Getih Anget #2

1407 Words
Faqih memejamkan matanya, lalu dia membaca mantra yang diajarkan oleh Ratu pantai selatan, saat dia membuka mata betapa terkejutnya Faqih, ternyata di dalam tubuh gadis itu dia melihat ada seorang nenek-nenek dengan wajah yang sangat menyeramkan. Kalau Faqih lihat dan perhatikan maka ukuran tubuh nenek - nenek itu sama dengan ukuran tubuh gadis tersebut. Kemudian Faqih menutupkan matanya kembali, dan saat dibuka dia melihat ada satu sosok lelaki tampan yang memakai pakaian prajurit berwarna hijau dan di tangannya pada sebuah tombak yang berukirkan sisik ikan. "Hamba siap membantu, Tuan, apa yang Tuan inginkan dari hamba?" tanya sosok tampan berpakaian prajurit itu. "Ceritakan kepadaku apa yang sebenarnya terjadi dengan gadis ini," kata Faqih. Saat Faqih berkata kepada pria tampan yang memakai pakaian prajurit tersebut, baik Pak Bandi maupun istrinya seperti heran karena mereka tidak melihat siapa - siapa di samping Faqih, namun kalau diperhatikan dari cara bicaranya, seakan-akan Faqih sedang berbicara dengan seseorang yang tak kasat mata. "Gadis ini memiliki apa yang orang jawa bilang Getih Anget," jawab prajurit itu. "Getih Anget?!" Faqih mengulangi kata-kata prajurit berbaju hijau itu. "Benar, Tuan, Getih Anget adalah dimana seseorang memiliki bentuk fisik dan ukuran tubuh yang sama dengan fisik dari makhluk jin, lalu saat seseorang yang mendapat julukan Getih Anget itu dalam posisi melamun, dengan mudah dia dapat disusupi oleh makhluk jin tersebut, dan kalau sudah disusupi maka akan sulit sekali untuk dikeluarkan, berbeda dengan kesurupan atau ketempelan yang mudah untuk dilepaskan." "Jadi maksudmu Jin nenek-nenek ini sudah menempel dalam tubuh gadis itu selama berbulan - bulan?" "Betul, Tuan. Berbulan-bulan sudah Jin itu menempel di dalam tubuh gadis tersebut dan dia tidak akan mau keluar lagi. Karena sudah merasa bahwa tubuh gadis tersebut sangat cocok untuk ditinggalinya." "Kurang ajar betul Jin itu, bisa - bisanya dia memilih tubuh manusia untuk ditinggali. Apa tidak ada tempat lain yang bisa dia tempati selain tubuh manusia?" Faqih bertanya keheranan. "Sebenarnya bisa saja, tuan, Jin itu tinggal di tempat mana pun, akan tetapi berbeda dengan jika dia berhasil menempati tubuh manusia yang memang secara fisik cocok dengan tubuhnya." "Di mana letak perbedaannya?" "Tentu saja dengan menempati tubuh orang yang cocok dengan tubuhnya, dia memiliki keleluasaan untuk bisa eksis di alam manusia, walau pun dia tidak bisa mewujudkan dirinya dan hanya menumpang di tubuh gadis tersebut." "Apakah ada efek buruk yang bisa ditimbulkan oleh Jin berwujud nenek-nenek itu jika terus - menerus menetap dalam tubuh gadis itu?" "Tentu saja ada, Tuan. Selain gadis itu sudah tidak lagi memiliki kuasa atas dirinya, tubuhnya juga semakin hari akan semakin kurus, akan sakit - sakitan, dan yang paling buruk adalah berujung kematian." "Lantas bagaimana agar nenek itu bisa keluar darii tubuh gadis tersebut." "Biarkan saya masuk ke dalam tubuhnya juga, Tuan. Nanti saya yang akan bertarung di sana. Tuan hanya cukup mengikat gadis itu di mana saja agar dia tidak berbuat yang bisa mencelakakan dirinya sendiri." Sosok prajurit itu menawarkan diri melawan jin nenek tersebut. "Baiklah kalau begitu, akan kupenuhi permintaanmu," kata Faqih. Setelah Faqih mengatakan hal itu kepada prajurit yang berbaju hijau tersebut, muncul dari pintu Rosyid membawa beberapa gelas berisi kopi dan teh yang lalu diletakkan di atas meja. "Mas Rosyid, saya bisa minta tolong?" tanya Faqih. "Tolong apa, Faqih?" "Saya minta Mas bantu mengikat gadis itu di pohon sebelah sana." Baru saja Faqih berkata-kata kepada Rosyid, gadis itu langsung tertawa cekikikan dengan tawa yang menyeramkan, "Kau pikir semudah itu untuk mengusirku dari tubuh ini, heh bocah bau kencur!" Faqih kemudian menatap tajam gadis itu, yang sebenarnya adalah nenek itu yang dia tatap. Tiba-tiba gadis itu seperti kaku akibat tatapan Faqih barusan. "Bocah ingusan k*****t! Lepaskan ikatan gaibmu ini! Kita mengadu jiwa saja! Jangan kau pikir aku takut kepadamu!" "Pak Bandi dan Bu Bandi. Mohon maaf, saya akan membantu untuk mengusir makhluk yang saat ini sedang menguasai tubuh keponakan Bapak dan Ibu, saya mohon untuk ikhlasnya agar saya dan teman saya Rosyid untuk mengikat keponakan Bapak di pohon sana." "Apakah harus demikian caranya, Mas Faqih?" Pak Bandi merasa ragu dengan kata-kata Faqih, apakah cara itu akan mampu mengusir makhluk yang kini menguasai tubuh keponakannya? "Saya tidak ada pilihan lagi, Pak Bandi dan Bu Bandi, hanya ada cara ininyang bisa saya lakukan." Maka mereka kemudian membopong tubuh gadis itu yang sudah menjadi kaku namun masih bisa meronta - ronta bagian kakinya. Sementara Rosyid masuk ke dalam untuk mencari tali yang akan digunakan untuk mengikatnya di pohon. Tak lama Rosyid pun kembali dengan membawa sebuah tali tambang yang ukurannya cukup kecil tapi lumayan panjang. "Pak Bandi, tolong bantu pegangi keponakan Bapak ini, biar kawan saya yang akan mengikat keponakan Bapak dan Ibu menggunakan tambang itu." Faqih berteriak memberi perintah. "Bocah ingusan!! Ayo lepaskan tubuhku dari ikatanmu ini, kita mengadu jiwa saja!!" Tetapi ucapan yang keluar dari mulut gadis itu tidak dipedulikan oleh Faqih, Faqih menatap Rosyid yang saat itu sedang mengikat kuat-kuat tubuh gadis itu ke pohon. Setelah gadis itu kuat terikat di pohon, kemudian Faqih menatap sosok pemuda tampan yang berpakaian prajurit berwarna hijau yang tetap berada disampingnya sejak tadi. "Nah, sekarang dia sudah terikat dan tidak bisa melakukan perlawanan seperti yang kau minta tadi, lakukanlah apa yang memang harus kamu lakukan untuk bisa mengusir jin nenek itu dari tubuh gadis ini." Selesai Faqih mengatakan hal itu segera lelaki tampan dan memakai pakaian serba hijau itu melompat menubrukkan dirinya ke tubuh gadis yang terikat kuat di pohon. Seketika sosok lelaki prajurit itu hilang dalam pandangan mata Faqih. Maka terdengarlah teriakan - teriakan dari gadis itu seperti teriakan seorang nenek-nenek yang kesakitan karena sedang dipukuli. "Mari kita menunggu saja di bangku teras, tidak butuh waktu lama masalah penyakit yang diderita keponakan Bapak dan Ibu akan sudah bisa sembuh seperti sedia kala," kata Faqih menenangkan. Sekalipun mereka berdua tampak kasihan melihat sosok keponakannya yang saat itu meronta - ronta sambil membenturkan kepalanya ke pohon, tubuh yang terikat di pohon itu tak bisa berbuat banyak. Semakin lama teriakan gadis itu semakin kuat, makin keras, semakin membuat miris hati siapa pun yang mendengarnya. Tetapi wajah Faqih tetap datar saja, tak ada ekspresi kasihan yang tergores di sana, sementara itu Rosyid hanya memandang kagum kepada orang yang sudah dianggap seperti saudaranya sendiri itu, dia tidak menyangka faqih selain terbebas dari makhluk yang selama ini menguasai tubuhnya ternyata dia malah mendapatkan ilmu yang belum tentu dimiliki oleh orang lain. Hingga pada satu waktu gadis itu diam, endah tertidur atau pingsan. Sementara Faqih masih menunggu, karena dia belum melihat tanda-tanda keluarnya nenek-nenek itu dari tubuh gadis tersebut, juga keluarnya sosok prajurit yang tadi masuk ke dalam tubuh gadis itu. Akhirnya dalam pandangan gaibnya Faqih melihat asap hitam yang meluncur keluar dari ubun-ubun sang gadis, dan secara perlahan sosok prajurit yang tadi masuk ke dalam tubuh gadis itu juga keluar. "Tuan, saya sudah melaksanakan tugad saya, nenek itu sekarang sudah mati dan gadis ini akan sembuh kembali dalam beberapa minggu. Usahakan agar dia tidak dalam keadaan pikiran kosong lagi, karena hal itu bisa memicu kembali sosok - sosok gaib lain yang memiliki kecocokan bentuk tubuh dengan dirinya untuk masuk dan menguasai kembali tubuhnya." "Terimakasih, sahabat, atas bantuannya. Aku titip salamku kepada Ratu." Setelah memberi hormat kepada Faqih, lelaki tampan dengan memakai baju prajurit berwarna serba hijau itu perlahan menghilang dari pandangan mata Faqih. "Nah, Bapak dan Ibu, sekarang bisa melepaskan keponakan Bapak dari ikatan di pohon itu. Jin yang menguasai tubuhnya sudah mati dan tidak akan kembali lagi. Tetapi jaga keponakan Bapak agar tidak banyak melamun. Agar tidak terjadi lagi hal seperti ini." Mereka berdua kemudian melepaskan tubuh gadis itu yang sudah lunglai dan pingsan. Kemudian mereka memasukkan tubuh gadis itu ke dalam mobil. Pak Bandi mengeluarkan sebuah amplop tebal dari saku bajunya kemudian diulurkan untuk diserahkan kepada Faqih, tetapi dia terkejut ketika Faqih menolak pemberiannya. "Terimalah ini, Mas Faqih. Sebagai tanda terima kasih dari kami atas bantuan Mas Faqih, apa yang kami berikan ini tetaplah tidak sebanding sebenarnya dengan pertolongan yang sudah Mas Faqih berikan bahi keluarga saya." "Sudahlah, Pak. Simpan saja uangnya, atau pergunakan untuk membeli makanan - makanan yang bergizi dan vitamin untuk keponakan Bapak itu, karena dia setidaknya butuh waktu sekitar dua atau tiga minggu untuk bisa kembali sehat seperti sedia kala dan tubuhnya juga agar kembali seperti dulu lagi." Pak Bandi pun menyerah, bagaimana oun Faqih tetap menolak pemberiannya. Dia memasukkan kembali uang dalam amplop yang awalnya ingin dia berikan kepada Faqih ke sakunya kembali. Setelah berpamitan kepada Faqih dan Rosyid, Pak Bandi dan Bu Bandi masuk ke dalam mobilnya, dan mobil pun perlahan berjalan semakin jauh meninggalkan rumah Rosyid. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD