Bab 12

1050 Words
Ellena berhenti berjalan di batas bagunan yang menutupi. Kyle benar, langit cerah pun bisa lebih mencurigakan dari hujan. Konon manusia dan penyihir jika tangisan Dewi Langitlah yang membuat hujan turun. Jika saja itu benar, dia tidak masalah menangis dewi menjatuhkan hujan. Namun, bukankah itu membuat langit jadi tahu di mana dia berada? Dia geleng-geleng dan berbalik. Kembali ke kamar adalah hal yang terbaik, tetapi hatinya ingin lebih berada di luar ruangan. Meski sudah beberapa hari di bumi, dia belum menginjakkan kaki di atas rumput hijau. Menyapa para burung terbang dan bunga yang menari-nari. “Ellena, tangkap!” ucap laki-laki yang berada di hadapannya. Sebuah jubah hitam melambung tinggi. Sesuai intruksi laki-laki tersebut, Ellena menatapnya, dia bahkan bisa melihat arah ke mana jubah itu akan jatuh. Ellena dengan sigap segera menangkap jubah tersebut. Namun, tubuhnya yang terlalu lincah membuah dia kehilangan keseimbangan. Tiba-tiba saja tubuhnya ditahan sebelum jatuh dan membentur bagian tembok di belakakangnya. Mata mereka lagi-lagi bertatapan. Ellena tidak suka perasaan ini, perasaan dan penglihatan yang bisa dia ketahui. Kyle bukan melihatnya dan entah kenapa ini membuat dia cukup kesal. Dengan berhati-hati dia pun kembali berdiri tegap. “Harusnya kamu hati-hati, Ellena,” ucap Kyle padanya sambil tersenyum mengejek. Dia melihat laki-laki itu sudah siap dengan pedang dan jubah kebesarannya. “Kita akan ke pasar. Tugas administrasi sudah aku selesaikan sejak kemarin.” “Anda benar-benar aneh, Raja Kyle,” ucap Ellena seraya geleng-geleng. Kyle mengabaikan ucapan Ellena, dia lalu bersiul hingga seekor kuda hitam menghampirinya. Surai itu sangat indah dan dia jarang melihatnya di langit. Tidak. Kuda langit  memiliki surai putih tulang jarang sekali ada kuda hitam seperti ini. “Kita naik kuda?” Kyle melihat Ellena yang bertanya dengan tatapan aneh---baiklah, ini hanya pemikiran Kyle saja. “Kamu ingin naik kereta kuda, Ellena? Aku akan memanggil Tuan Erleanor untuk menyiapkannya.” “Tunggu!” Sang gadis justru menahannya dan melihat Kyle yang lagi-lagi dengan tatapan aneh. Mata itu membuatnya tidak enak hati dan lalu meneguk ludah. “Aku mau naik kuda saja.” “Kalau begitu pakailah jubahku agar kamu tidak mudah diketahui oleh orang lain, Ellena.” ----------------------------- Kyle meyakinkan terus hatinya jika gadis ini bukan pertanda apa-apa. Selain Olive, dia tidak pernah membawa gadis lain. Ellena pengecualian. Gadis itu tetap harus ada dalam pengawasaanya. Pertama demi kebahagiaan Olive. Kedua, gadis ini bisa saja nekat mencari Jean. Dia sudah memberikan surat pada Luciel. Adiknya itu pasti akan segera membalas dan mencari tahu letak Jean. Jika tidak ditemukan maka Ellena dianggap pembohong ulung. Meski begitu, Kyle benar-benar tidak bisa membiarkan gadis yang duduk di belakangnya. Sementara Ellena sendiri sibuk melihat-lihat bumi. Dia cukup kagum dengan apa yang dilihatnya. Menaiki kuda juga merupakan salah satu kebahagiaanya. Dia sangat ingin melakukan ini lagi. Rasanya sudah lama, di langit dia hanya duduk diam dan mengerjakan tugasnya sebagai Dewi Langit selanjutnya. Ellena benar-benar menikmati silir angin yang menyapanya. Walau dia hanya bisa menunduk. Bisik-bisik dari rakyat bumi bisa dia dengarkan. Ada yang menuduhnya sebagai b***k yang kabur. Putri dari kerajaan seberang. Ah, Ellena paling tidak suka ketika ada yang menyebutkan jika dirinya adalah selir untuk Kyle. Dia heran. Kenapa para manusia hanya membicarakan apa yang mereka lihat tanpa mencari tahu kebenarannya? Oh dia benar-benar muak. Meski begitu Ellena tidak mau membunuh satu pun dari mereka. Syukurlah sebentar lagi dia akan mendapatkan kain untuk menutup penglihatannya. Jujur saja Ellena tidak sadar. Dia terlalu sibuk menekankan pikiran agar dia tidak mendengarkan omong kosong orang-orang. Tidak disangka dia malah memeluk erat Kyle. Oh ya ampun, ini malah membuat mulut-mulut itu semakin sering membicarakan tentangnya. Tiba-tiba kudanya berhenti bergerak dan Kyle menoleh ke belakang, “Sepertinya kamu ketakutan mendengar semua omong kosong itu, Ellena. Kamu mirip sekali dengan ... lupakan.” “Aku akan mengecewakan Anda,” ucap Ellena selagi melihat Kyle yang turun dari kuda dan memberikan pijakan untuknya. Karena dia tidak mungkin mengabaikan tindakan laki-laki tersebut, Ellena menolaknya dengan gelengan. “Raja Kyle, aku bukanlah orang yang perlu Anda beri kesempatan itu. Aku akan turun sendiri,” balas Ellena padanya dengan senyum yang hanya bisa dilihat dari posisi Kyle. Kyle yang beertumpu akhirnya berdiri. Inikah rasa ditolak? Kyle jarang ditolak dan jarang pula bersikap manis seperti ini pada orang lain. Dia bahakn tidak peduli bagaimana orang-orang menilai sikapnya ini. Namun, gadis di hadapannya justru membuat dahinya berkerut. Sebelum Ellena turun dari kuda, tangan Kyle lebih dulu mengangkat tubuh gadis tersebut. Hal itu sukses membuat gadis yang tengah dia angkat menjadi merah merona. Mata emasnya membelalak dan entah kenapa Kyle jadi tersenyum. “Raja Kyle, turunkan aku!” ucap Ellena panik. Dia bukannya takut dengan ketinggian. Kyle langsung menuruti perintah Ellena. Rasa kesalnya sudah terbayar dengan wajah terkejut gadis itu, dan jujur itu agak menghiburnya. “Ayo kita mencari baju yang tepat untukmu.” Ellena mengangguk. Kali ini laki-laki itu menawarkan tangannya untuk berpegangan. Ellena menolak, lagi. Dia melihat toko baju yang juga terdapat berbagai jenis kain. Meski Kyle menunggunya menyambut dengan tangan, Ellena justru berlari ke depan. “Selamat datang, Raja Kyle. Kami sangat senang karena Anda mau datang ke tempat seperti ini,” ucap seorang wanita tua padanya. Kyle balas dengan tersenyum. “Nyonya, saya ingin mencari beberapa gaun dan perlengkapan untuk gadis bertudung itu.” “Tentu aku akan mencarikannya untuk Anda, Yang Mulia.” Setelah wanita tua itu pergi, Kyle berjalan mendekati Ellena. Gadis itu benar-benar tertatarik dengan sisi kanan toko yang diselimuti hanya oleh kain-kain saja. Sementara di sisi kiri terdapat berbagai perlengkapan. Cukup bagus, meski toko ini bukan tujuan awal Kyle. “Tidakkah kamu seharusnya memilih pakaian Ellena? Aku tidak mungkin memilihkanmu pakaian kan?” sindir Kyle sambil memalingkan muka. Membayangkan dia harus memilihkan semua pakaian gadis itu benar-benar mengelikan. Jari-jemari gadis bertudung tersebut justru semakin lincah mencari seutas kain untuk menutup matanya. Dia mengambil satu yang berwarna hitam, lalu dia menoleh pada laki-laki yang tengah memalingkan muka. “Jujur, Raja Kyle. Aku hanya membutuhkan ini.” Ellena mengangkat tinggi seutas tali hitam. “Memakai baju pelayan sepertinya lebih nyaman.” Kyle menepuk jidatnya sendiri. Seorang wanita tua kembali dan menawarkan beberapa gaun di hadapannya. Dia berusaha mengajak Ellena untuk ikut memeriksa. Namun, gadis itu sudah memasangkan seutas tali pada matanya. Membiarkan rambut putih terlihat oleh orang sekitar. Tidak berlangsung lama, karena Ellena kembali menutupi identitasnya. Ellena terus berkata jika dia tidak peduli. Hal itu membuat Kyle kembali mengebuskan napas. Akhirnya dia memilih beberapa gaun yang sekiranya pas untuk Ellena. Sementara untuk pakaian dalam, dia menyerahkan pada wanita tua yang memiliki toko. Tiba-tiba saja Ellena ditarik oleh wanita tua itu. Badannya diputar-putar beberapa kali, lalu akhirnya berhenti. Wanita tua pergi ke gudang belakang dan Kyle mencoba menahan tawanya. Setidaknya dia senang karena perempuan itu juga kena karmanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD