi. Dia melirik ke arah Andra yang menatapnya tajam. “Oh, sorry! Maaf kalau saya ganggu! Next time bolehkah kita dating berdua?” ucap Michael sambil menoleh pada Tari yang wajahnya tampak pias. Tari menggeleng sambil menangkupkan kedua tangan di depan dadanya. Kemudian dia mencoba memberikan pemahaman pada lelaki itu. “Maaf El, aku sekarang sudah menikah! Kalau mau bicara, silakan bicara saja sekarang di depan suamiku!” ujarnya. Sontak mata bule itu menoleh kembali ke arah Andra. “Apakah dia lelaki itu?” tanya Michael seperti sedang memastikan sesuatu. Tari mengangguk sambil tetap menunduk. Perasaannya sudah tak karuan sekarang, terlebih melihat wajah Andra yang berubah tidak enak dipandang. “Congrats, Bro!” Michael menoleh pada Andra sambil menarik garis senyum pada bibirnya. Kemudian dia mengeluarkan satu buah kartu nama dari balik sakunya. Dia ulurkan pada Andra sambil tersenyum. “If you need some support! Cari saya di nomor ini! I will try my best for her!” ucapnya sambil menoleh pada Tari. Bahasa Indonesia yang masih logat keinggris-inggrisan bercampur dengan Bahasa dari negaranya masih terlihat sangat kental. Andra mengambil kertas kecil yang disodorkan lelaki itu. Dia menyipitkan mata ketika melihat nama yang tertera di sana. Belum sempat dia berkata apa-apa pada lelaki itu. Michael sudah memutar tubuhnya meninggalkan mereka. Andra menggenggam kartu nama tersebut dan memasukan ke dalam sakunya. Kemudian kembali menyuap makanan yang belum selesai mereka santap. Tari yang duduk di sampingnya tetap menunduk seolah merasa bersalah karena ada hal yang masih ditutupinya. Kumandang adzan isya menghentikan aktivitas mereka. Andra dan Tari bergegas menuju ke masjid untuk melaksanakan shalat isya dan tarawih berjamaah. *** Marni meminta Ivana untuk menginap di rumahnya. Wanita berparas cantik itu mengangguk sambil tersenyum begitu manis membuat mata Hans tidak berhenti berkedip memandangnya. Sementara sang istri sedang sibuk dengan Rana putra kedua mereka, sementara Rani---putri pertamanya tidak ikut karena sedang ada kegiatan di sekolahnya. “Hans, tolong segera urus pemberhentian Andra! Mama mau tahu berapa lama mereka bisa bertahan dalam hidup susah! Mama yakin wanita itu hanya memanfaatkan kelemahan Andra … terlebih dia memiliki masa lalu yang buruk juga! Karena itu dia tetap bertahan meskipun mama perlakukan dia sedemikian rupa!” ujarnya sambil mengelap bibirnya dengan tissue. “Iya, Ma! Tapi mama yakin akan tega melihat anak bontot Mama menderita?” Hans menarik satu alis memastikan. Marni mengangguk. Sekilas senyum tersungging meskipun kemudian lenyap kembali. “Apapun akan mama lakukan agar Andra kembali dan meninggalkan wanita rendahan tersebut!” ucap Marni pasti. “Keturunanku tidak layak bersanding dengannya, apalagi memiliki garis penerus dari rahimnya!” ucap Marni lagi. “Baik, Ma! Besok Hans akan urus semuanya! Hans akan pastikan dia tidak akan mendapatkan uang pesangon maupun uang pisah dalam akhir masa kerjanya! Hans akan menuruti keinginan mama!” ucap lelaki itu sambil menyuap salad pada piringnya. “Kalau Papa kalian masih hidup, pasti dia akan mendapat dukungan penuh darinya! Namun sekarang siapa yang akan membelanya, tidak ada! Andra harus kembali dan meninggalkan wanita parasit itu!” ucapnya. “Ya, dulu kami sampai berfikir apakah kami ini bukan anak Papa lho, Ma! Jika berbicara dengan Papa, maka semua untuk Andra, semua untuk Andra, semua untuk Andra … Mela sama Mas Hans sampai berfikir untuk test DNA Ma, apakah kami ini anak kandung Papa atau bukan!” celetuk Melati yang sedang menyuapi Caca putri pertamanya. Marni melirih sekilas ke arah Ivana yang masih menunduk mengaduk-aduk makanan dalam piringnya. Seperti ada hal yang sedang dia pikirkan. Dia tidak menyahuti lagi aduan Melati karena tidak enak pada Ivana. “Iva, Sayang! Kamu kenapa? Makananya dihabisin, dong!” ujar Marni sambil menepuk lembut punggung tangan gadis manis yang duduk di sebelahnya. “Iya, Ma! Tapi sudah kenyang!” ucapnya sambil memasang senyum. Mata Hans tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk menangkap pemandangan indah itu. “Iva nanti tidur di kamar Andra saja, mama sudah suruh Bi Inah siapkan!” ucapnya. Ivana mengangguk. Entah apa yang ada dalam benak gadis itu sehingga tetap bertahan meski dia tahu jika lelaki yang dulu hendak dijodohkannya bahkan sudah menikah gadis lain. “Ma, Hans juga mungkin akan menginap di sini!” ujar Hans setelah mendengar jika gadis yang sejak tadi dia perhatikan menyetujui ajakan mamanya untuk menginap. “Katanya gak bisa nginep, mama belum beresin kamar kalian!” ujar Marni sambil menoleh ke arah putra pertamanya. Sejak kecil Hans sama Melati sangat dekat dengannya, sementara Andra lebih dekat dengan ayahnya. Karenanya Marni selalu memanjakan Hans termasuk tidak akan menolak semua keinginannya. “Hmmm!” Hans menggumam. “Ya udah mama nanti suruh Bi Inah buat beres-beres!” ujar Marni sambil berdiri dan melangkah pergi untuk mencari Inah---pembantunya. “Permisi, saya ke kamar dulu!” Ivana juga beridiri mengejar langkah sang calon mertua. Setiap lenggok tubuhnya tak luput dari tatapan mata Hans yang sejak tadi mencuri-curi pandang terhadapnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD