Menghadapi Semua Sendiri

1160 Words
Di tengah ketegangan yang terjadi, karena Sora dan Alshad masih berada dalam atmosfer salah paham. Sora masih berusaha menjelaskan bahwa ia tidak bermaksud melukai perasaan Alshad. Di mana Sora sendiri bingung kenapa ia bersikap seperti itu. Padahal bisa saja ia cuek. Untuk apa ia peduli dengan perasaan Alshad? Ia biasanya tak pernah peduli, kan? Tapi kenapa sekarang ia jadi begini? Ia bahkan tak mengerti apa yang sedang ia lakukan. Alshad ... ia pun tak tahu kenapa ia begitu sensitif hari ini. Ia melakukan hal di luar kontrol dirinya. Biasanya ia tak pernah tersinggung sejelas apa pun Sora menunjukkan rasa tak suka padanya. Tapi hari ini berbeda, hanya dengan sebuah tindakan dari Sora, ia merasa begitu tersinggung. Merasa begitu sakit hati. Alshad ingin percaya pada apa yang sudah Sora jelaskan. Tapi hatinya menolak untuk mengabaikan rasa sakit begitu saja. Di saat itu, mereka ... anggota kelompok yang lain mulai berdatangan. Dimulai dari Yuniar, Yang tiba-tiba muncul dari balik pintu gerbang, dengan senyuman tanpa dosa. "Kalian kompak amat, sih. Datang duluan." Yuniar benar-benar tak bisa membaca situasi yang sedang terjadi. "Aku tadi denger ada yang gedor pintu kamar. Kamu ya, Sora yang lakuin itu? Nggak mungkin Alshad kan? Berani amat masuk ke dalam area kost. Bisa dipites sama ibu kost kamu nanti. Sorry ya, tadi aku nggak bukain pintu. Bukan karena aku Bolot atau ketiduran. Tapi tadi aku lagi mandi. Pas aku buka pintu, kamu udah nggak ada, Sora." Yuniar benar-benar melakukan apa yang dibrifing oleh Kiki melalui grup chat rahasia mereka Sora hanya diam. Ia merasa malu karena sudah menuduh Yuniar macam-macam sebelumnya. Ia bahkan sudah mengungkapkan apa yang ia curigai di dalam grup chat kelompok KKN mereka. Sudah dibaca oleh banyak orang. Termasuk oleh Alshad yang masih salah paham padanya sampai sekarang. Datang lah Sana kemudian. Ia memarkir motornya di sebelah motor Sora. Wajahnya tampak tertekan, karena ia sebenarnya tidak terlalu setuju dengan rencana Kiki ini. Tapi terpaksa melakukan hal ini, supaya Sora tidak semakin curiga, jika ada grup chat lain kelompok KKN mereka, yang sengaja tidak menyertakan Sora dan Alshad di dalamnya. Dana berjalan dengan terus menunduk. Dan saat sudah dekat, ia memberanikan diri untuk mengangkat kepalanya. Memaksakan sebuah senyuman ceria. Ia berhambur memeluk Sora, untuk mengungkap betapa ia merindukan Sora pasca kegiatan KkN di Selopanggung berakhir. "Sora ... astaga ... aku kangen banget tahu, nggak. Sorry ya aku telat. Habisnya macet banget tadi jalanan dari Gampeng ke sini. Udah berusaha ngebut, tetep aja terlambat. Sorry, ya." Dana berhasil mengarang cerita dengan baik dan lancar. Ia kemudian berganti menyapa Yuniar dan Alshad. "Woy, Sri. Jangan bilang kamu barusan keluar dari kamar. Bisa-bisanya yang punya kost malah terlambat. Alshad ... wuih ... apa kabar kamu, Bro?" Dana menyapa satu per satu temannya. "Aku baru selesai mandi, Dan!" jawab Yuniar yang tidak terma dikatai terlambat padahal dia yang punya kost. Padahal kan memang begitu kenyataannya, ia memang kalah awal dari Alshad dan Sora -- akibat dari rencana percomblangan mereka yang ternyata malah Gatot alias gagal total Sementara Alshad hanya tersenyum tipis menanggapi sapaan Dana. Sora masih terdiam menatap Alshad. Masih berharap Alshad akan percaya dengan apa yang sudah ia jelaskan. Sehingga Sora bisa lega. Karena tidak lagi menyakiti perasaan Alshad. Kemudian datang lah Kiki sang ketua, sekaligus sang biang kerok atas segala hal yang sudah terjadi hari ini Kiki memarkir motornya di paling ujung dekat dinding. Supaya mudah nanti saat keluar, bisa paling cepat keluar dari pintu masuk ke halaman ini. "Woy, udah pada datang nih. Sorry aku nggak on time. Biasa lah, jalanan nggak bisa diprediksi." Kiki langsung berjabat tangan dengan Alshad, Sora, Yuniar, dan Dana yang sudah sampai duluan. Kiki sama sekali tak ada tampang rasa bersalah sama sekali. Ia juga tidak peka membaca situasi yang sedang terjadi. Selanjutnya yang datang adalah trio kutu kupret, yang gagal naik ke Selopanggung lagi untuk minum es tape cor yang mereka rindukan. Siapa lagi mereka kalau bukan Fajar, Albert, dan Safi'i. Seperti biasa, trio kutu kupret itu memang akan selalu berisik, slengean, suka seenaknya sendiri di mana-mana. "Gaes, ayo buruan kerjain laporan. Nanti kalau udah selesai, naik lagi yuk. Kangen es tape cor." "Iya, gaes. Kangen gorengan guede, uenak, yang cuman lima ratus perak juga." "Kangen suasana di gunung yang adem. Yuk, buruan dikerjain, biar cepet selesai juga." Mereka tidak ada rasa bersalah sama sekali. Malah membahas kegiatan lain di luar rencana mereka hari ini. Yang ada di otak mereka hanya bersenang-senang, tidak ada yang lain sama sekali. Terakhir, yang datang adalah Wenda. Maklum karena rumahnya memang berada di lokasi terjauh, yaitu di Nganjuk. Sementara yang lain asli Kediri. Eh, di luar Yuniar dan Albert yang aslinya dari Kalimantan dan Papua. Tapi kan mereka ngekost di Kediri, di area sekitar kampus. Yang jaraknya sangat dekat dengan lokasi yang mereka janjikan untuk mengerjakan laporan ini. Wenda tampak sedikit berantakan karena terlalu banyak menerjang angin. Sama seperti Dana tadi, Wenda tampak dari raut wajahnya, sedang menyimpan rasa bersalah yang mendalam pada Sora. Tapi berusaha ia tutupi demi menghindari kecurigaan. Ia pun bergerak untuk memeluk Sora seerat mungkin, untuk melampiaskan kerinduan, sekaligus rasa bersalah yang mendalam. "Sora ... astaga ... nggak ketemu berapa hari makin cantik aja kamu. Pasti makin bahagia sama ayang tercinta ya." Sayangnya Wenda juga sama sekali tak bisa membaca situasi yang ada. Ia malah membahas Samran. Padahal posisinya, Sora sedang merasa bersalah pada Alshad perkara salah paham. Alshad yang mendengar ucapan Wenda, jadi semakin sakit hati Dan Sora hanya bisa terdiam, meski dalam hati ia juga merasa semakin sulit posisinya. Karena tahu jika Alshad sudah menjadi semakin sakit, dan juga semakin salah paham. Sora tidak ada data untuk mengontrol mulut semua temannya. Sehingga ia hanya pasrah di tempat. Menunggu apa yang akan terjadi setelah ini. "Eh, si Sora tadi marah-marah di grup ya. Ancem kita nggak bakal dapat nilai kalau nggak datang." Albert menyeletuk. "Astaga ... sensi amat sih mbak cantik. Sabar dong, masih otw semua. Nggak ada yang mangkir kok. Kecuali cewek-cewek yang naksir Alshad tapi ngga kesampaian, dan mereka hilang setelah KKN berakhir. Haha." Ditimpali oleh Fajar. "Sora ada-ada aja deh, sekali pun yang ngerjain beneran cuman kamu sama Alshad, tapi tetep aja kamu nggak boleh ancam kami nggak dapat nilai. Emangnya kamu siapa. Kamu kan cuman wakil. Bukan ketua." Albert pun sama. Maksudnya memang bercanda, untuk menghidupkan suasana yang ada. Tapi nyatanya apa yang mereka bicarakan justru membuat posisi Sora semakin sulit. Ar matanya bahkan baru saja menetes. Dan Sora bersyukur karena tidak ada yang menyadari hal itu. Sora menatap Alshad yang masih terdiam. Padahal biasanya cowok itu sangat hobi memperhatikan Sora. Tapi hari ini boro-boro. Ia hanya diam, menunduk, menatap sedikit pun bahkan tidak Sora menarik napas dalam. Memangnya apa yang Sora harapkan? Pembelaan dari Alshad? Bahwa ia menuduh semua temannya bersekongkol, bukan tanpa alasan. Tentu saja Alshad hanya diam. Karena Alshad masih sangat sakit hati padanya. Dan Sora memang harus menanggung semua rasa sakit, malu, canggung, campur aduk .... Ia harus menghadapi semua itu sendiri di tengah ucapan demi uacapan sembarangan yang dilakukan oleh teman-temannya sekarang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD