Dareen hanya terdiam, sembari sesenggukan. Leo akhirnya bisa bernafas lega, melupakan sejenak kebencian nya terhadap sahabat tersayang nya ini. Ia bahagia karena pada akhirnya Dareen bisa berfikir dewasa, inilah yang ia harapkan dari pemuda itu selama ini.
Leo berdiri, menepuk pelan punggung pemuda itu, sembari berucap.
"Perjuangkan cinta mu, Reen Dapatkan hati nya kembali, ingat ... sebentar lagi kau akan menjadi seorang ayah." Leo tersenyum simpul dan di balas senyuman manis oleh Dareen.
"Leo, maafkan aku," Dareen kembali menangis dan memeluk erat tubuh sang sahabat.
"Sudah, jangan menangis lagi, apa kau tidak malu, hah? Jika Zanna bangun dan melihat mu menangis seperti ini?" kekeh Leo, berusaha menggoda temannya agar tidak bersedih lagi.
Setelah berucap manis, pemuda itu terdiam di pojok samping pintu, berperang melawan pemikiran nya. Di sisi lain ia harus menjalankan tugas, di sisi lainnya ia tak tega jika harus memisahkan Zanna dan Dareen.
Apa yang harus aku lakukan? Aku harus bagaimana? Maafkan aku Reen harus memisahkan kalian untuk sementara. Semoga suatu hari nanti kalian bisa bersatu kembali.
Setelah Dareen sudah kembali tenang, dan hari sudah hampir berganti petang. Akhirnya Leo dan tuan Bramasta memutuskan untuk kembali pulang. Sekedar membersihkan diri mereka dan kembali kerumah sakit esok hari bersama nyonya Bramasta.
Sedang dareey, ia tidak mau beranjak pergi meninggalkan Zanna, karena wanita itu belum juga sadarkan diri.
Pagi ini Dareen masih saja terjaga, walau lingkaran hitam menghiasi area matanya. Ia tidak mau meninggalkan wanita yang masih setia menutup kedua matanya itu.
Dareen terdiam memandangi wajah pucat Zanna, ia sangat tidak sabar menunggu seseorang yang ia cintai segera terbangun dari lelapnya.
Ingin sekali rasanya dareey segera mengatakan permintaan maafnya kepada Zanna, walau pun jika nanti ia harus berlutut, pasti akan ia lakukan asalkan Zanna mau memaafkan nya.
Berlahan tangan kekar Dareen mengusap lembut perut Zanna yang masih terlihat rata namun sedikit mengeras, ia merasakan ada denyutan kecil di dalamnya, mungkin itu detak jantung si kembar, fikirnya. Senyuman tulus terukir di bibir pemuda itu.
Hingga orang kantor tiba-tiba datang dengan raut wajah gelisah menghampiri nya, sukses membuat Dareen terkejut di buatnya.
"Pak Dareen, bantu saya sekali ini saja, kita harus ke kantor sekarang juga. Ada jadwal meeting mendadak hari ini dan itu sangat penting bagi perusahaan kita," tutur sosok kepercayaan Dareen.
"Kenapa, apa tidak bisa ditunda? Dimana Leo?" tanya Dareen heran.
"Dia kembali ke Jepang hari ini, dia sudah meminta ijin pada ku kemarin. Dia bilang orang tua nya sedang sakit keras, jadi terpaksa tuan Bramasta mengijinkan nya," jelas sosok tersebut.
"Tapi ini terlalu mendadak, Ck ... dan kau bisa lihat istriku juga belum membuka matanya," keluh Dareen.
"Tapi ini sangat penting Pak ... jika Anda tidak membantuku maka perusahaan Bramasta akan mengalami kerugian besar," bujuk sosok tersebut, berharap Dareen membantu nya.
"Tapi bagaimana dengan Zanna?" bingung Dareen.
"Bagaimana kalau Anda menyuruh salah satu pengawal Anda untuk menjaga Zanna di sini?" usulnya kemudian.
"Usul yang bagus, tidak buruk juga menyuruh pengawal," gumam Dareen.
Hingga pada akhirnya Dareen menyetujui permintaan orang kantornya, dengan berat hati ia harus meninggalkan wanita pujaannya seorang diri. Bahkan belum sempat membuka kedua matanya.
"Sayang ... aku pergi dulu ya, hanya sebentar aku janji akan segera kembali, baik-baik di sini sayang. Dan cepat lah sadar," ucap Dareen sembari mengecup sayang kening wanita itu, dan kemudian pergi bersama pria tadi menuju ke kantor nya.
Zanna terbangun dari tidur panjangnya, berlahan kedua kelopak mata itu terbuka. Menelisik ke sekeliling ruangan berwarna putih yang begitu dominan. Terasa begitu asing baginya, bau obat-obatan serasa menusuk di indra penciuman nya. Hingga ia mulai sadar bahwa dirinya sekarang tengah berada di rumah sakit.
Namun ia merasa aneh, kenapa dia sendirian? Siapa yang membawanya ke sini? kenapa tidak ada satu pun orang yang mau menemani nya? Pertanyaan yang terakhir di fikiranya membuat nya terkekeh miris.
Kenapa aku berharap ada seseorang yang menemaniku, astaga ... siapa aku mengharapkan hal seperti itu, ingatlah tidak ada yang menginginkan mu Zanna.
Zanna berusaha mendudukkan dirinya, ia kembali mengingat perlakuan Dareen kemarin kepada nya, ia takut dan tidak pernah menyangka bahwa pemuda itu tega ingin melenyapkan diri nya.
Zanna mengelus perutnya lembut, ia tersenyum setidaknya masih ada kehidupan di dalam sana yang membuat nya semangat untuk bertahan hidup. Tiba-tiba terlintas di benak nya, bukankah ini waktu yang tepat untuk melarikan diri dari iblis Dareen? Ya! Zanna tidak akan menyia-nyiakan kesempatan berharga ini.
Namun ia bingung harus lewat mana, pasalnya ia melihat satu sosok lelaki bertubuh besar berdiri tegap di luar pintu kaca, dan Zanna yakin bahwa dia merupakan salah satu pengawal Dareen, yang di suruh untuk menjaga nya. Ia kembali termenung memikirkan bagaimana caranya agar bisa terbebas.
.
.
Di sisi lain, Lisa beserta Leo sedang menyusun rencana untuk membawa pergi Zanna dan juga Zenni ke negara asalnya, Jepang.
Bagaimana bisa? Dimana Zenni selama ini? Yah, gadis itu sengaja Leo titipkan pada seseorang. Dia tahu jika hubungan Zanna dan Zenni tidaklah baik-baik saja. Mereka berselisih paham entah karena apa dan akhirnya berpisah. Dan tentunya selama ini Leo dan Lisa selalu mengawasi mereka berdua. Dan Leo juga tahu jika Zenni pernah menjadi kekasih Dareen. Tentunya pria itu tidak tahu karena wajah Zanna dan Zenni yang tidak kembar identik. Dan perkara hidup mereka juga sudah diatur oleh Leo dan Lisa.
Tapi minus kedekatan Zanna dan juga Zenni dengan keluarga Bramasta. Leo sama sekali tak merencanakan itu, sejak ia mengetahui kedekatan Zanna dengan Dareen, Leo dengan segala otak cerdasnya segera mendekati ayah pria tersebut dan berhasil, akhirnya dia di angkat sebagai sekretaris putranya. Sekaligus bisa mengawasi Zenni dari jarak dekat, di tambah dengan mempermudah dirinya mencari kelemahan keluarga Bramasta, ternyata pribahasa sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui itu memang benar adanya.
Sedang Lisa, dia mencari tau siapa teman terdekat Zanna, dia sengaja berteman dengan sahabat Zanna semata-mata agar bisa mendekati wanita tersebut dan mencari tau tentang kehidupan wanita itu, hingga pada akhirnya ia mendengar bahwa Zanna tengah dekat dengan kekasihnya. Alhasil Lisa ingin mengenal Zanna lewat Leo sebagai istri pura-pura pria tersebut.
Niat Lisa dan juga Leo ke negara ini sebenarnya untuk mencari sisi lemah keluarga Bramasta, namun di luar dugaan dia malah harus mengurus dua wanita kembar tak lain anak dari atasannya. Yang lebih mencengangkan lagi mereka harus di hadapkan dengan kisah rumit kedua wanita itu dengan keluarga musuh atasannya.
Lisa dan juga Leo harus di buat pusing, di tambah lagi anak dari atasannya harus mengandung keturunan dari anak musuh bebuyutan nya.
Bagaimana ini? Apakah bisa kedua keluarga yang saling bermusuhan harus merubah hubungan dari musuh menjadi besan?
Leo begitu frustasi dua keluarga yang bermusuhan namun dia yang pusing memikirkannya. Oh, Tuhan, jika boleh memilih dia lebih memilih jadi orang awam biasa dan menikah sungguhan dengan Lisa, memiliki keluarga kecil yang bahagia bersama anak-anak mereka. Namun sekarang dia harus mengurus pekerjaan yang begitu menguras otak ini, bagaimana bisa menikah jika pekerjaan nya saja tidak ada ujung titik terangnya, bisa-bisa dia jadi bujang lapuk, atau bahkan mati perjaka sebelum menikah. Leo bergidik ngeri memikirkan hal itu.
Ternyata rencana yang mereka susun tak bisa berjalan lancar sesuai perkiraannya. Kenapa kedua wanita kembar itu harus berhubungan dengan keluarga Bramasta? Tuhan begitu kejam menggariskan takdir yang begitu rumit untuk mereka.
Ah! Leo pusing memikirkan masalah itu semua. Yang terpenting sekarang misinya membawa kedua wanita itu kembali kepada orang tua nya di Jepang, masalah hubungan mereka, biar keluarga besar Takkeru nanti yang memutuskan. Ia ingin istirahat sejenak, atau mungkin tidak sama sekali.
Leo sudah menyuruh sahabatnya yang tak lain adalah pengusaha kaya yang ia beri amanat untuk menjaga Zenni itu, untuk mengantarkan Zenni ke Bandara Internasional. Karena Lisa sudah menunggu di sana. Setelah Dareen berhasil membawa Zanna, dia juga akan langsung menuju ke bandara tersebut dan selanjutnya akan langsung terbang ke Tokyo Jepang.
.
.
Zanna melepas semua peralatan rumah sakit yang menempel di tubuhnya, ia mencoba berdiri walau kepalanya sangat terasa pening, hingga kedatangan seseorang berhasil mengejutkan nya. Seorang pemuda masuk ke ruangan itu, dengan memakai topi beserta masker hitam yang menutupi area mulut dan hidungnya.
Sungguh ia ketakutan, siapa lagi orang ini? Mau apa dia? Begitu fikir Zanna.
"Si-siapa kau?! Tolong ...-- mmppp," baru saja Zanna berteriak pemuda itu langsung membekap mulutnya.
"Ssstttt ... jangan berteriak, tenanglah ini aku," Leo membuka masker hitam yang menutupi area wajahnya.
Zanna mengernyitkan keningnya, ia bingung beribu pertanyaan terngiang di dalam otaknya. Kenapa Leo ada di sini? Kenapa pemuda itu berpakaian aneh? Bukankah pemuda ini sekretaris Dareen? Masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang ingin ia tanyakan kepada pemuda di hadapannya ini.