Dareen membawa Zanna pergi jauh, ke suatu tempat dimana hanya akan ada mereka berdua tiada yang lain. Jauh dari keluarga besar nya, jauh dari perusahaan atau pun sahabat-sahabat Zanna. Ia tidak ingin di ganggu saat moment-moment berdua nya bersama wanita pujaan yang selalu menghantui fikiranya beberapa bulan ini.
Dareen benar-benar tidak ingin melepaskan wanita itu walau sedetik pun. Katakanlah jika Dareen sangat terobsesi pada Zanna semenjak wanita itu pergi dari kehidupannya.
Sebuah mobil mewah melaju dengan cepatnya, menyusuri jalan di perbatasan kota. membelah jalanan melewati hutan belantara begitu jauh dari hiruk pikuk keramaian kota.
Perjalanan itu memakan waktu hampir enam jam lamanya, hingga mobil mewah itu terhenti tepat di tengah hutan dengan pepohonan besar di sekelilingnya.
Tak jauh dari tempat Dareen menghentikan mobilnya, terlihat sebuah villa begitu megah bahkan melebihi kemewahan Mansion keluarga nya. Gedung itu begitu menjulang tinggi dengan polesan tembok berwarna putih tulang.
Bahkan bisa di bilang ada ratusan pengawal berbaju hitam serta puluhan maid sudah berdiri , berjajar rapi siap menyambut Tuan mudanya. Yang tak lain adalah Dareen. Siapa sebenarnya pria ini? Terlalu banyak teka-teki yang Dareen sembunyikan.
Dareen sengaja membangun Villa mewah di tengah hutan itu untuk kebutuhan pribadi nya.
Hanya orang paling beruntung yang bisa di ajak pemuda itu untuk singgah di villa tersebut. Tapi tidak untuk Zanna, menurutnya itu hanya sebuah bencana.
Bahkan keluarga nya pun tidak tahu menahu tentang adanya villa yang diam-diam di bangun Dareen tersebut.
Zanna mengerjapkan kedua matanya pelan, sedikit menutup matanya dengan punggung telapak tangannya karena merasa silau dengan cahaya yang tiba-tiba masuk kedalam inderanya.
Zanna berusaha mengingat semua kejadian yang baru saja menimpanya, ia begitu asing dengan tempat ini. Ruangan bercat putih cerah itu membuat nya bertanya-tanya, sebenarnya dimana dia sekarang?.
"Aku di mana?," gumamnya, sambil memandang mengitari ruangan asing tersebut. Hingga suara deritan pintu mengalihkan perhatian nya.
KREEEEKK ...
Suara pintu terbuka, membuat Zanna terperangah kaget. Kedua bola matanya membulat syok, melihat sosok yang begitu ia takuti berada di hadapannya.
"Kau sudah bangun sayang? bagaimana tidur mu, apa nyenyak sekali?," tanya nya seraya menyunggingkan senyumnya dengan tatapan mata penuh hasrat yang terpendam.
Dareen mendekati ranjang dimana Zanna terduduk, merangkak menaiki ranjang king size itu, zanny berlahan meringsut mundur dengan mencengkeram selimut tebal yang menutupi setengah badannya.
"Jangan... jangan berani-berani mendekati ku, menjauh dariku," bentak wanita itu sambil mengacungkan jari telunjuk nya ke arah wajah pria tersebut.
"Aku kekasihmu sayang...dan kau kekasihku," ucap Dareen dengan suara rendahnya sambil mengelus pipi Zanna, begitu terlihat memuja. Zanna sudah terisak ketakutan dan menepis kasar tangan pria itu.
PLAKKK ....
Zanna mendarat kan tamparan nya di rahang tegas pemuda itu, tentu nya tamparan itu tidak lah main-main.
"Kau berani menamparku eoh?," remeh Dareen dengan seringaian tajam tergambar jelas di bibir sexynya.
"Jangan menyentuh ku b******n, ... aku muak dengan sentuhan menjijikan mu itu," bentak Zanna frustasi.
Dareen sudah hilang kesabaran, kedua matanya sudah terasa panas, kobaran api kemarahan sudah menguasai hati nya. Ia menggertakan gigi-giginya, hingga terdengar bunyi gemeletuk. Ia hanya ingin melampiaskan kemarahannya pada wanita di hadapannya saat ini juga.
"Aku mencintaimu ... dengar ...aku mencintaimu..! dasar jalang kurang ajar .. tidak tau di untung. Harus nya kau bangga karena di cintai pria kaya raya seperti diriku, aku bisa memberikan uang sebanyak yang kau mau," teriak Dareen sambil mencengkram dagu Zanna begitu kerasnya. Pria ini bak menjelma menjadi sesosok iblis.
Zanna begitu kesakitan, karena Dareen tidak mau melepaskan cengkraman nya. Tanpa menghiraukan tangisan kesakitan yang di rasakan Zanna. Sakit hati ketika Dareen mengatainya kembali dengan sebutan jalang begitu mendominasi dengan siksaan yang Dareen berikan saat ini.
"Sudah ku bilang...aku bukan jalang, perlu ku ingat kan pada mu...,aku tak butuh uangmu. Iblis seperti dirimu tidak pantas berbicara soal cinta, Reen," ucap Zanna penuh penekanan.
"Sudah berani menceramahi ku rupanya," cerca pria tersebut.
Zanna menggigit bibir bawahnya, menahan rasa sakit hati yang begitu mendalam yang tengah ia rasakan. Namun rasa sakit itu bukanya menghilang tapi malah semakin menjadi, begitu perih bak di sayat sebilah belati tajam.
"Buka bajumu," perintah nya begitu dingin.
"Ti ... tidak, tolong jangan lakukan itu," Zanna meringsut mundur sambil mencengkram baju di bagian d**a nya erat.
"AKU BILANG BUKA," Dareen semakin meninggikan suaranya.
"Aku tidak mau," Zanna menggelengkan kepalanya brutal.
Dareen berseringai ia merangkak dan menduduki paha wanita itu, tanpa berkata apapun Dareen langsung merobek paksa pakaian wanita tersebut.
Zanna tercekat, ia menahan nafasnya yang tersengal-sengal. jangan bilang jika dareey akan melakukan hal seperti yang terjadi beberapa bulan yang lalu, sungguh Zanna sangat ketakutan.
"Tolong, jangan lakukan itu lagi Dareen, aku mohon ampuni aku," teriak Zanna di iringi tangisan yang terdengar menggema di penjuru ruangan itu.
Dareen tak peduli dengan raungan kesakitan wanita itu, ia tetap melanjutkan aksinya. Hingga kini keadaan Zanna yang sudah terbilang begitu memalukan tanpa sehelai benang pun yang menutupi tubuh mulus nya.
Dareen tersenyum bangga melihat kemolekan tubuh zanny, namun tangisan memilukan wanita itu membuat nya sangat kesal. Dia hanya ingin wanita itu mendesahkan nama nya bukan malah menangis, yang hanya akan membuat telinga Dareen rasanya ingin pecah. Dareen merasa geram terhadap Zanna, dia tidak suka melihat wanita itu menangis. Dia hanya ingin wanita itu bisa menerima dirinya, menerima sentuhan nya.
Dengan mata berapi-api, Dareen mencengkeram kasar kedua pundak Zanna.
"Mendessahlah untuk ku Zanna .... kau milikku, hanya milikku!" bentak nya, yang mana membuat wanita itu semakin katakutan.
Dareen .... kenapa kau menjadi tidak waras begini. Gumam Zanna dalam diam.
Zanna hanya memekik kesakitan, sungguh rasa nya sangat lah perih, cengkraman tangan kokoh itu tidak lah main-main. Bahkan bekas kuku yang tertancap di pundak wanita itu begitu ketara jelas. Dareen semakin marah karena Zanna tidak mau menuruti kemauan nya.
plakkkk ....
plakkkk.....
Dareen reflek menampar pipi kanan dan kiri wanita itu, setelah nya ia melihat tangan nya sendiri yang terlihat gemetar karena tak sengaja menampar wanita yang di cintai nya.
"Sayang.... maafkan aku hm, maafkan aku," dengan bibir bergetar Dareen berucap, seraya mengelus pipi merah wanita itu.
"Kau gila Reen .... kau sakit," lirih Zanna, rasanya ia tak sanggup lagi untuk berbicara.
"Sayang.... jangan seperti ini hm... jadilah milikku, jangan menolakku ku sayang....aku mencintaimu... sangat mencintai mu," Dareen terisak dan kemudian terkikik mengerikan, raut wajah nya benar-benar menunjukkan bahwa dia seorang psico.
"Jadi tolong menddesahlah untuk ku, maka aku tidak perlu menyiksamu lagi sayang...," bisiknya kemudian begitu sensual.
Zanna hanya menggeleng brutal, ia tak suka dengan sikap Dareen, karena terlalu mencintai seorang wanita hingga menyebabkan tumbuhnya obsesi yang menggila di dalam dirinya.
Bagaimana bisa wanita itu mendesah jika hanya kesakitan yang ia rasakan saat ini.
Zanna semakin terisak bahkan nafas nya sudah terasa begitu sesak. Dareen semakin tak suka melihat nya, seakan hatinya ikut merasakan kesakitan yang sama saat wanita itu terlihat begitu menyedihkan. Ia hanya ingin Zanna yang seperti dulu, Zanna yang selalu tersenyum, dan merawat nya dengan tulus, tidak seperti ini. Katakanlah Dareen sangat egois, namun memang begitu kenyataannya. Entahlah Dareen bingung dengan perasaannya antara cinta dan benci bercampur menjadi satu, hingga menumbuhkan obsesi yang menggila karena tidak bisa menerima kenyataan.
"Baiklah... jadi kau tidak mau mendessah untuk ku? jangan salah kan aku jika aku terpaksa membuat mu mendessah kan nama ku semalaman sayang..." seringaian tajam terukir di bibirnya.
Dareen menuruni ranjang nya dan menuju ke sebuah almari, membuka nya dan mengambil sesuatu dari kotak lacinya.
Dareen mengambil setablet obat entah obat apa itu, yang jelas tertuliskan aprodisiac di bungkus obat itu. Dareen membuka nya satu dan mengambil isinya, lalu mendekati tubuh Zanna.
"Buka mulutmu," perintah nya.
"Tidak mau....brengsek, " bentak wanita itu.
"Oh... ternyata kau lebih suka paksaan eoh," Dengan kasar Dareen mencengkeram dagu wanita itu, dan memasukan sebutir obat tadi ke dalam mulut Zanna, Zanna hanya bisa menggeleng serta menutup mulutnya rapat-rapat. Dareen tak tinggal diam ia mencium Zanna secara kasar dan memasukan obat tadi ke dalam mulut wanita itu, hingga Zanna terpaksa menelan obat nya , membuat nya nyaris tersedak.
Dareen berseringai dan duduk bersedekap d**a di samping Zanna. Begitu terlihat angkuh.
Zanna sedikit heran dengan tingkah Dareen.
Mengapa pria itu diam dan melihat ku seperti itu, sebenarnya obat apa yang ia berikan kepada ku?.
"Kita lihat saja sayang... siapa yang nanti nya akan memohon untuk ku sentuh," ucap Dareen terkekeh nista.
Zanna semakin bingung dengan ucapan Dareen barusan, hingga tiba-tiba ia merasakan ada yang aneh pada dirinya. Mendadak tubuhnya terasa memanas, peluh sudah membanjiri seluruh tubuhnya, nafasnya pun mulai terasa berat.