Evie dan Jenni memasuki ruang rapat. Tangan Evie yang bergetar tetap di taruhnya di dalam saku blazernya. Jenni duduk di belakang kursi dokter Evie. Semua mata yang ada di ruangan ini, sepertinya memandang Jenni dengan mata bertanya-tanya. Terutama mata dokter Leona yang menatapnya dengan pandangan sinis. Mungkin dalam pikiran dokter vulgar itu, Jenni tidak pantas ikut di dalam rapat direksi dengan seluruh jajaran kepala bagian yang ada di rumah sakit ini .
Lain halnya dengan pandangan beberapa mata dokter-dokter cowok yang mengamati Jenni dengan pandangan penuh kekaguman. Kagum pada aura anggun Jenni dan kagum pada kecantikannya juga kagum pada lekuk-lekuk tubuh seksinya.
Evie membuka rapat dan mereka membahas hal-hal yang terjadi di tiap departemen selama satu tahun ini. Suara Evie terdengar pelan.
“ Untuk bagian radiologi, saya berencana membeli mesin baru dari Jerman untuk CT Scan. Untuk pelatihannya . Doctor Radiologistnya agar bisa berangkat ke Jerman dalam waktu dekat.” Kata Evie , tegas, singkat, padat.
Seorang lelaki berkacamata bulat mengangguk-angguk.
“ Apakah harus kepala departemen yang berangkat atau boleh dokter lain? Karena saya tidak bisa berangkat dalam bulan-bulan ini, istriku akan segera melahirkan.” Katanya meminta izin.
“ Wakilmu saja yang berangkat.” Kata Evie memutuskan
Suara Leona terdengar
“Kenapa alat untuk bedah laporoskopinya sampai sekarang belum terwujud. Milik kita yang sekarang uda kuno. Harus ganti yang baru bila mau hasil yang maksimal.”
“ Kami lagi proses tender dengan vendor penyedia . Kami ingin membeli yang terbaik dan termodern. Jadi harap bersabar.” Jawab Evie.
“ Bukan karena anda sengaja, tidak memprosesnya kan? Karena anda membenci saya?” Tanya Leona sambil memicingkan matanya.
Semua dokter-dokter di ruangan ini memandang Leona sambil mengeleng-gelengkan kepalanya. Dia bukan hanya vulgar dalam perbuatan tapi juga vulgar dalam perkataan. Dia tidak seperti cewek kelahiran Taiwan pada umumnya yang selalu berbasa-basi penuh etika saat berbicara.
“ Kenapa saya harus membenci anda? Tidak ada untungnya bagi rumah sakit dengan membenci anda.” Kata Evie dengan suara tegas. Tangannya yang tadi diletakkannya di atas meja, kembali dimasukkannya ke dalam saku. Jenni berdoa.
Please jangan tremor parah, dok.
“ Manatahu ini sebagai balasan anda untuk departemen yang saya pimpin karena anda membenci perbuatan saya dengan dokter-dokter internship dan mungkin dokter Kevin mengadu kepada anda tentang saya yang mengajaknya bercinta, saat anda tidak bisa melayaninya, makanya anda memperlambat proses pengadaan alat bedah laporoskipi itu.” Kata Leona tanpa malu sambil tertawa m***m.
Seluruh peserta ruangan berdengung dengan suara-suara yang sepertinya mereka bergumam
Sungguh gila dokter Leona
“ Aku ini pemimpin rumah sakit, kalau aku membencimu, aku nggak perlu memperlambat proses pengadaan alat bedah laporoskopi itu, aku tinggal memecatmu. Atau kamu yang tidak bersedia lagi bekerja di rumah sakit ini, sehingga berani berkata-kata yang tidak sopan seperti ini. Dan kalau kamu tahu perbuatanmu yang kamu sebutkan tadi bisa membuatku benci. Mengapa kamu terus melakukannya tanpa malu? Aku katakan kepada anda sekarang karena anda yang mengungkitnya. Aku tidak peduli dirimu yang tidak bisa menahan libido mu, tapi jangan lakukan di rumah sakitku . Kalau kamu lakukan di rumah sakit ini lagi, aku akan langsung memecatmu. Sudah cukup kesabaranku selama ini. Kamu jangan memprovokasi aku! ” Kata dokter Evie tegas.
Leona terkejut, dia langsung merubah mimic wajahnya dan berkata.
“ Sorry . Just kidding. Take it Easy, Ev”
Jenni sampai melongo, betapa dokter Leona itu bagaikan siluman ular putih yang secepat kilat jadi baik setelah tadi menjadi monster jahat.
“ Baik kita anggap permasalahan selesai, ada lagi yang ingin ditanyakan atau dibahas. Kalau tidak ada rapat hari ini saya tutup.” Kata Evie tanpa sedikitpun merubah mimic wajahnya. Tetap datar dan tegas
Seorang dokter lelaki muda dengan rambut rapi klimis, mengangkat tangannya.
“Iya dokter Lewis. Ada apa?” Tanya Evie
“ Apakah anda boleh mengenalkan kepada kami, cewek muda di belakang anda itu?” Tanyanya. Dan seluruh dokter-dokter dari tua sampai yang masih muda langsung meneriaki dokter Lewis.
“ Kalian pasti semua juga pingin kenalan, tapi nggak berani ngomong.” Kata dokter Lewis sambil tertawa
“ Okay baiklah, maaf tadi saya tidak mengenalkannya. Dia Jenni Chen murid saya dari Indonesia. Dia datang ke Taiwan untuk belajar akupuntur dari saya. Sudah hampir tiga setengah bulan dia datang dan belajar bersama saya. Melihat perkembangannya yang pesat, aku ingin dia bisa menjadi asisten saya sehingga suatu saat nanti kalau Jenni benar-benar sudah mahir , saya bisa kembali praktek akupuntur. Dia yang menusuk jarum dan saya yang mendiagnosa. Masih ada pertanyaan?” Tanya dokter Evie.
“ Nggak takut suami anda tergoda, ada wanita muda dan cantik yang tinggal satu rumah dengan anda?” Tanya Leona lagi sambil memandang dokter Kevin yang hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya.
“ Kamu pikir semua perempuan sama seperti kamu, yang suka menggoda suami orang?” Tanya dokter Evie dengan telak dan dokter Leona langsung terdiam.
“ Baik saya tutup rapat ini dan terimakasih sudah hadir.” Kata Evie bangkit dari kursinya dan Langsung keluar ruangan, diikuti Jenni yang tersenyum sedikit pada semua dokter yang hadir sambil kepalanya tetap tertunduk lalu dia melangkahkan kakinya menyusul Evie.
Dokter Kevin juga melangkahkan kakinya menyusul istrinya diikuti dokter Lewis yang berlari mengejar mereka.
“ Ev. Kamu mau pulang sekarang atau mau tunggu aku?” Tanya Kevin kepada istrinya.
“ Aku pulang aja. Aku takut tremor parah.” Bisik Evie.
“Okay. Hati -hati ya Jenni, saat menyetir nanti. Jangan ngebut.” Katanya pada Jenni yang mengangguk patuh.
“ Wah.. Dokter Evie sangat beruntung, mempunyai murid yang merangkap asisten dan bisa nyetir.” Kata dokter Lewis sambil menjulurkan tangannya pada Jenni untuk berkenalan.
Jenni ragu membalas jabatan tangan itu, dia melirik dokter Evie yang menganggukkan kepala. Evie tidak mau Jenni rendah diri seperti ini.
Jenni menjulurkan tangannya pada dokter Lewis yang menjabatnya erat dan berkata
“ Hi, aku dokter Lewis, specialis rehabilitasi medik . Boleh minta no teleponmu?” Tanyanya ramah
Jenni menggelengkan kepalanya.
Jangan buat hidupku rumit, please. Kalau kamu tahu aku ini hanya seorang TKI, pasti kamu tidak akan pernah meminta teleponku. kita beda kasta. dokter.
Gumam jenni dalam hati.
“ Telepon aja ke rumah Lewis. Jenni saat meminta jadi muridku. Uda ku kasih syarat dilarang memegang handphone karena itu akan memecah konsentrasinya. No Handphone, No Medsos . Dia hanya boleh mengakses email via laptop dan untuk berkomunikasi bisa dengan telepon rumah.” Kata Evie dengan pintar.
Jenni langsung ikut mengangguk-angguk setuju.
“ Okay deh, kalau pulang kerja, boleh aku meneleponmu?” Tanyanya lagi dengan pandangan mengebu-gebu, tampak sekali dia menyukai Jenni.
“ Dia sudah menikah, Lewis.” Kata dokter Evie
Dan Lewis langsung memundurkan badannya.
“ Oh ya.. Oh No.. Maafkan aku.” Katanya langsung pamit meninggalkan mereka.
“Nakal kamu. Ev. ” Kata dokter Kevin sambil tertawa.
“ Kalau nggak gitu, si Lewis yang sudah ngebet mau kawin, pasti tak akan putus asa. Nampak sekali dia menyukai Jenni. Maaf ya Jen. Kamu selama kontrak kerja denganku tidak boleh ada hubungan seperti ini. Pertama aku ingin tetap menjaga rahasia siapa dirimu dan aku ingin melindungimu. Kalau mereka tahu kamu hanya TKI, mereka tidak akan memandangmu seperti sekarang. Jadi ini untuk kebaikan kita bersama. Kebaikan untukku dan kebaikan untukmu. “ Kata Madam Evie memasuki ruangan kantornya.
“ Iya Madam.” Kataku patuh.
“ Kok Madam lagi? Untung kita uda di kantor. Biasakan memanggilku dokter.” Perintah Evie.
Jenni mengangukkan kepalanya kuat-kuat tanda dia bertekad akan mengubah panggilannya kepada Evie menjadi dokter, bukan lagi madam, karena dia takut rahasia mereka terbongkar. Evie yang berahasia, kalau Jenni adalah muridnya karena dia tidak ingin diketahui memerlukan perawat di depan kolega-koleganya demi melindungi jabatannya di rumah sakit dan Jenni yang terpaksa harus berahasia kalau dia itu sebenarnya hanya TKI yang di dandan menjadi asisten atau murid doctor Evie karena kepentingan majikannya. Skenario itu sudah dijalankan dan seluruh jajaran direksi sudah mengetahuinya kalau Jenni adalah murid dokter Evie, dia tidak bisa lagi berubah jadi TKI. Jenni harus berhasil menjalankannya untuk kepentingan mereka bersama. Kepentingan dokter Evie dan kepentingan Jenni agar bisa belajar semua ilmu dari dokter Evie, sehingga ketika kontraknya berakhir tiga tahun lagi, dia akan pulang dengan bangga kalau dengan kerja kerasnya, dia tidak hanya berhasil mengumpulkan uang tapi juga ilmu berharga.