Bab. 12

1127 Words
Digo memandang file-file di meja dijalankan dengan malas. Hari ini ia benar-benar tak pernah menyenangkan sekali ke kantor. Masalah yg sekarang membelitnya sungguh menguras pikirannya. "Aku akan kembali dalam waktu pembaruan Digo." "Kenalkan gue Rega calon tunangan Sissi." "Omah sudah menyiapkan semua persiapan untuk pernikahan kalian Digo." Ingatan tentang Kathryn yg akan kembali dalam waktu dekat ini. Hingga teringat tentang Rega yang mengaku sebagai calon tunangan Sissi. Sampai mengucapkan Omanya tadi pagi tentang persiapan pernikahannya. Semua kini terasa berputar-putar dalam pikirannya. Digo bingung mengambil langkah apa untuk memecahkan berhasil itu. Mengaku pada keluargany jika sebenarnya ia dan sissi hanya pura-pura dan mengatakan jika Kathryn lah kekasih Digo yg sebenarnya. Itu berarti Digo harus siap dengan kedua orangtuanya terutama Omanya. Itu juga berarti secara otomatis Sissi akan menjauh darinya. Tidak. Digo tidak siap untuk itu. Mendengar nama Rega yang diakui sebagai calon tunanganya saja sudah membuat Digo menggertakkan giginya jengkel. Tambahan jika ia harus membuka ini semua, Digo rasa ia tak akan sanggup untuk jauh dari nona Rimba yang sudah nyaman itu. Digo telepon yang terhubung ke meja sekretarisnya. "Ratna, batalkan semua rapat hari ini. Aku ada urusan yang lebih penting." Digo berpesan pada Ratna sekretarisnya sebelum oa beranjak pergi meninggalkan kantornya. Percuma saja ia sedang rapat tetapi pikirannya sedang tidak fokus pada pekerjaan. Digo melajukan mobilnya tanpa tahu kemana ia akan pergi. Tiba-tiba saja terlintas di pikirannya untuk dikunjungi Sissi di Rumah. Sudah lebih dari tiga hari mereka tidak bertemu karena kesibukan Digo. Terakhir mereka hanya telponan seusai Digo dari rumah Sissi siapa pada saat itu ia juga bertemu dengan Rega. "Assalamuallaikum," "Waalaikumsalam. Lho, Nak Digo, ayo masuk." pak Alam papi Sissi yg sedang membaca koran di ruang tamu membukakan pintu saat mendengarkan suara salam dari teras depan "Iya Om." Digo masuk dan mencium punggung tangan Pak Alam. "Janjian dengan Sissi ya." tebak pak Alam langsung. "Nggak Om, pindah lewat saja terus mampir kesini." bohong Digo, padahal ia memang sengaja bisa bertemu dengan Sissi. "Sissi kemana Om, kog sepih banget." tanya Digo celingukan, karen biasanya ia akan langsung terdengar berisik dari nona rimba saat itu datang. "Hmm, kenapa nyariin. Kangen ya sama nona rimbanya Om." goda pak Alam pada Digo. Digo agak bingung saat Pak Alam ikut-ikutan mengundang Sissi dengan sebutan nona rimba. Itu karena Digo belum tahu kalau nama panjang Sissi memang 'Rimba Sissillya'. "Eh, ada Nak Digo. Kalau nyariin Sissi ada di belakang, lagi di dapur tadi bantuin tante masak." katakana Senja yg baru muncul dari dalam. "Boleh Digo samperin ke dapur tante?" tanya Digo yg tiba-tiba ingin mengejutkan Sissi. "Iya, gapapa Nak, Mohon, Sissi masih sibuk ngaduk sayur tuh kayaknya." jawab Senja tersenyum. Digo melangkah menuju dapur mana Sissi tengah melakukan kegiatannya. Digo tersenyum saat sampai di dapur dan melihat Sissi yang tengah asyik mengaduk masakannya dengan bersenandung kecil. "Ekheem...bisa masak juga lo ternyata." ucapnya yg membuat Sissi berjengit kaget. "Kingkong!!! Iiish, ngagetin aja sih lo, sejak kapan lo disini?" ujar Sissi yg baru menyadari kehadiran Digo disitu. "Lumayan lama sih, buat dengerin lo nyelesein satu lagu." jawab Digo yg memang tadi sengaja tidak langsung menyapa Sissi yg membelakanginya. "Iih, Kingkong curang." "Apanya yg curang Rimba sayang." Sissi jadi salah tingkah dengan panggilan Digo padanya yg ditambahi dengan kata 'sayang' itu. "Masak apa lo Rimba?" Digo mencium harum masakan dari atas kompor. "Rimba, heiii.." ucap Digo lagi saat Sissi belum menjawab ucapannya. "Eh, apaan sih Kingkong. Lo ganggu konsentrasi gue aja." "Ganggu konsentrasi lo? Hmm..jangan bilang lo ga konsen karena lihat wajah ganteng gue." ucap Digo tersenyum jahil. "Iih, dasar kingkong kege-eran." Sissi membalik badannya memukuli d**a Digo karena merasa kesal dan gugup dengan Digo yg terus-terusan menggodanya. Bukannya sakit Digo malah terkikik geli dengan aksi Sissi, hingga tanpa sadar Digo malah menarik Sissi dalam pelukannya. Jantung Sissi berdebar kencang saat tubuhnya menempel pada d**a bidang kingkongnya itu.  Begitu juga dengan Digo yg tiba-tiba merasa hatinya berdebar saat Sissi merengkuh dalam pelukannya. Lama mereka saling menatap dalam diam.  "Ekheem," sampai suara Mami Sissi menyadarkan mereka yg masih dalam posisi saling menatap. Sissi segera menegakkan posisinya saat mengetahui Maminya ada disitu. Begitu juga dengan Digo yg merasa gugup dan malu seketika karena kepergok oleh Mami Sissi tengah menatap putrinya itu begitu dekat. "Mami cuma mau ngambilin teh buat Papi kog, silahkan dilanjutkan pembicaraannya." Senja menggoda Digo dan Sissi sesaat sebelum beranjak pergi meninggalkan Digo dan Sissi yg masih mematung dengan d**a saling berdegub kencang. 'Mami apa-apaan sih. Kenapa malah bilang begitu. Bukannya nyelamatin anaknya yg lagi terhimpit begini.' cerca Sissi dalam hatinya melihat ulah Maminya yg malah membiarkan ia dan Digo. "Gue," "Gue," Ucap Sissi dan Digo bersamaan. "Lo aja duluan," "Lo aja yg duluan." lagi mereka berdebat tentang siapa yg akan memulai bicara duluan. "Ladies first, silahkan duluan Rimba." ucap Digo akhirnya. "Gue, gue mau nyiapin makan siang dulu. Lo tunggu di meja makan aja. Kita makan siang sama-sama." ucap Sissi, padahal ia memang sengaja ingin menghindar dari Digo untuk menutupi debaran jantungnya saat berada di dekat kingkongnya itu. "Okey, gue tunggu di depan ya." ucap Digo akan beranjak menuju meja makan. "Si," Digo menoleh Sissi kembali. "Iya kenapa?" "Selesei makan siang gue mau ngajakin lo ke rumah, lo siap-siap ya nanti." ujar Digo diangguki oleh Sissi. Digo terlihat sangat menikmati santap siangnya bersama keluarga Sissi. Berkali-kali ia memuji masakan Sissi tapi hanya dalam hati. Digo tidak menyangka kalau dibalik sifat bawel dan manjanya Sissi ternyata sangat mandiri dan pandai memasak. Benar-benar calon istri seperti idaman Omanya selama ini. Andai saja semua ini bukan pura-pura. Batin Digo, namun segera ditepisnya. Sesuai yg tadi telah dibicarakan Digo mengajak Sissi ke rumahnya untuk bertemu dengan Oma dan kedua orangtuanya. Sudah saatnya untuk mereka mengatakan yg sebenarnya pada keluarga Digo. Apapun resikonya nanti mereka harus siap menghadapinya. "Rimba, apapun yg terjadi nanti gue minta maaf sama lo." ucap Digo saat mereka masih di mobil. "Kenapa lo harus minta maaf," jawab Sissi dengan hati yg tak menentu. "Ya, karena gue, lo harus ikut terseret dalam masalah rumit begini." "Bukan salah lo, tapi memang ini sudah menjadi pilihan gue." "Si, gue harap setelah ini lo nggak akan jauhin gue, apa kita masih bisa berteman setelah ini." ucap Digo sama dengan perasaan yg tak menentu juga. Sama-sama terdiam dengan perasaan yg tidak karuan. Digo dan Sissi berharap bahwa setelah mereka jujur mengatakan yg sebenarnya pada keluarga Digo. Mereka masih akan bisa bertemu, meskipun tidak akan sama seperti sebelumnya. 'Kenapa disaat gue mulai nyaman sama lo kita harus coba semua ini rimba.' batin Digo dalam hati. "Apa gue sanggup jika setelah ini harus berpisah dan mungkin akan jarang bertemu sama dengan kingkong. Jujur gue nyamankan di dekat lo saat ini kingkong. Bagaimana gue sadar ini hanya pura-pura." Sissi pun juga membatin dalam hati. ##### Pendek ya ??? Iyalah gapapa, yg penting di update ya. Jangan lupa vote dan comment Gengs!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD