* POV Digo *
Narendra Erlandigo
'Ini gila! Benar-benar gila. Bagaimana bisa Kathryn menyuruhku untuk pura-pura berpacaran dengan perempuan bar-bar si cewe rimba. Membayangkannya saja sudah bisa membuatku jengah, diminta harus meminta izinwara, bisa-lama-lama aku beneran gila.
"Tolong Digo, sekali ini saja kamu turuti kemauan aku," rengek Kathryn saat itu.
" Tidak Besar! Aku tidak mau bekerja sama apa ini! Apalagi pura-pura pacaran sama cowo kingkong cem gitu." cewe Rimba satu ini benar-benar membuatku berbicara, dengan syok dia bicara seperti itu, memangnya siapa juga mau berpura-pura pacaran sama dia.
Akhirnya setelah selesai kami bertiga, sudah dipastikan kalau aku harus mau pura-pura pacaran dengan cewe rimba nyebelin itu.
"Semoga aja nggak bikin gue cepet mati muda tuh cewe. Hadeeh ingat kelakuannya yg tengil sekali. Tapi gue heran kenapa mau-maunya dia nerima kerjaan jadi pacarnya pura-pura, itu kan sama saja gantian. Ah, bodo amat! Buat apa saja gue Fokua Digo! Tugas lo cuma pura-pura sandiwara di depan Mama Papa dan terutama Omah. Tenang saja, sepulangnya Kathryn dari Milan semua akan kembali normal, lo hanya perlu bersabar saja, Gumam Digo dalam hati.
> <
Digo memarkir mobilnya di depan rumah yang lumayan besar dan mewah, yang memicingkan hati sekitaran rumah yang menurutnya lumayan berkelas dan mewah.
'Gue nggak salah alamat kan? Bener itu cewe tinggal di sini, dilihat dari rumah sepertinya dia datang dari keluarga yg lumayan kaya, tapi kenapa mau aja kerja nggak bener jadi pacar pura-pura. ' gumam Digo dalam hati.
"Napa lo ngelihatin gue gitu banget! Naksir lo sama gue," Sissi baru keluar dari dalam rumah dan menghampiri Digo yg sedari tadi bersandar di sebelah kanan mobilnya.
"Dasar nggak sopan! Ada tamu suruh masuk dulu kek, tawarin minum gitu, ini nyamperin malah kayak petasan banting, nyerocos mulu, udah untung gue mau antar lo mau." sungut Digo pada gadis cantik itu.
Digo memang menjemput Sissi ke rumahnya karena hari ini akan membawa gadis bermata indah itu untuk bertemu dengan Oma dan juga kedua orangtuanya sesuai dengan kesepakatan mereka bertiga kemarin. Sissi mendapat bayaran 25 juta untuk waktu sebulan kedepan menjadi pacar pura-pura Digo atas persetujuan Kathryn kekasihnya. Hal itu Kathryn lakukan agar selama ia pergi ke Milan kedua orangtua Digo tak menjodohkan lelaki itu dengan gadis lain, terutama oleh Arnita Oma Digo.
"Tamu tak diharapkan lo mah," cerca Sissi dengan wajah datarnya.
"Sialan lo! Dasar cewe--"
"Ngatain gue kayak gitu lagi, gue nggak bakal mau ikut lo ketemu sama keluarga lo!" ancam Sissi.
"Ngancem lo!"
"Kagak!"
"Berisik lo, dasar cempreng!"
"Lo kingkong!"
Sepanjang perjalanan tak pernah sedetikpun Digo terlihat akrab dengan Sissi, ada saja yg menjadi bahan untuk diributkan mereka berdua. "Inget ya lo harus bersikap sopan dan manis di depan orangtua gue, terutama Oma gue, jangan sampai sifat bar-bar lo itu keluar saat di depan mereka." seru Digo pada Sissi sebelum mereka turun dari mobil.
"Bawel banget! Dasar Kingkong, iya gue ngerti nggak usah pake ceramah segala!" cerocos Sissi
"Asaalamualaikum," ucap Digo dan Sissi saat sudah sampai di rumah Digo.
"Ini rumah lo, besar juga ya." ucap Sissi kagum.
"Biasa aja lo! Kampungan banget nggak pernah lihat rumah mewah lo." cerca Digo mendapat pukulan di lengannya.
"Sembarangan aja kalau ngomong! Rumah gue juga nggak kalah lagi sama rumah lo ini!" sungut Sissi tak terima.
"Cih, rumah mewah, ngaku orang kaya tapi mau jadi pacar pura-pura! Kaya apaan itu." decih Digo yg masih menanggapi omongan Sissi.
"Eh, sudah datang Digo, ajak masuk sini pacar kamu," baru Sissi ingin membalas u*****n Digo saat perempuan yg sudah kelihatan berumur menghampiri mereka.
"Iya Oma, kenalkan ini Sissi pacar Digo," ucap Sissi merangkul pinggang Sissi tapi Sissi merasa risih dan ingin berontak saat tangan Digo berada di pinggangnya.
"Assalamualaikum Oma, saya Sissi," ucap Sissi sopan sambil mencium punggung tangan Oma Arnita.
"Waalaikumsalam Nak, aduh kamu cantik sekali, sopan lagi sam orangtua." ujar Oma mengelus pipi Sissi membuat Digo menolehnya tak percaya, seumur-umur membawa para pacarnya bertemu dan di kenalkan dengan Oma Arnita baru kali ini Oma memuji perempuan yg dibawa Digo di depannya.
"Terimakasih Oma, Oma juga masih terlihat sangat cantik sekali meskipun sudah berumur." balas Sissi memuji Oma Arnita.
"Bisa saja kamu Nak, ayo masuk itu Mama sama Papa-nya Digo sudah menunggu di dalam," ajak Oma mengamit lengan Sissi untuk masuk ke dalam ruang keluarga rumah Digo.
Digo merasa heran sekali dengan sikap Oma-nya, biasanya Oma akan langsung mengajukan berbagai pertanyaan pada perempuan yg dibawah Digo ke hadapannya. Kuliah dimana, bapaknya kerja apa, berapa bersaudara, dan macam-macam pertanyaan pasti akan mencecar para gadis yg di bawa Digo. Tapi kali ini, kenapa dengan cewe rimba Oma bisa langsung akrab begitu ya, pake sihir kali ya itu cewe rimba. Batin Digo dalam hati.
"Wah, ini toh pacarnya Digo, cantik ya Pap." ujar bu Mita Mama Digo.
"Iya Mam, cantik, nggak kalah sama Mama waktu masih dulu." sahut pak Aldo Papa Digo mengerling genit ke arah istrinya.
"Papa modus itu Mam." timpal Digo yg menyadari tingkah papanya.
"Sissi Tante, Om." ucap Sissi memperkenalkan diri dan tak lupa mencium pungggung tangan kedua orangtua Digo.
"Panggil Mama saja Sayang, jangan Tante," ujar Mama Digo tersenyum lembut, Sissi menoleh Digo dan mendapat anggukan darinya.
"Iya Tan, eh, Mama maksudnya." jawab Sissi dengan nada agak canggung karena masih belum terbiasa. baru juga berkenalan sudah di suruh manggil Mama aja. Desisnya dalam hati.
"Jadi, sudah berapa lama kalian pacaran Digo?"
"Satu bulan,"
"Dua minggu."
Oma Arnita yg bertanya jadi bingung dengan jawaban Digo dan Sissi yg berbeda. "Yg benar yg mana Nak? Satu bulan apa dua minggu?"
"Satu bulan Oma,"
"Dua minggu Oma." tadi Digo menyebut satu bulan dan Sissi duaminggu, sekarang bergantian Digo menyebut duaminggu dan Sissi satu bulan, membuat Oma dan juga Mama Papa Digo menatap bingung ke arah mereka berdua.
"Maksud Digo, kita kenalnya sudah sebulan dan baru berpacaran duaminggu ini, iya kan Sayang?" ucap Digo cepat melirik Sissi agar menggangguk menyetujui omongannya, setelah menyadari kalau para orangtua itu menatap curiga pada mereka.
"Oh, begitu." jawab mereka bertiga serempak.
"Iya Oma, benar apa yg dikatan Digo." sahut Sissi agar bertambah meyakinkan.
"Kamu masih kuliah Nak?" tanya Oma Arnita lagi.
"Iya Oma, masih semester dua," jawab Sissi tersenyum sangat manis.
"Digo, sebaiknya jangan di tunda-tunda lagi, Oma sudah jatuh hati saat pertama melihat Sissi." ujaf Oma membuat Digo dan juga Sissi bingung.
"Di tunda? Apanya Oma?" timpal Digo yg masih belum mengerti arah pembicaraan Oma-nya itu.
"Kamu sama Sissi, Digo."
"Aku sama Sissi? Ada apa dengan kami Oma?"
"Kalian Tunangan Ciptanya!" katakanlah Oma Arnita pada mereka berdua.
"Apaa?"
"Haaah?"
############