Prolog

259 Words
"Kya!!!!" Teriakan Aurora menggelegar ke seluruh rumah. Ia menunduk tak percaya dengan apa yang dia lihat sekarang. Tangan gempalnya membekap mulutnya. "Kenapa De?" Pekik Rahma, Ibunda Aurora yang datang masih menggunakan apron dengan tangan kanan memegang penggorengan menandakan ia masih masak saat mendengar teriakan putri bungsunya itu. Wajahnya terlihat khawatir menatap putrinya yang terlihat pucat pasi. "Bunda ... Hiks... Hiks ... Hiks..." Rengek Aurora menatap bundanya dengan tatapan yang patut dikasihani. "Kamu kenapa? Sakit? Luka? Ranjang kamu roboh? Kenapa?!" jerit Rahma panik saat melihat Aurora kembali menatap benda yang ada di bawahnya tanpa tenaga. Aurora masih menatap nanar benda kecil berskala yang ia naiki sama sekali tidak merespon ucapan Bundanya yang terlihat panik. "AURORA!! KAMU KENAPA?" teriak Rahma membuatnya tersadar Teriakan Bunda menghantarkan Aurora kembali ke alam sadarnya. Sontak kakinya lemas. Aurora terduduk lemas sambil menangis sesegukkan. " Bunda.... Berat badan Ora naik lagi bunda.. hiks.. hiks..."  Rahma menghembuskan napasnya kesal. Raut muka panik yang ia perlihatkan tadi berubah menjadi geli melihat tingkah anak bungsunya yang terlihat begitu histeris hanya karena berat badan. "Ye elah, Ra Bunda kira apaan? " ucap Rahma geli. Ia menatap timbangan yang sedang Aurora naiki, matanya terlihat serius menatap benda paling menakutkan untuk anak bungsunya itu. "Ya elah, Ra. Baru naik satu kilo aja kamu paniknya udah seperti itu" ucap Rahma santai membuat Aurora menatap bundanya kesal. "Hanya 1 kilo?" batin Aurora geram. Mungkin untuk wanita lain itu biasa, namun 1 kilo itu bagi menakutkan untuknya. Satu kilo tambahan yang membuat berat badannya menjadi separuh dari berat badan gadis kebanyakan. Membuatnya terlihat kembali menjadi ban berjalan. "INI BENCANA!!!" teriaknya frustrasi mengacak rambut panjangnya geram.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD