Bayu memandang jauh sebuah restoran di hadapannya. Tak butuh lama menimbang, langkah lebar menapak penuh tekad. Namun, tetap tak mampu membuyarkan genangan perasaan yang sudah berkumpul dalam benak. Bercampur bersama ragam untaian pikiran. Semua seperti ikut berlomba, mengalahkan satu sama lain. Di antara banyak rasa tersisip, kesal begitu mendominasi. Percikan kekecewaan pun tak dapat Bayu hindari. Semua terasa menggigitinya. Namun, Bayu tetap memperjuangkan akal sehatnya. Sejauh ini lebih unggul bertahta. Bayu pikir akan lebih baik menahan seluruh perasaan yang memenuhi benak, daripada mengacaukan apa yang sudah tersusun rapi dengan semestinya. Karena kepercayaan Bayu terhadap Sandra dengan penuh diserahkannya sejak dulu. Walau, ia sangat menyayangkan, tak ada sedikit pun penjelasan