Bukan Ratu Tapi Serdadu

1346 Words
Jenni memandang suaminya, cinta pertamanya dengan pandangan nanar penuh luka. Tidak pernah terbersit sedikitpun dalam benaknya kalau seorang Garry sanggup mengeluarkan kata-kata keji ini. “ Mengapa kamu sanggup melakukan hal itu padaku?” Ratapku dengan berlinang air mata. “ Kamu tidak bisa memberiku keturunan, setelah 13 tahun pernikahan kita? Jadi aku harus mencari wanita lain untuk meneruskan nama keluarga.” Garry berkata tanpa memandang Jenni, malah asyik mengenggam tangan Elis, wanita yang katanya telah mengandung anak Garry. Jenni menghela nafas panjang. Dia membulatkan tekad untuk mengalah, berbagi pria kepada wanita kedua yang telah mengandung anak suaminya. “ Aku rela kalian menikah. Aku rela dia jadi istri kedua.” Kataku dengan suara bergetar menahan sakit hatiku. “ Aku tidak mau jadi wanita kedua. Aku telah hamil anak Garry, aku harus jadi yang pertama. ” Kata Elis tanpa empati. “ Tenang sayang… Dia akan ku usir dan kuceraikan, kamu pasti akan jadi wanita pertama di istanaku ini. ” Kata Garry pada Elis sambil mengelus tangannya. Mendengar kata-kata itu, Hatiku yang terluka bagaikan disiram air cuka. Rasa perihnya, sampai menembus jantung dan memelintir perutku . Airmataku mengalir tanpa henti mendengar kata-kata itu keluar dari mulut Garry suamiku . Suami yang sangat aku cintai. Suami yang merupakan pria pertamaku . Aku menutup mataku , untuk menenangkan hatiku , ketika suara kejam Garry terdengar lagi. “ Kita akan bercerai. Kamu akan kuberi 100 juta, silahkan kamu tinggalkan rumahku dan hiduplah sendiri. Terserah kalau kamu mau kawin lagi. Mungkin ada pria di luar sana yang ingin memperistri wanita mandul sepertimu.” “ Kamu hanya memberiku 100 juta? Nggak salah? Sedangkan perusahaan obat yang kamu kelola itu ada 50 % saham papaku. Aku akan menuntut harta gono gini, kalau kamu menceraikan aku! Dan aku tidak terima hanya diberi 100 juta. ” Kataku nekat melawannya karena aku tahu, tidak lagi bisa mendapatkan hati Garry kembali. “ Kamu sudah menyerahkan saham-saham papamu padaku. Kamu lupa? Kamu uda tanda tangan surat kuasanya. Dan kamu dengan sukarela menyerahkan semua saham itu untukku. Perusahaan juga selalu merugi, jadi tidak ada pembagian deviden untuk para pemegang saham. Aku sudah baik mau memberimu 100 juta, kalau kamu mau menuntut harta gono gini, aku tidak akan memberimu sepeser pun dan aku akan siap melayanimu bertarung di pengadilan. Apakah kamu sanggup melawanku ?" Kata Garry tanpa kompromi. Kenapa Garry bisa begitu kejam? Tidak mungkin pabrik obat sebesar PT. Delico Chemical bisa merugi. Perusahaan itu adalah perusahaan yang dibangun oleh papaku dan Papanya Garry. Mereka berdua adalah patner yang sangat baik dan saling setia. Karena papa kami berpatner, aku dan Garry jadi sering bertemu sejak kami kecil dan berakhir kami berdua saling jatuh cinta. Setelah tamat dari fakultas kedokteran , Garry melamarku dan aku tidak melanjuti internshipku untuk menjadi dokter. Hanya puas dengan gelar sarjana kedokteran. Saat itu Garry meyakiniku untuk hanya menjadi pendampingnya dan menjadi ratu di sisinya tanpa perlu susah-susah berkarir sebagai seorang dokter. Hari-hari pernikahan kami sangat indah. Garry sangat menyayangiku. Dia menepati janjinya memperlakukanku bagai ratu. Tidak pernah membiarkanku bekerja membantunya di perusahaan obat milik orang tua kami , katanya aku hanya perlu menikmati hidup ini dan menjadi istri yang melayani suaminya dengan sepenuh hati. Saat kedua orang tua kami meninggal bersamaan karena kecelakaan mobil. Garry mengambil alih untuk mengurus perusahaan. Aku dengan rela memberikan semua saham-saham perusahaan yang diwariskan papaku kepadanya dan mempercayakan sepenuhnya pada Garry untuk mengelolanya. Tapi setelah sekian tahun dia begitu mencintaiku, sekarang dia berubah sedemikian dahsyat dan tanpa kompromi sampai hati mengusirku. Aku menutup mataku, untuk menghalau semua sakit hatiku. Kedua manusia, yang duduk di depanku ini, dengan tenang saling memeluk dan menatapku tanpa ada sedikitpun belas kasihan. Hatiku sungguh marah. Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku tidak memiliki kekuatan untuk bertarung melawan Garry. Bila aku ingin menuntut harta gono gini dari Garry, aku perlu banyak uang, untuk menyewa pengacara dan berperkara di pengadilan. Sedangkan alasan karena aku tidak bisa hamil, merupakan alasan kuat yang pasti setiap hakim akan mengabulkan gugatan perceraian itu. Bagaimanapun aku pasti akan kalah. Jadi buat apa aku mempertahankan dan berjuang untuk seorang lelaki yang sudah tidak mencintai aku? Bahkan mengusirku. Aku masih punya harga diri. Aku masih punya tekad dan aku akan berjuang untuk menunjukkan kepada Garry kalau semua perbuatannya padaku pasti akan mendapatkan balasan yang setimpal. Kalau bukan aku yang membalasnya, biarlah Tuhan yang menghukum mereka. “ Gimana? Aku kasih waktu 1 minggu untukmu, keluar dari rumah ini. Seratus jutamu akan ku transfer setelah kamu menandatangani surat cerai kita. Setelah kamu keluar, aku dan Elis akan segera menikah. Tapi kalau kamu mau menuntutku, 100 juta itu tidak akan kutransfer. Tapi kamu tetap harus keluar dari rumah ini, karena sekarang Elis yang akan jadi ratu di istana ini. Dari awal ini adalah rumah orangtuaku dan kamu, kenapa menjual rumah orangtuamu?” Tanya Garry tanpa hati. “ Kamu yang suruh aku menjualnya, katamu untuk menambah modal untuk membeli mesin pembuat tablet obat yang kamu impor seharga ratusan juta dollar dari Jerman! Sekarang kamu tanya, mengapa aku menjual rumah orangtuaku? Kemana hati nuranimu, Garry?” Jeritku putus asa. Kenapa seorang Garry yang dulu sangat mencintaiku, bisa berubah menjadi manusia tanpa hati seperti ini? “ Kenapa kamu mau, saat kusuruh jual? Itulah begonya wanita yang tidak bekerja? Kamu jadi tidak tahu apa-apa? Mau aja disuruh jual tanpa banyak tanya, seharusnya kamu harus mempertahankan rumah itu, biar kamu ada tempat untuk pergi di saat seperti ini.” Kata Garry semakin sadis. “ Kamu Gila..” Hanya itu yang bisa kudesiskan. Hatiku sudah hancur lebur. Aku merasa sangat terhina. “ Mana surat cerainya? Akan aku tandatangani sekarang. Aku juga tidak perlu waktu satu minggu untuk keluar. Sekarang juga aku akan keluar dari rumah ini. Silahkan kamu mengawini wanita tanpa malu ini dan segera transfer uang 100 juta nya sekarang ke rekeningku ! Kalian tidak akan berbahagia! Kalian akan kena karmanya!” Raungku penuh amarah. Dua manusia bejad itu hanya tertawa sinis. “ Nggak usah bicara tentang karma. Kejadian ini terjadi karena kamu mandul. Salahkan dirimu sendiri. Jangan salahkan kami! Dan kami akan membuktikan kalau kami tidak akan kena karma . Kami akan hidup berbahagia.” Kata Elis dengan nada penuh kemenangan. Aku hanya mencibir dan mengambil pulpen lalu menandatangani surat cerai yang telah dipersiapkan pengacara Garry dan Garry mentransfer uang 100 juta untukku. Aku bangkit tanpa lagi memandang mereka yang sekarang kembali saling memeluk penuh kebahagiaan. Aku menuju kamarku dan memasukkan seluruh bajuku dan perhiasanku ke koper. Bik Siti, pembantu tuaku, tampak menangis saat membantuku mengepack barang-barangku. “ Non, mau kemana? Non, kan sebatang kara, tidak ada orangtua bahkan saudara.” Bisiknya sambil meneteskan air mata. “ Aku ada teman Bi. Aku akan ke rumah Susan. Bibik jaga kesehatan ya dan maaf aku tidak bisa membawa bibik. Bibik tetap bekerja aja di rumah ini, karena aku tahu, bibik juga tak ada tempat untuk pergi.” Kataku pada wanita tua yang telah menjadi pembantu di rumahku sejak aku kecil. “ Bibik akan pulang kampung aja. Bibik tidak sanggup bekerja di rumah orang yang menyakiti hati Non.” Katanya dengan mata berkaca-kaca. “ Baiklah Bik. Nanti gaji bibik kubayar satu tahun ke depan. Agar bibik bisa menyambung hidup di kampung. Jangan khawatirkan aku, Bik. Aku akan baik-baik saja. Aku akan mencari cara untuk hidup.” Kataku penuh tekad. “ Iya, Non. Nggak guna bertahan di rumah ini, bila Den Garry sudah tidak mencintai Non. Den Garry sudah terbutakan oleh wanita jahat itu. Padahal tadi Non uda mengalah dan memperbolehkan mereka menikah. Tapi wanita jahat itu tidak mau menjadi wanita kedua.” Kata Bik Siti sambil menutup koperku sambil tetap terisak - isak. “ Sudahlah Bik. Jangan lagi dibahas. Mari kita tinggalkan rumah ini dan biarkan Tuhan yang menghukum mereka.” Kataku dengan suara pasrah. Apalagi yang bisa kuperbuat selain pasrah, kalau tidak pasrah. Aku pasti bisa gila. Karena si Elis itu tidak hanya merebut suamiku, tapi dia juga merebut istanaku dan merebut statusku sebagai seorang ratu. Aku pergi meninggalkan rumah putih itu tanpa berpaling lagi. Aku kini bukan lagi seorang ratu tapi aku akan menjadi serdadu yang siap berjuang untuk mempertahankan hidup dan akan aku buktikan kalau aku akan berhasil dan aku akan baik-baik saja.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD