Aku dan Madam Evie pergi ke Mall dekat rumah. Mall besar dan elite bernama Shin Kong Mitsukoshi. Madam Evie membiarkanku menyetir mobil Mercedes seri S miliknya. Dia yang menjadi penunjuk arah dan aku yang menyetir. Kami ibarat, pilot dengan co pilotnya. Aku hanya hapal jalan dari rumah menuju supermarket, karena sudah beberapa kali aku berbelanja kebutuhan rumah di supermarket tersebut. Ini adalah kali pertama aku dan Madam Evie keluar rumah, menuju mall . Aku tidak tahu mengapa tiba-tiba dia mengajakku menuju Mall Shin Kong dan dia juga melarangku memakai baju kerja ku. Baju warna hijau muda seperti baju suster yang kudapat dari agent Taiwan, yang biasanya aku pakai sehari-hari saat melakukan tugas-tugasku di rumah. Madam Evie menyuruhku memakai baju formalku, Jadi aku memakai blouse batik dengan rok span hitam. Madam Evie, mengangguk-angguk ketika melihatku memakai baju itu.
Kami turun bergandengan tangan menuju Mall Shin Kong. Kami tidak nampak seperti pelayan dengan majikannya. Tangan kanan Madam Evie yang selalu gemetar, ku gengam erat. Kami jadi seperti dua orang sahabat yang berjalan-jalan atau seperti kakak yang window shopping bersama adiknya. Kami memasuki toko jam tangan. Aku hanya diam saja tak berani bertanya. Lalu terdengar suara Madam Evie berkata.
“ Aku mau ambil jam pesananku untuk Mister Kevin, Dia berulang tahun yang ke 45 besok.”Katanya sambil menyapa pemilik toko jam yang pastinya merupakan toko langganannya.
“ Ini jam tangannya, Sudah kami ukir initial KY di bawahnya, sesuai pesanan anda.” Kata pemilik toko ramah.
“ Bagus sekali.” Katanya sambil memandang jam tangan yang penuh tulisan china dengan rantai mirip jam tangan Rolex. Dia lalu berpaling kepadaku.
“ Ini jam tangan buatan Taiwan yang sangat terkenal. Merek Universal Family. Kamu bisa baca tentunya, tulisan China yang tertulis di jamnya ini.” Kata Madam Evie sambil menyerahkan jam tangan itu ke tanganku.
Dengan hati-hati aku memegang jam itu dan mulai membaca 12 huruf yang tertera di dalamnya yang mengantikan 12 angka yang biasanya tertera di jam tangan.
“ Ada tulisan Bright, Lucky, Guilleless, Faithfull, Free, Actualized, Fortune, Joyjull, Casual Elegant, Deightfull.”
“Itu semua doa-doaku untuk Mister Kevin, agar dia selalu terang, beruntung, jujur, setia, bebas, actual, kaya, senang, santai dan selalu penuh sukacita.” Kata Madam Evie sambil tersenyum dan memasukkan jam tangannya kembali ke dalam kotak kayu.
“ Bagus sekali hadiahnya Madam.” Kataku pelan
Dan pemilik toko memandang kami dengan keheranan, mengapa aku memanggil Evie dengan sebutan Madam, bukan cie-cie karena tadi dia bertanya apakah aku adiknya Evie?
“ Dia muridku dari Indonesia, yang lagi belajar ilmu akupuntur di sini. Dia wanita yang berbakat. Jadi aku menerimanya sebagai murid.” Kata Evie berbohong, menjelaskan tentang siapa aku kepada pemilik toko yang langsung mengangguk-anggukkan kepalanya.
“ Kalau kita keluar-keluar dan ada orang yang bertanya. Jangan bilang kamu perawatku. Aku tidak ingin orang terheran-heran, mengapa aku perlu perawat. Tiba-tiba kepikiran tentang kamu jadi muridku, jadi tidak muncul banyak pertanyaan lagi. Ok kah?” Tanyanya meminta persetujuanku.
“ Iya Madam, aku akan setuju dianggap apa saja oleh Madam. Aku tidak akan protes.Madam sudah begitu baik menerimaku bekerja dan mengajariku ilmu akupuntur. Jadi aku memang murid Madam.” Kataku sambil menuntunnya berjalan pelan, menuju tempat parkir
“ Dan jangan panggil aku Madam kalau ada orang lain.” Katanya saat kami berjalan menuju lift
Belum sampai kami menuju lift yang akan membawa kami ke tempat parkir terdengar suara nyaring seorang wanita yang menjerit memanggil Madam Evie.
“ Doctor Evie. Doctor… Doctor ”
Madam Evie dan aku berhenti dan membalikkan kepala ke arah wanita itu dan memandangnya lalu madam Evie hanya menganggukkan kepalanya, khas atasan saat bertemu dengan bawahannya,sambil berkata.
“ Hai Leona.”
“ Pasti lagi ambil kado hadiah ulang tahun dokter Kevin ya?’ Katanya sambil melirik paper bag berisi jam tangan yang kupegang.
Doctor Evie hanya mengangguk.
“ Gimana Parkinsonmu, Doc?” Tanya wanita bernama Leona ini.
“ Aku baik-baik saja, buktinya aku bisa jalan-jalan ke mall.” Jawab Evie .
Wanita ini mungkin dokter juga yang bekerja di rumah sakit , karena dia kenal dokter Kevin dan dokter Evie, juga tahu tentang penyakit Parkinson Madam Evie.
“ Baguslah, aku turut senang. Jadi Kevin nggak kesepian karena kamu pasti masih bisa melayaninya di tempat tidur. Parkinson stadium satu masih ringan lah, paling sedikit-sedikit bergetar di tanganmu.” Katanya lagi tanpa perasaan.
“ Urus aja urusanmu sendiri, nggak usah urusin kami. Aku baik-baik saja.” Kata Evie dengan suara tenang, sedikit ketus tapi tidak meletup-letup marah.
“ Aku hanya kasihan pada Kevin karena orang seganteng dan segagah dia, kalau tidak terlayani, takutnya selingkuh loh.” Kata Leona lagi semakin mengesalkan.
“ Uda kubilang itu urusan kami dan Kevin tidak mungkin selingkuh!” Kata Evie mulai berubah nada suaranya, tapi tetap tenang hanya bibirnya naik ke atas, tanda dia kesal dengan perkataan Leona.
Aku merasakan getaran tangan Madam Evie di gengamanku. Sepertinya tremornya akan muncul lagi. Secepat kilat aku mengandengnya dan masuk ke dalam lift, lalu langsung menekan tombol close di pintu tersebut, membiarkan si Leona terbengong-bengong karena dia tidak sempat mengikuti langkah kaki kami ke dalam lift. Di dalam lift itu hanya ada kami berdua. Madam Evie lalu tremor di sekujur tubuhnya dan aku mengenggamnya erat-erat sampai tremornya berhenti.
“ Untung kamu cepat menarikku ke lift dan langsung menutup pintunya, tak membiarkan doctor Leona itu masuk ke dalam lift. Dia dokter specialis penyakit dalam di rumah sakitku dan sudah terkenal karena suka seks bebas tanpa pandang tempat . Tapi aku tidak bisa memecatnya karena dia sangat kompeten di pekerjaannya. Mister Kevin bercerita kalau si Leoana mengajaknya bercinta kalau aku tidak bisa melayani Mister Kevin lagi. Memang dia sedikit kurang ajar, begitu beraninya mengajak suami orang bercinta di saat masih ada istri.” Kata Madam Evie, sambil menggeleng-gelengkan kepalanya dengan senyum simpul di bibirnya
Aku juga hanya tersenyum dan mengangguk-anggukkan kepalaku, tak berani berkomentar. Tidak pantas aku yang hanya seorang pelayan merangkap perawat berkomentar tentang hal ini. Kita tidak tahu, apa yang akan terjadi kedepannya. Kalau-kalau dokter Kevin tergoda dan selingkuh dengan Leona, bisa-bisa aku dipecat oleh dokter Kevin karena mengatai selingkuhannya. Lebih baik aku diam dan tak mengeluarkan pendapat apa-apa.
“ Kamu hanya tersenyum Jen dan mengangguk-anggukkan kepalamu?Kamu nggak ada pendapat tentang Leona?” Tanya Evie dengan tatapan ingn tahu.
Aku hanya menunduk dan menggelengkan kepalaku.
“ Mulai sekarang kamu harus berani mengungkapkan pendapatmu. Berani menyuarakan pikiranmu. Kamu itu bukan b***k. Aku berniat memperkenalkan kamu kepada semua orang sebagai muridku. Aku nggak mau ada murid bego yang hanya bisa mengangguk atau menggeleng. Tidak apa-apa mengeluarkan isi kepalamu.”
Mendengar kata-kata kerasnya. Aku tahu aku tidak boleh lagi berlagak tanpa kata. Madam Evie serius menganggapku sebagai muridnya, pasti dia tidak ingin mendapat murid yang seperti boneka bobble head yang kepalanya selalu bergoyang-goyang seperti mengangguk. Madam Evie tentu tidak mau mendapat murid tanpa otak, meskipun dia mengajari aku dengan tujuan untuk meringankan penyakitnya. Tapi aku harus bersyukur karena dia bersedia menganggapku sebagai murid. Bagaimanapun ilmu akupuntur yang kudapat darinya pasti akan bermanfaat untuk diriku sendiri. Aku mengepalkan tanganku dan bertekad menjawab pertanyaannya.
“ Maaf Madam. Menurutku. Leona itu gila. Tidak pantas dia berbicara kepada anda mengenai Mister Kevin yang kesepian. Apapun latar belakang pendidikannya dan persetujuannya untuk melakukan seks bebas, tidak pantas dia bertanya tentang masalah ranjang kepada anda. Sungguh kurang ajar wanita itu!” Kataku kesal
“ Nah gitu dong. Jadi aku tahu isi otakmu. Dengan hanya mengangguk atau menggeleng, bisa aja aku berpikir kamu setuju dengan perbuatan Leona.” Katanya kini dengan suara yang lebih ramah.
“ Nggak mungkin aku setuju dengan perbuatannya. Pantang bagi seorang perempuan, tidur dengan suami wanita lain. Aku adalah korban dari perbuatan wanita lain itu, yang dengan rela terjun ke ranjang suamiku. Aku tidak bisa terima perbuatan Leona itu. Dia pasti ada maksud terselubung. Ngomong ke mister Kevin, lalu ngomong lagi ke diri anda yang notabene adalah bossnya. Sungguh kurang ajar dia itu, percuma pintar kalau tidak bisa menunjukkan empati kepada wanita lain.” Kataku kali ini dengan nada lebih berapi-api.
“ Bagus, aku mau kamu seperti ini terus. Ungkapkan pendapatmu saat kita ngobrol dan berdiskusi berdua, Aku tahu kamu wanita yang pintar. Jadi pergunakan kepintaranmu untuk belajar semua yang akan aku ajarkan untuk memperingan penyakitku. Kalau tremorku bisa berkurang setelah di akupuntur, tentu pekerjaan kamu juga lebih mudah. Bisakah kamu?” Tanya Madam Evie menatap mataku
“ Bisa Madam. Aku akan mengikuti semua perintah anda dan berusaha belajar yang benar. Semoga penyakit anda bisa diringankan agar anda bisa kembali seperti semula biar si Leona itu tidak lagi nanya macam-macam tentang hubungan anda dan Mister Kevin.” Kataku dengan tekad kuat
Madam Evie tampak tersenyum simpul tapi matanya menyorot penuh duka. Aku tidak tahu mengapa mendengar jawabanku yang positif malah mengakibatkan matanya bersorot sedih. Apa yang kamu pikirkan Madam? Bolehkah kamu membaginya dengan ku?