Cintanya Begitu Nyata

1459 Words
Aku dipanggil memasuki kamar tidur Madam Evie. Terlihat suaminya , Mister Kevin dengan sabar menyuapi istrinya, ntah karena istrinya tidak bisa makan sendiri karena tangan kanannya selalu bergetar atau karena begitu cintanya sang suami kepada Madam Evie. Aku hanya berdiri memperhatikan kedua insan ini, yang saling menatap dengan pandangan penuh cinta. Kadang Mister Kevin tersenyum lembut kepada istrinya , sambil berbincang ringan kepada Madam Evie. “ Hari ini cutiku sudah selesai, jadi aku harus kembali berangkat pagi ke rumah sakit, tidak bisa menemanimu lagi di pagi hari. Untung perawatmu sudah datang. Jadi kamu ada yang menemani dan mengurusmu. Malamnya baru giliranku melayanimu. Ok kah, istriku tercinta.” Kata Mister Kevin dengan nada manis. “ Iya, sayang. Aku tahu. Kamu harus tetap praktek . Sudah aku tak bisa ke rumah sakit, kamu juga tidak pergi. Nanti bisa-bisa rumah sakit kita terbengkalai. Aku tidak mau itu terjadi, setelah aku susah payah membesarkannya menjadi rumah sakit terbaik di Taichung.” Kata Madam Evie sambil menatap suaminya penuh cinta. Mendengar percakapan mereka yang hangat dan penuh cinta, Jenni hanya bisa menunduk dan ikut bahagia. Evie lalu berpaling ke arah Jenni dan memanggilnya. “ Sini, kamu harus belajar cara menyuapiku. Saat menyuapiku, kamu harus duduk di depanku, jangan di sampingku untuk menjaga agar ketika aku tiba-tiba tremor, makanannya tidak tumpah ke mana-mana.” Katanya dan membiarkan piring yang dipegang suaminya beralih ke tanganku. Mister Kevin kemudian pamit untuk mandi Aku mengangguk patuh. “ Tadi kata mister, kamu sudah menyiapkan sarapan untuk Kenny. Setiap hari persiapkan bekalnya juga untuk ke sekolah, karena dia sekolah sampai sore. Untuk mandi , Sekarang aku masih bisa sendiri. Kamu hanya perlu menemaniku di kamar mandi, agar kalau tremorku kambuh, kamu bisa menangkapku agar tidak terjatuh. Bisa mengerti?” Tanyanya dengan nada tegas. Madam Evie, benar-benar wanita tangguh. Untuk orang lain yang terdiagnosa penyakit Parkinson ini, pasti sudah stress, tapi dia malah begitu tenang dan bisa memberiku perintah dan bisa merencanakan semuanya, sebelum penyakitnya tambah memburuk. “Setelah mister berangkat kerja, kamu kembali masuk ke kamarku, karena nanti aku harus mandi dan bersiap-siap video call dengan jajaran direksi rumah sakit. Kamu perlu di sampingku untuk mencatat semua hal-hal yang penting. Kamu boleh mencatatnya dengan bahasa Indonesia dulu, kalau kamu tidak fasih tulisan mandarin. Aku tidak bisa menulis sendiri, karena tangan kananku selalu tremor. Nanti setelah selesai pertemuan, baru kamu translate kepadaku.” Kata Madam Evie. “ Tapi bahasa kedokteran dalam bahasa mandarin, saya tidak mengerti, Madam.” Kataku terbata-bata karena takut dia akan marah. Nada bicaranya yang selalu tegas membuatku yakin, kalau Madam Evie bukan orang yang sabar pada anak buahnya saat dia menjadi pemimpin rumah sakit. “ Nanti kalau ada istilah kedokteran, aku akan mengatakannya dalam bahasa inggris atau bahasa latin. Kamu pasti bisa kan? Istilah kedokteran yang berlaku global. Jangan bilang enggak bisa , kamu kan sarjana kedokteran.” Katanya tajam. Aku langsung mengangguk tidak mau mengatakan aku takut tidak bisa. Seorang Evie pasti tidak menerima kata tidak bisa tersebut. “ Kamu hanya perlu menemaniku saat suamiku ke rumah sakti, setelah dia pulang, dia yang akan merawatku dan membantuku. Saat suamiku uda pulang dari rumah sakit, tugasmu adalah membantu Kenny dan membantu ayahku agar dia minum obat rutin yang harus dikonsumsinya setiap malam.” Katanya lagi memberi perintah. “ Baik Madam.” Kataku patuh. Mister Kevin, keluar dari kamar mandi sudah berpakaian lengkap. Kemeja biru dengan dasi bintik-bintik putih. Dia nampak sangat gagah. Dia menghampiri Evie yang duduk di kursi di samping tempat tidur dan membungkuk mencium keningnya. “ Aku berangkat dulu ya, sayang.” Bisiknya mesra. Evie mengangguk dan mencium mesra pipi suaminya. Jenni kembali hanya bisa menunduk dan menatap mereka dengan perasaan haru. Begitu saling mencintai kedua suami istri ini. Dulu Garry yang Jenni pikir, sangat mencintainya, juga tidak pernah berprilaku sebegitu mesranya kepadaku. Kalau mau berangkat ke pabrik, dia hanya akan menjerit padaku yang lagi sibuk di dapur, tanpa pelukan dan ciuman mesra seperti Madam Evie dan Mister Kevin. “ Bantu jaga istri kesayanganku ya, Jenni. Jangan biarkan dia sendirian. Temani saja terus dia. Biar dia tidak terjatuh.Kalau dia tidur, kamu tetap harus menjaganya. Bisakah kamu? ” Tanyanya dengan nada penuh kekhawatiran, karena ini pertama kalinya dia akan meninggalkan istrinya untuk bekerja, sejak penyakit istrinya semakin parah. “ Bisa Sir. Jangan khawatir, saya akan tetap berada di sisi Madam, sampai anda kembali.” Kataku “ Terimakasih.” Bisiknya meninggalkan kami berdua. Mata madam Evie, menatap suaminya sampai suaminya menghilang. “ Kamu pasti iri ya, melihat suamiku yang selalu penuh cinta kepadaku?” Tanya Madam Evie padaku. “ Aku ikut berbahagia Madam. Aku senang melihat kemesraan kalian.” Kataku lembut. Madam Evie wajahnya juga melembut. Dia pasti tidak menyangka aku bisa menjawab turut berbahagia melihat kemesraan mereka. “ Pasti karena ada masalah dengan suamimu, kamu baru nekat bekerja di luar negri? Benarkah?” Tanya Madam Evie sambil memicingkan matanya. Aku menganggukkan kepalaku. “ Suamimu bangkrut?” Tanyanya. Aku menggelengkan kepalaku lalu berkata lirih. “ Dia selingkuh dengan marketingnya, dan aku diusirnya dari rumah, hanya memberiku 100 juta.” “ Kenapa kamu mau? Tidak ada hukum yang mengatur pembagian harta gono gini kah untuk suami-istri yang bercerai di Indonesia? ” Tanyanya. “ Ada. Tapi repot, saya harus menyewa pengacara dan kalau menang, juga belum tentu bisa dieksekusi, belum tentu juga dia akan mentranfer semua yang menjadi hakku. Jadi lebih baik saya pergi meninggalkan semuanya dan menyongsong hidupku yang baru, biarkanlah tuhan yang menghukumnya.” Kataku pasrah. “ Kamu terlalu bodoh dan terlalu baik. Kalau aku dikhianati suamiku, aku pasti akan meladeninya sampai ke pengadilan tingkat tertinggi, kalau dia tidak mau membagiku harta gono goni, aku akan melayaninya sampai ke ujung dunia. Kalian tidak mengadakan pre-nup ( Perjanjian pra nikah)? “Tanya Madam Evie lagi. “ Nggak ada, aku terlalu mempercayainya. Dia teman yang aku kenal sejak kecil karena papaku patner bisnis dengan papanya.Malah semua saham-saham papaku , aku kuasakan kepadanya.” Kataku mulai terisak, mengingat betapa bodohnya aku itu. “ Kamu benar-benar bodoh kuadrat.” Katanya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. “ Aku dan Mister ada buat pre-nup sebelum kami menikah. Aku tidak mungkin membagi setengah hartaku, kalau seandainya kami bercerai. Karena rumah sakit itu adalah warisan turun temurun dari kakekku , ke ayahku lalu ayahku akan mewariskannya kepadaku saat dia meninggal. Sekarang aku masih direktur operasional, tapi rumah sakit itu, aku yang berhasil membesarkannya seperti sekarang , ayahku tidak terlibat lagi sejak dia pensiun dan hanya jadi komisaris utama. ” Kata Madam Evie sambil menatapku dengan matanya yang selalu bersorot tegas. “ Suami anda sangat mencintai anda, nggak mungkin akan selingkuh seperti suami saya.” Kataku dengan suara lirih tapi aku terdiam, karena teringat prinsip Susan. Sebelum tujuh hari kematian seorang suami, dan tidak ada wanita yang mengklaim suamimu, suaminya juga, jangan pernah bilang dia suami setia. “ Tapi dulu, saat dia mengajakku menikah, aku tidak tahu, dia demikian tulus. Aku takut dia hanya mengincar hartaku. Usianya 8 tahun lebih muda dari aku. Semua orang awalnya berpikir, dia mengajakku menikah , hanya karena kedudukanku, sebagai pemilik rumah sakti. Saat itu dia masih dokter Junior di rumah sakit kami. Tapi ternyata dia benar tulus mencintaiku. Sampai usia pernikahan kami yang ke 19 ini, dia tidak pernah sekalipun mengecawakanku. Bahkan aku yang selalu membuatnya kecewa. Apalagi saat aku terdiagnosa Parkinson ini.” Kata Madam Evie dengan suara lirih “ Kalau pasangan saling mencintai Madam, penyakit itu bukan kekecewaan , tapi adalah cobaan agar kita bisa memenuhi janji suci pernikahan kita untuk saling mendampingi di kala sehat ataupun sakit.Kalau bisa dilewati, pasti cinta pasangan suami istri akan lebih abadi.” Kataku lembut “ Kamu ternyata hanya bodoh dalam hubunganmu dengan suamimu, tetapi kamu cukup pintar Bisa mengeluarkan kata-kata bijaksana itu.” Katanya dengan senyuman manis tersungging di wajahnya. Kalau tersenyum Madam Evie sangat cantik, tidak kelihatan dia sudah berumur hampir 53 tahun. Kami berduapun tersenyum dan Madam Evie memberi perintah “ Yuk.. setengah jam lagi video call sudah akan dimulai. Bantu aku siapkan laptop di ruang baca dan bantu aku ambilkan jas dokterku di lemari sebelah kanan itu.” Katanya menunujuk lemari yang terletak di sebelah meja rias. Dengan sepenuh hati aku mempersiapkan semuanya untuk Madam Evie dan ketika video call di mulai. Dia berbicara tegas dan memberi perintah dengan runtun, kepada semua jajaran direksi rumah sakit. Saat dia mulai tremor, aku lekas-lekas memindahkan kamera laptopnya ke arah lain sesuai instruksinya tadi, agar para direktur tidak tahu, bagaimana parahnya penyakitnya. Saat tremornya berhenti. kembali kamera saya arahkan padanya dan video call hampir satu setengah jam itu berlangsung lancar dengan memberi pengetahun baru kepadaku, bagaimana menjadi pemimpin sebuah rumah sakit. Hari pertama bekerja , aku mulai menyukai pekerjaanku. Pekerjaan dimana aku bisa mempergunakan ilmu kuliahku dulu, meskipun hanya sekedar mencatat. Semoga semua berlangsung lancar dan semoga Madam Evie penyakit parkinsonnya tidak memburuk dengan cepat. Tapi akankah doaku itu terkabul?? 7 April 2023
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD