Sang Ratu

1974 Words
Tubuh Faqih akhirnya diangkat ke atas kapal oleh Fendy dengan dibantu Kyai Rahman dan Bapak pemilik kapal, kemudian tubuh Faqih diletakkan di bagian depan kapal, Fendy memberikan pertolongan kepada Faqih yang saat itu masih seperti pingsan dengan menekan bagian dadanya sehingga keluarlah air laut dari dalam mulut Faqih. Fendy kemudian menyalurkan energi tenaga dalam ke tubuh Faqih, dan dalam hitungan detik dia mulai bergerak-gerak kembali dan Faqih akhirnya membuka kedua matanya. Fendy membuka tas ranselnya kemudian mengeluarkan selembar baju dan celana kering yang langsung diberikan kepada Faqih, "Bawalah pakaian ini ke dalam lalu ganti lah, pakaian yang kamu kenakan sudah sangat basah." Faqih kemudian menerima baju dan celana yang diberikan oleh Fendy, bergegas dia berjalan menuju bagian tengah kapal lalu membuka pintunya. Masuk dalam sana, dia membuka semua pakaian dan menggantinya dengan pakaian yang tadi diberikan oleh Fendy. Setelah berganti pakaian Faqih kemudian keluar, dilihatnya saat itu Kyai Rahman, Fendy dan Bapak pemilik kapal sedang berbincang-bincang. "Kita pulang sekarang, Pak," kata Fendy. Kemudian sang pemilik kapal membalikkan arah kapal kecil miliknya dan menghidupkan kembali mesin kapal, kapal kecil itu pun mulai melaju mendekati pantai. Sesampainya di pantai saat Fendy ingin memberikan uang bayaran kepada Bapak pemilik kapal, uang itu ditolaknya. "Tidak usah, semua biayanya sudah ada yang menanggung," kata Bapak pemilik kapal. Fendy tentu saja mengerti dan tahu siapa yang telah membayar biaya sewa kapal tadi. Setelah Fendy, Faqih dan Kyai Rahman turun dari kapal, kapal pun melaju meninggalkan pantai, sang pemilik kapal melambaikan tangan sebagai tanda terima kasih kepada mereka bertiga. "Nah sekarang saatnya kita mencari makanan dan kopi," ketiganya lalu kembali naik ke dalam jeep hijau lumut milik Fendy, jeep itu mulai meninggalkan pantai, masuk ke jalan besar menuju ke arah kota. Meskipun hari sudah jauh malam namun denyut kehidupan di tengah kota besar Samarinda masih terasa, banyak warga yang masih berlalu lalang dan pedagang pinggir jalan yang masih buka, kemudian jeep pun berhenti di salah satu pedagang kaki lima yang menjual makanan dan minuman. Mereka mengambil tempat duduk di sudut yang lebih sepi, setelah memesan makanan kemudian Fendy bertanya kepada Faqih. 'Selama kamu berada di dalam laut tadi apa yang kamu alami dan rasakan?" Faqih terdiam, dia seperti bingung untuk mulai dari mana, dan kalau dilihat dari ekspresi wajahnya jelas bahwa sebenarnya Faqih telah mengalami suatu peristiwa yang luar biasa selama berada di dalam lautan tadi. Faqih menarik napas panjang dan menghembuskannya kembali, bersiap untuk mulai bercerita tentang sebuah kisah yang sulit dijelaskan oleh nalar, bagaimana hal itu bisa terjadi. *** Ketika tubuh Faqih dilemparkan masuk ke dalam laut terdengar suara berdebur yang cukup kuat, lalu secara perlahan tubuhnya mulai masuk dalam laut sedikit demi sedikit. Sebisa mungkin Faqih menahan napas agar tidak ada air laut yang masuk ke dalam tubuhnya, tapi toh itu semua sia-sia karena cepat atau lambat dia tidak mungkin bisa bertahan lebih lama untuk tidak bernapas. Dan terjadi selanjutnya adalah dia kemudian menghirup air laut sedikit demi sedikit, tubuhnya terus meluncur dan secara perlahan-lahan dia mulai merasakan kepalanya terasa sakit, sebuah rasa yang sama yang seringkali dirasakan saat jin dalam tubuhnya mulai bergerak untuk menguasai dirinya. lalu tanpa bisa dikendalikan tubuhnya mulai bergerak-gerak meronta-ronta untuk melepaskan diri dari ikatan tali tambang yang begitu kuat mengikat kedua kaki dan tangannya. Semakin lama gerakan-gerakannya semakin kuat, Faqih sendiri sedikit demi sedikit sudah mulai menghirup air laut ke dalam tubuhnya melalui mulut dan hidung. Sejenak sebelum dia hilang kesadaran dengan merasakan sakit yang luar biasa Faqih melihat ada satu gumpalan seperti asap bergumpal berwarna hitam keluar dari dalam tubuhnya diikuti dengan berpendarannya warna-warni dari arah dadanya, Faqih masih sadar kalau cahaya itu pastilah keluar dari dalam Mandau yang terikat juga di dadanya. Sebelum kesadarannya hilang sepenuhnya, Mandau yang terikat di dadanya meluncur terlepas dari sarangnya dan melesat seakan mengejar gumpalan asap hitam yang kian jauh menuju ke permukaan air laut. Faqih melihat bahwa dirinya kini tidak lagi berada di dalam lautan, melainkan di suatu tempat yang terang benderang dan perlahan dilihatnya ada sebuah kereta kencana yang megah mendekat kepada dirinya. Di atas kereta kencana itu duduklah seorang wanita yang sangat cantik mengenakan pakaian berwarna biru, hiasan yang terbuat dari berlian. Mahkotanya, kalungnya, gelangnya dan ikat pinggangnya semua terbuat dari emas yang bertahtakan intan berlian. Sosok cantik berbaju biru itu turun dari kereta kencana kemudian memegang tangan Faqih, dia tersenyum dan dari sorot matanya mengisyaratkan juga mengatakan sesuatu, sekalipun dia tidak mengucapkan kata-kata. Terlihat bibirnya tetap tersenyum manis. Faqih menurut saja kala wanita cantik berpakaian biru itu memegang dan menarik tangannya dan mengajaknya naik ke atas kereta kencana. Pelan kereta kencana itu mulai kembali berjalan meninggalkan area yang berwarna putih dan semakin lama semakin redup, dan tampaklah sebuah gerbang tinggi di hadapan mereka. Kereta tetap terus melaju hingga melewati gerbang dan selanjutnya yang terlihat adalah pepohonan yang rimbun di kiri dan kanan dengan buah-buahan yang segar yang mengundang selera untuk dimakan. Faqih sendiri sebenarnya bingung dan tidak tahu dia sedang berada di mana? Sedang bersama siapa? Tetapi hati kecilnya berkata bahwa sosok yang mengajaknya ini adalah orang baik-baik hingga dia tidak kuasa untuk menolaknya dan perjalanan kereta kencana itu tak berlangsung lama. Setelah melewati beberapa kelokan nampaklah kini sebuah istana yang begitu megah, di hadapan mereka berdiri dua orang pengawal yang memiliki tubuh gagah dan wajah yang tampan, berdiri di gerbang menyambut kereta kencana tersebut. Mereka menjura hormat kepada sosok gadis berbaju biru yang sekaligus menjadi kusir dari kereta kencana. Melewati gerbang pembatas kereta kencana yang ditumpangi oleh Faqih dan gadis cantik berbaju biru itu berhenti di sebuah taman yang begitu indah. Gadis-gadis cantik memakai pakaian dengan warna-warni yang berbeda tengah bermain-main, atau ada juga yang sedang berbincang-bincang. Kemudian Faqih diminta untuk turun dari kereta kencana. Gadis cantik berbaju biru itu kembali menggandeng tangan Faqih dan berjalan meninggalkan kereta kencana, saat Faqih menoleh dilihatnya seorang gadis lain menarik kereta kencana itu keluar dari taman. mereka berjalan melewati sebuah lorong besar yang indah dengan dihiasi ukiran-ukiran di dindingnya serta beberapa lukisan-lukisan yang indah. Perjalanan mereka berdua akhirnya tiba di sebuah bangun yang tidak terlalu besar juga tidak terlalu kecil, ada sebuah singgasana besar di sana. Yang menakjubkan adalah seorang wanita dengan berbaju hijau memakai mahkota keemasan yang bertatahkan intan berlian duduk di singgasana itu dengan memegang sebuah tongkat kemasan dengan mutiara lembut berkilauan bergantung di ujungnya. "Duduklah, Faqih. Saat ini kau sedang berada di istanaku," kata sosok itu.  "Dayang, keluarlah. Biarkan aku berdua dengannya di sini," kata sosok yang lebih tepat disebut sebagai ratu itu. "Kamu benar. Semua yang berada di sini, juga orang-orang yang ada di duniamu memang memanggilku dengan sebutan Ratu." Faqih cukup terkejut karena ternyata sosok yang mengaku dirinya ratu itu seakan bisa membaca apa yang saat itu sedang dipikirkannya. "Lihatlah di sebelahmu, ada hidangan buah-buahan. Makan lah dulu berapa buah untuk menguatkan tubuhmu," kata Sang Ratu. "Terima kasih, Ratu," kata Faqih atas tawaran dari Sang Ratu. Faqih kemudian mengambil beberapa buah, dia makan dengan lahap karena ternyata buah-buah itu selain terasa segar juga tidak ada ulat di dalamnya. Setelah Faqih menyantap dan merasa kenyang Ratu kemudian berkata, "Sengaja aku mengundangmu kemari dan menjemputmu melalui Dayangku, karena ada sesuatu yang ingin kuberikan kepadamu. Aku harap kamu menerimanya, selain ini adalah anugerah yang memang sengaja kuberikan untukmu kamu juga akan kuberi tugas penting. "Maaf, Ratu. Kalau boleh tahu siapa sebenarnya Ratu ini?" tanya Faqih bingung. "Akulah Penguasa laut selatan ini, Faqih. Tidak sembarang orang bisa aku izinkan untuk menemuiku, dan kamu termasuk yang beruntung. Kamu bertemu denganku bukan karena keinginan tapi memang sengaja aku yang mengundangmu untuk datang ke sini." "Jadi Ratu,apa yang Ratu inginkan dariku sekarang?" "Pranajaya telah mengambil sebuah ilmu yang bernama Khodam Harimau Hitam, dan dia mendapatkannya dari seorang raja jin yang bersemayam di Gunung Lawu. Dia sebenarnya bukan menunggu asli dari Gunung Lawu, aku tahu betul bahwa dia adalah penguasa dari Gunung Tidar." Faqih masih tetap ditempatnya mendengarkan apa yang dikatakan oleh Sang Ratu dengan seksama. "Lewat raja jin itu gurumu memperoleh sebuah ramuan dan mantra, di mana dengan ramuan dan mantra itu dia akan bisa mempengaruhi orang-orang yang sudah meminum ramuan tersebut untuk tunduk dan mengikuti semua perintahnya. Kamu adalah salah satu muridnya yang sudah terkena sihir dari ramuan tersebut, tetapi beruntunglah kamu bertemu dengan Fendy yang berhati baik untuk menolongmu. Tugasmu adalah membunuh gurumu, karena cuma itu satu-satunya cara mencegah tersebarnya Ajian Khodam Harimau Hitam yang akan jadi huru hara terbesar di tanah jawa." "Aku harus membunuh guruku?" tanya Faqih bingung. "Kalau kamu tidak mau pun tidak apa-apa, tapi sebuah huru hara besar akan melanda di pulau Jawa." "Lantas bagaimana caranya aku bisa membunuh guruku Eyang Pranajaya?" "Aku akan memberikan sebuah ilmu dengan ilmu ini kamu akan bisa melukai gurumu yang saat ini memiliki ilmu kebal dari pukulan dan dari segala macam jenis senjata tajam, dan nanti kalau dia sudah mati maka efek dari ramuan yang sudah masuk ke dalam tubuh semua murid-muridnya akan hilang dengan sendirinya." "Bagaimana dengan jin yang saat ini menunggu di Gunung Lawu itu? Apa juga harus aku musnahkan?" "Tidak, Faqih. Tugasmu hanya menyingkirkan gurumu, soal jin penunggu Gunung Lawu biarlah itu menjadi urusanku dan pasukanku yang akan membereskannya." "Nah ... Apakah sekarang kamu sudah siap untuk menerima anugrah yang akan kuberikan kepadamu?" "Saya siap, Ratu," jawab Faqih mantap. "Sekarang duduklah bersila di hadapanku dan pejamkan kedua matamu." Faqih menuruti saja apa yang diperintahkan oleh Sang Ratu. Ratu kemudian bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati Faqih, sementara Faqih telah duduk bersila dan mulai memejamkan kedua mata. Dia mendengar langkah-langkah Sang Ratu turun dari singgasananya mendekati dirinya, semakin dekat Ratu kepada dirinya semakin tercium pula aroma wangi dari tubuh Sang Ratu, selanjutnya Faqih merasakan kedua tangan Sang Ratu menyentuh kedua belah matanya dan mengusap pada kedua kelopak matanya. Selanjutnya dilepaskan kembali dan terdengar langkah-langkah Ratu naik kembali ke atas singgasananya. Sekarang bukalah kedua matamu, kini anugerah yang kuberikan kepadamu adalah terletak pada dua matamu, yang mana dengan matamu itu sekarang kau dapat melihat kedua alam. Alam manusia dan alam jin. Dengan kemampuan itu pula kamu akan mampu untuk dialog dengan makhluk selain manusia, yaitu dengan para jin. "Tapi Ratu, apakah hal ini berguna untukku?" "Dengan kemampuan itu kamu bisa membantu banyak orang dari gangguan jin jahat, dan jika kamu ingin menyalahgunakan kekuatanmu itu maka bisa saja kamu meminta bantuan dari bangsa jin yang kamu temui untuk menuruti segala hawa napsumu. Tetapi ingat bahwa segala sesuatu ada konsekuensinya, ada karmanya. Aku peringatkan kepadamu jangan pernah sekali-kali meminta bantuan dari makhluk dari alam kami kalau bukan kami sendiri yang memberikannya, karena bila kamu melakukan hal itu maka sudah bisa dipastikan bahwa kamu akan masuk ke dalam jebakan mereka. Kalau kamu sudah masuk ke dalam jebakannya maka mereka hanya akan semakin menyesatkanmu dari jalan Tuhan. Tapi apa yang kuberikan ini hanyalah berupa anugrah yang juga bermanfaat nantinya di alam kami, di mana kami bisa berinteraksi denganmu, meminta pertolongan kepadamu, kamu pun bisa membantu orang-orang di sekitarmu yang diganggu oleh makhluk-makhluk gaib dari alam kami, dan dapat melihat langsung wujud dari makhluk yang mengganggu itu serta kamu punya kuasa untuk mengusirnya." "Sejak tadi kudengar Sang Ratu menyebut Jin dengan kata 'kami' seakan-akan Ratu berbeda." "Memang benar, karena sebenarnya aku pun adalah dari golongan jin yang tinggal di dalam samudera ini, dan semua yang menemuiku dengan pamrih dan mengharap kuberikan sesuatu, berupa kesaktian, kekayaan, ketenaran, jodoh dan lain-lain, semuanya tidak akan kekal dan abadi. Semua hanya akan menyesatkan. Akan tetapi jika aku yang memanggilnya sendiri kemari dan kuberikan sesuatu, maka sesuatu itu tidak akan mencelakakannya dan akupun tidak akan meminta tumbal apa-apa." Sampai disini Faqih mulai sadar tentang siapa sebenarnya Ratu yang berada di hadapannya. "Faqih, waktumu sudah berakhir. Saatnya kamu kembali. Sekarang pejamkan kedua matamu, ketika kamu membuka mata maka kamu akan berada di alammu kembali." Faqih pun mengikuti apa yang dikatakan oleh Sang Ratu. Maka ketika dia membuka matanya, betapa terkejutnya Faqih saat itu melihat dirinya sudah berada di atas kapal, dan di kiri kanannya terlihat Kyai Rahman, Fendy dan bapak pemilik kapal ***  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD