Term and Condition

1455 Words
Kevin mengengam erat tangan Jenni sambil berkata lembut. “ Terimakasih Jen, Aku akan mempersiapkan semuanya dulu. Besok aku akan menelepon agency penyalur pembantu untuk memperkerjakan pekerja rumah tangga dari Vietnam dan mulai hari ini, kamu pindah tidur di kamar perpustakaan, kalau sudah ada pembantu, kita akan ke Taipei, untuk ambil paspormu di agentmu dan setelah itu kita bisa langsung register pernikahan di Taipei, jangan di Taichung, karena aku terlalu terkenal di sini.”. Katanya sambil tersenyum. Kevin tetap memandangi Jenni dengan mata berbinar-binar. Dia ingin mencium bibir tebal nan seksi itu, tapi ditahannya, dia tidak mau Jenni menganggap dirinya hanya sekedar pemuas nafsu Kevin. Kevin ingin mencintai Jenni dengan sepenuh hatinya, menghormatinya sebagai wanita seutuhnya. Handphone Kevin tiba-tiba bergetar, Evie yang mengirim pesan kepadanya. Sudah bicarakah dengan Jenni? Kalau dia setuju menikahimu, kalian berdua masuklah ke kamar. Ada yang mau aku sampaikan “ Dokter Evie, meminta kita masuk ke kamarnya, dia pasti ingin menyampaikan syarat darinya. Kamu jangan khawatir, Evie tidak akan meminta syarat yang berat dan pasti syaratnya itu, untuk melindungi kita semua. Meskipun sangat tegas, Evie bukan wanita yang jahat. Dan kalau syaratnya tidak bisa kamu penuhi, jangan khawatir, aku akan membantumu dan melindungimu agar kamu nyaman menjadi istri keduaku. Maafkan aku yang tidak bisa memberimu pesta pernikahan, tapi aku berjanji akan sangat adil memperlakukan kalian berdua. Aku akan memberikan kalian berdua cinta yang sama, tapi aku juga mengharapkan pengertianmu kalau aku lebih akan memperhatikan Evie, karena dia lagi sakit.” Kata Kevin pelan. “ Iya, aku mengerti. Anda tetap harus mencintai dokter Evie. Aku sudah sangat bersyukur, anda menawari aku pernikahan agar aku bisa tinggal resmi di negara ini, tanpa perlu visa kerja. Aku tetap akan seperti ini, melayani dan menjaga dokter Evie dengan sepenuh hatiku dan menjaga Kenny. Mister tidak usah khawatir.” Kataku penuh pengertian. “ Jangan panggil aku mister lagi dong, katanya bersedia jadi istriku.” Kevin menggodaku. “ Jadi harus kupanggil apa? Dokter Kevin aja ya, sama seperti aku memanggil dokter Evie.” Kataku “ Okay lah, tapi kalau di rumah panggil aku Kev ya, tanpa embel-embel dokter. Aku ingin menjadi diriku sendiri saat di rumah. “ Katanya tanpa menunggu jawabanku. Sanggupkah aku memanggilnya dengan sebutan yang sama dengan panggilan dokter Evie untuknya? “ Yuk, kita masuk ke kamar, Evie pasti sudah menunggu kita.” Kevin menarik tanganku dan digengamnya erat. Tapi keluar dari pintu perpustakan, tangan itu kami lepaskan, karena kami melihat Mister Albert sedang duduk di ruang tamu. Dia menatap kami seperti keheranan, tapi dia diam saja. Lalu Mister Albert, berjalan pelan menuju kamarnya dan kami berdua berjalan menuju kamar Evie Aku memandang Evie yang duduk di tempat tidur besarnya, dia memang sudah menunggu kami. Wajahnya tetap tenang dan senyumannnya tetap tersungging di wajahnya. Evie memandangku yang berdiri terpaku di balik tubuh Mister Kevin. Kevin menarik kursi rias untuk tempat dudukku dan menyuruhku duduk di kursi itu. Dia tidak ingin aku berdiri bagaikan pelayan yang siap menanti perintah atasannya. Kevin sendiri juga duduk di sisi lain dari tempat tidur besar ini. “ Jenni tentunya sudah setuju dengan lamaran Kevin. Terimakasih ya Jen.” Kata Evie tulus. Jenni hanya mengganguk, tidak tahu harus menjawab apa. “ Seperti kataku, aku juga setuju Kevin menikahimu, tapi aku ingin menetapkan beberapa syarat. Semua syarat ini, bukan untuk mempersulit dirimu, tapi aku ingin kita bertiga itu bebas dari komentar miring dan nama baik Mister Kevin tetap terjaga, apalagi mister Kevin berniat untuk mengajukan gelar profesornya. Jadi sebagai istrinya, kita harus melindungi suami kita agar bisa mencapai yang terbaik. ” Kata dokter Evie. Aku hanya mengangguk dan Kevin menatap Evie dengan penuh terimakasih. Aku juga pasti ingin yang terbaik untuk calon suamiku. Bisa menjadi istri seorang profesor bedah jantung tentu akan sangat membanggakan. Kini semua tampak terdiam, Evie memandang suaminya sambil tersenyum lembut, dan Kevin juga tersenyum sambil mengelus tangan Evie mesra. Jenni melihatnya tanpa rasa apapun, dia anggap biasa saja, memang kemesraan seperti itu yang selalu mereka tunjukkan selama Jenni bekerja menjadi perawat dokter Evie, meskipun sebentar lagi statusnya berubah menjadi istri dokter Kevin, tapi Jenni tahu diri, dia tidak boleh menguasai dokter Kevin sepenuhnya. Apakah perasaan tanpa cemburu ini bisa terjadi, karena Jenni belum mencintai Kevin? Sekarang Jenni tetap merasa menjadi pembantu mereka, kalau dirinya sudah resmi menjadi wanita kedua bagi Kevin, apakah hatinya tetap akan sama seperti ini? Tanpa rasa melihat suaminya mengelus mesra wanita lain. Jenni membulatkan tekad harus bisa tetap seperti sekaramg , karena dokter Evie saja bisa mengijinkan suaminya berbagi cinta. Mereka harus saling membantu, saling mengerti dan saling menjaga perasaan agar Kevin bisa melaju lebih tinggi lagi. “ Sebutin aja syaratmu, Ev. Aku bertekad akan memenuhi apapun persyaratanmu, karena sebagai suami, aku sungguh meminta hal sulit padamu. Tapi engkau dengan lapang hati mengijinkan aku, memiliki wanita kedua.”Kata Kevin pelan sambil memandang Evie. “ Wanita kedua yang sesuai persetujuanku, kalau bukan Jenni aku, juga tidak akan setuju.” Kata Evie tegas. Jenni tersenyum dan menggigit bibirnya, dia tidak tahu apa yang harus dia katakan kepada majikannya. Apakah aku harus berterimakasih, karena dia mengijinkan aku berbagi suami dengan dirinya? Suara Evie terdengar lagi. “ Kalian hanya boleh meregister pernikahan, tidak boleh ada pesta. Dan registernya tidak boleh di Taichung. Pilih kota lain.”Kata Evie menyebutkan syaratnya yang pertama. “ Aku uda tahu, Ev. Kami akan meregister pernikahan di Taipei, setelah aku ambil paspor Jenni dari agentnya. Jadi sekalian saat itu kami akan meregister pernikahan kami. Juga kami harus menunggu ada yang merawatmu. Besok aku akan menelepon pekerja dari Vietnam, moga-moga bisa segera datang.” Kata Kevin. “ Aku ingin Jenni yang tetap merawatku dan Kenny. Kenny sudah sangat nyaman denganmu. Kenny suka masakanmu dan kamu bisa mengajari Kenny bahasa inggris. Maukah kamu tetap merawatku dan Kenny?” Tanya Evie. Jenni langsung menganggukkan kepalanya. “ Pernikahakan kalian, untuk sementara, hanya boleh kita bertiga yang tahu. Tidak boleh orang luar tahu, sampai ayahku meninggal. Bisakah kamu, Kev?” Tanya Evie. “ Bisa, kamu pasti susah ya, jelasin ke papamu. Aku mengerti. Iya tidak ada yang berubah di antara kita meskipun aku dan Jenni resmi menikah, biarkan orang – orang tetap menganggpnya muridmu dan hanya kita bertiga yang tahu, kalau dia uda jadi istriku.” Kata Kevin. “ Hanya sampai papa meninggal Kev dan hanya sampai warisan itu resmi menjadi milikku dan posisiku tak tergoyahkan di rumah sakit.” Kata Evie dengan suaranya yang tegas. “ Iya Ev. Aku ngerti. Kami akan merahasiakannya. Pernikahan ini, hanya kita bertiga yang tahu.” Kata Kevin sambil menatapku yang juga menganggukkan kepalaku. Aku juga tidak perlu memproklamirkannya pada seluruh dunia. Mungkin hanya Susan yang akan kuberitahu, agar dia tidak khawatir padaku. “ Pre-nup kita masih tetap berlaku ya, Kev, tidak ada yang berubah untuk semua isi pre-nup. Milikmu adalah milikmu dan milikku adalah milikku.” Kata Evie lagi dengan nada tegas. “ Iya aku tahu. Tidak ada yang berubah. Aku juga tidak mengharapkan apa-apa dari kekayaannmu. Aku sudah mengerti semua itu, saat aku menikahimu dan aku juga tahu, aku hanya bisa sampai kepala bidang di rumah sakitmu. Papamu tidak akan mengijinkan aku, menjadi direktur, menggantikanmu.” Kata Kevin, tetap dengan senyuman di wajah klimisnya. “ Iya Kev, maafkan aku untuk itu. Tapi aku pasti akan memikirkan cara terbaik, agar karirmu tidak terhenti hanya jadi kepala bidang. Makanya aku mendorongmu, untuk ambil gelar profesor.” Kata Evie “ Hanya itu syaratmu kah Ev?” Tanya Kevin pada istrinya yang kini mengangguk-angguk. Jenni tiba-tiba mengeluarkan suaranya. “ Maaf, kata Mister Kevin, aku akan tidur di ruang perpustakaan. Apa yang akan kita katakan kepada Mister Albert?” Tanyaku pelan, teringat tatapan Mister Albert yang keheranan, melihatku keluar dari ruang perpustakaan tadi bersama Mister Kevin. “ Nggak usah khawatir. Aku akan bilang ke papa kalau kamu akan tidur di ruang tidur perpustakaan agar kamu lebih mudah belajar. Papa sangat ingin aku bisa praktek kembali jadi pasti dia akan mendukungmu belajar supaya bisa jadi asistenku. Barang-barangmu, semua sudah boleh kamu pindahkan ke ruangan itu. Biar nanti saat pembantu dari Vietnam itu datang, dia bisa memakai kamarmu di belakang.” Kata Evie lalu dia melanjutkan. “ Kamu tetap harus di kamarku ya, Kev. Jangan tidur sama Jenni di kamarnya sampai pagi. Karena papa bisa curiga.” “ Iya, aku tahu. Aku tetap akan tidur bersamamu sampai pagi , selamanya. Tidak apa-apa kan, Jen? ” Tanya Kevin dengan sorot mata bersalah. Aku hanya mengangguk dan tersenyum padanya. Aku adalah wanita kedua yang harus tahu diri, menerima segala syarat yang diinginkan oleh wanita pertama yang rela telah berbagi cintanya kepada wanita kedua. Aku ini adalah selir yang harus selalu mendukung sang ratu. Sanggupkah aku tetap menjadi wanita kedua yang selalu mengalah sesuai syarat Evie ? Sanggupkah aku menjadi wanita kedua yang harus tetap dirahasiakan? Sanggupkah aku menjadi wanita kedua yang harus tetap menjadi pelayan bagi wanita pertama??
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD