Post 1
PuputPencariDragonBall (Mania Member)
7:30 25 April 2017
Arkanu Andanu dan Selina Putri Cinlok?
Jakarta - Selina Putri dan Arkanu Andanu baru-baru ini (22/04) tertangkap kamera tengah bersama di sebuah pusat perbelanjaan, Jakarta Selatan. Keduanya terlihat tengah makan bersama, dengan tawa tersungging di wajah mereka masing-masing. Namun, ketika dimintai konfirmasi, belum ada jawaban pasti dari Kanu maupun Selina.
Post Replay Quote
Post 2
KupuDiTaman (Member Addict)
17:32 25 April 2017
Iyaa, plis. Gue setuju banget. Mereka cocok! Nggak sabar buat nungguin filmnya juga.
Post Replay Quote
Post 3
ButuhKepastian (Member Mania)
17:32 25 April 2017
Kayaknya beneran deh. Semalam gue makan di Nusa Dua ketemu mereka. Si cowo baek banget, cyn. Ramaah, gak sombong. Tiap kali ada yang minta foto, dia bolehin. Ada kurangnya gak sih? Kurangnya gak bisa jadi milik gue
Post Replay Quote
Post 4
BintangMalam (Member Addict)
17:33 25 April 2017
Arkanu menurut ijk gak cucok sama Selina. Dese terlalu gans buat si cewe.
Post Replay Quote
Post 5
BarisanTermasukMantan (Member Addict)
17:34 25 April 2017
Originally Posted by: ButuhKepastian
Kayaknya beneran deh. Semalam gue makan di Nusa Dua ketemu mereka. Si cowo baek banget, cyn. Ramaah, gak sombong. Tiap kali ada yang minta foto, dia bolehin. Ada kurangnya gak sih? Kurangnya gak bisa jadi milik gue
Mainnya jauh banget ya ke Bali. Itu kan naik pesawat, bukan pakek helm dua lagi.
Post Replay Quote
Post 6
BibirSisa (Member Addict)
17:35 25 April 2017
Originally Posted by: BarisanTermasukMantan
Mainnya jauh banget ya ke Bali. Itu kan naik pesawat, bukan pakek helm dua lagi.
Yhak, lo kira pergi ke mekarsari sekalian tamasya bareng keluarga pakek helm?! Lo liat aja penampilan si cewe, mana mau main di tempat murcida *julid mengakui si cewek mank cans gx sans
Post Replay Quote
Sandra mendengkus keras setelah mambaca cepat sebuah forum yang seakan tak berhenti membicarakan Kanu dan juga Selina. Seketika Sandra lantas menyesali keberaniannya mengikuti rasa penasaran membawa hingga sejauh ini. Bahkan peringatan Luna pun sama sekali tidak didengar olehnya.
"Kenapa lo?" cetus Luna menatap Sandra curiga kerap mengamati.
"Nggak," balas Sandra sambil mematikan ponselnya lantas memasukan ke dalam saku blazer.
"Masih kesal sama gue?" Luna setengah tidak percaya usai mendengar dengkusan keras dari Sandra baru saja. Setengah hati memang menyesali ucapan yang dirinya lontarkan terhadap Sandra tadi.
Sandra menggeleng singkat. Walaupun di benak masih bertumpuk u*****n yang ingin segera diungkapkan sambil menimbang pikiran. Namun bukan kekesalan kepada Luna yang tidak ada hubungannya kali ini.
Kernyitan di dahi Luna semakin dalam melihat kegelisahan Sandra. "Kenapa sih? Ada apa?" Seakan tak puas dengan jawaban sahabatnya.
"Nggak sengaja lihat artikel Selina sama Kanu," sangkal Sandra sambil mengedikkan bahu seolah tidak peduli. Ia kembali memupuk kebohongan yang besar. Sejak awal memang dirinya yang mengulik artikel di forum tersebut.
"Wow." Kini Luna yang mendengus meremehkan.
"Tanggapan lo gimana, Lun?"
Luna berdecak sebal. "Kenapa lo mendadak jadi ngurusin hidup mereka?"
"Cuma tanya, kalau nggak mau kasih tanggapan, nggak masalah juga," kilah Sandra tertawa kering berusaha menyangkal. Padahal sengaja membuka forum diskusi untuk mengetahui reaksi orang-orang mengenai hubungan adiknya dan mantan kekasihnya.
"Terus...yang jadi masalah apa?" Luna malas mengetahui Sandra sama sekali tidak mengingat peringatannya. "Mereka kayaknya benar. Bukan cuma untuk sengaja menarik perhatian aja."
"Belum bisa bayangin kalau gue ketemu mereka," cetus Sandra kali ini jujur memikirkan hal tersebut membuatnya kalut.
Luna menggumam ringan mengerti akan kegelisahan Sandra. Namun jika terus menerus seperti ini semua tidak akan pernah selesai. "Ajak Bayu, lah. Pasang ekspresi paling bahagia di depan mereka. Beres deh."
"Ternyata mereka sudah sedekat itu...." gumam Sandra justru mengubah topik.
"Astaga!" desis Luna gemas, menggeleng tak percaya. "Ternyata daritadi lo mikirin hal itu?" Semakin tidak habis pikir. "Kalau lo bisa bertindak, lo mau apa, San? Kesal? Nggak terima?" Kini Luna tak sengaja menertawakan reaksi Sandra. Terheran dengan isi kepala Sandra. "Sejak kapan lo jadi kolot? Ingat, San, mau mereka satu kamar, satu hotel, semua yang mereka lakukan udah bukan jadi urusan lo lagi."
Tanpa sadar, ucapan Luna berhasil menghentak Sandra di tempat.
"Kekesalan lo sama sekali bukan karena Selina. Lo belum terima Kanu jadi pacar adik lo. Jujur aja deh," desak Luna dengan tak sabar.
Luna memang benar. Sandra tidak rela mengetahui Kanu tengah menjalin asmara dengan Selina. Rasanya tersiksa. Mungkin dirinya tengah menuai balasan dari apa yang Kanu rasakan saat Sandra lebih memilih Bayu kala itu. Sering kali melintas di benaknya seakan menggangu ketika sadar Tuhan sedang menghukumnya.
"Mereka udah sama-sama dewasa, San," ucap Luna tegas.
"Gue nggak suka aja kalau Selina sebebas itu." Sandra membela diri.
"Selina apa Kanu?" balas Luna malas.
Sandra menghela napas lelah. Sepertinya memang sia-sia saat dirinya menyuarakan isi hati.
"Gue bukan nggak percaya, tapi lo kelihatan masih nggak terima kenyataan."
Ucapan Luna membuat Sandra seolah mendapat pukulan telak. Namun ia masih bisa menggeleng tegas, tetap menyangkal.
"Orang lain mungkin percaya sama pembelaan lo barusan. Tapi gue enggak." Luna menatap Sandra iba. "Sekarang gue tanya ... sejak kapan lo peduli dan ngurusin kehidupan adik lo? Jelas-jelas hubungan lo sama dia nggak dekat."
Ini lebih menyesakkan Sandra. Rasa nyeri pun menjalar memenuhi, napasnya seakan lebih berat, yang memang belum bisa menerima kenyataan. Banyak jumlah wanita di luar sana, bahkan melebihi jumlah pria. Namun kenapa bisa Kanu justru memilih Selina. Belum lagi, ucapan Luna yang tak pernah terpikir olehnya, sedikit menyadarkan jika dirinya menyesal telah membahas hal ini. Sekian lama mereka tumbuh bersama, untuk pertama kali, Sandra tak sejalan dan sependapat dengan sahabatnya.
"Lo nggak jawab, berarti gue benar." Luna masih memojokkannya. "Kejadian itu sudah bertahun-tahun. Gue rasa Kanu juga udah lupa sama lo," lanjutnya mencoba untuk menenangkan Sandra.
Sandra menertawakan dirinya. Benar-benar tidak yakin sementara dirinya masih bersama Bayu.
"Sebenarnya kalau dari awal lo udah yakin, kenapa masih mikirin kata orang?" Ucapan Luna tampak berhasil membuat Sandra semakin termenung. "Lo bebas pilih, tapi lo nggak bisa lepas dari konsekuensi."
"Lo bahkan yang cerita panjang lebar waktu itu sama gue. Lo bilang, kalau yakin pilih Bayu. Karena Bayu bisa buat lo bahagia." Luna menepuk bahu Sandra lembut seakan mengingatkan. "Kalau lo mau tahu kenapa gue marah waktu lo tolak Bayu...tiga kali." Bukan bermaksud menyindir.
Andaikan Sandra bisa menunjukan amarahnya, tetapi hal tersebut masih menjadi harapan sampai saat ini. Nyatanya Sandra tak lagi berhak untuk meneriakan rasa marah.
Sandra mengakui bahwa dirinya memang bersalah. Sedangkan yang ditakutkan Kanu tidak akan mungkin bisa melupakan kejadian itu. Karena Sandra telah melukai perasaannya seakan tidak bersisa.
* * *