Bab 17

1044 Words
"Ah, perih," ucap Raja yang kembali tiduran di kasur tanpa ranjang dalam kamarnya. Kanaya baru saja meletakan rantang yang ia bawa di atas meja televisi. Ia melihat ada beberapa obat yang dari nama obatnya ia yakin itu obat asam lambung. 'Apa gara-gara nasi goreng tadi pagi, ya?' batin Kanaya. "Ah," ucap Raja, pria itu melihat ke arah istrinya, dia merintih secara berlebihan. Kanaya langsung menoleh pada Raja. Dengan ragu dia mendekat, lalu mengetik sesuatu di layar ponselnya. [Apa sudah minum obat?] Raja membaca pesan itu. "Udah," jawabnya. "Tapi masih sakit." Kemudian pria itu bangkit, duduk memunggungi istrinya. "Tolong, pijat bagian tengah punggung gue!" titah pria yang hanya mengenakan singlet saja. Mata Kanaya langsung membulat, dia hanya diam saja. Tak kunjung merasakan pijatan, Raja menoleh. "Kenapa diam, pijat punggung gue, sakit nih," ujarnya. Kanaya menggigit bibirnya, tangannya ragu-ragu terangkat naik. Tak sabar, Raja berdecak. "Kenapa, malu? Lo udah pernah gue cium, apalagi gue suami lo sekarang, lo harus nurut sama gue, perhatian sama gue!" ujarnya. Melihat Kanaya masih diam, Raja semakin kehilangan kesabarannya. "Lo mau gue cium lagi apa biar nurut?" Pria itu sedikit mengancam. Alhasil, Kanaya langsung menyentuh punggung Raja dan mulai memijatnya. Raja tersenyum menyeringai, ia tahu kalau istrinya sangat takut disentuh olehnya, pria itu merasa senang, baru saja mendapat senjata yang ampuh untuk membuat Kanaya takluk padanya. "Ya, ke tengah lagi, ya itu," ucap Raja mengarahkan ke mana pijatan istrinya. 'Enak juga pijatannya,' batin Raja. Setelah beberapa saat, Kanaya mengaturkan makan malam untuk suaminya. "Gak pedes kan ini?" tanya Raja dan Kanaya menggeleng, ia kemudian mengetik pesan di ponselnya. [Maaf soal sarapan tadi pagi, aku gak tau Mas gak suka makan pedas.] Raja menggeleng. "Aku bukan gak suka, cuma aku punya asam lambung, gak bisa lagi makan yang terlalu pedas," ujarnya. "Tapi, sarapan tadi pagi lebih enak dari yang waktu itu, asli gue tau garam itu murah, tapi gak usah dikasih banyak-banyak." Mata Kanaya langsung membulat, ia kemudian menggerakkan jemarinya. "Beneran?" katanya. "Em, bentar gue tebak arti bahasa isyarat, oh kamu bilang terima kasih?" tanya Raja, ia pikir Kanaya merasa dipuji. Kanaya menggeleng, lalu ia gerakan tangan dan jarinya mengatakan terima kasih. Raja mengangguk. "Oh, kalau itu tadi terima kasih?" tanya pria itu dan Kanaya mengangguk. "Okelah, nanti gue belajar bahasa isyarat, kan gak mungkin seumur hidup gue gak ngerti apa yang istri gue omongin," ujar Raja. Kanaya terdiam, dia menatap suaminya. Seumur hidup? Haruskan dia dan Raja mempertahankan pernikahan tanpa cinta ini? "Kenapa lo natap gue seperti itu?" tanya Raja. Kanaya tersadar, gadis itu segera bangkit dan pamit ke kamar mandi. "Kenapa dia?" gumam Raja. Hingga kemudian pria itu teringat dengan kata-kata yang baru saja dia ucapkan tanpa sadar. "Em, apa yang gue bilang tadi? Masa gue bilang seumur hidup?" Kemudian Raja menepuk mulutnya sendiri. "Kontrak pernikahan itu kan cuma setahun, apa yang lo ngomongin Raja, dia pasti kesal?" Sementara itu di kamar mandi, Kanaya yang kesal menyalakan keran, berniat meredam suaranya agar tidak terdengar Raja. Namun, tiba-tiba Kanaya gelagapan karena air dari shower itu dengan begitu deras langsung mengguyur tubuhnya sehingga dia pun basah dari kepala ke bajunya. "Duh," ucap Kanaya, dengan panik dia mencoba mematikan keran itu. Setelah keran mati, Kanaya mundur, dia menuju cermin, mencari handuk di gantungan dalam kamar mandi itu, tapi tidak ada. 'Di mana handuknya?' batin Kanaya. Tak mendapatkan handuk, Kanaya pun terpaksa keluar dari kamar mandi, saat itu Raja langsung melihatnya dan pria itu tertawa cukup keras membuat Kanaya kesal. "Kenapa lo, mau mandi, hah?" tanya Raja, pria itu langsung mengambilkan handuk yang dia letakkan di dekat ranjang, Raja langsung menghampiri istrinya untuk menyelimuti Kanaya dengan handuk itu. "Jangan sampai masuk angin," ucap Raja. Kanaya terdiam, dia menatap malu pada suaminya. Sungguh, gadis itu tidak menyangka jika Raja seperhatian itu, semalam Raja memindahkannya dari lantai ke ranjang, sekarang Raja memberikan handuk padanya. "Kenapa natap gue kayak gitu? Kagum, terpesona sama gue?" tanya Raja, pria itu pun tersenyum menyeringai. "Tenang, kalau soal nyervis perempuan, gue ahlinya, lo dijamin puas luar dalam." Mendengar itu, Kanaya pun mencebikan bibirnya, dia lupa Raja adalah seorang playboy yang memiliki banyak sekali pacar dalam waktu bersamaan, pantaslah pria itu begitu pandai memainkan peran menjadi pria yang perhatian. Kanaya menggeleng, lalu menepis tangan suaminya, dia tidak boleh terbuai dengan segala perhatian Raja padanya. "Hah, baju lo basah, mending ganti baju." Raja menuju lemarinya, ia berpikir ambil kaos atau kemeja. Pria itu tersenyum. 'Dia pasti seksi pakai kemeja gue,' batin Raja. "Nih, pake ini, nanti masuk angin," ujar Raja. Kanaya menolak kemeja itu, lalu dia masih menutupi dress yang dia pakai dengan handuk, Kanaya keluar dari kos Raja dan pergi menuju kos-kosannya. "Hadeh, gue lupa kalau dia kos di sini juga," gumam Raja, pria itu kembali menyimpan kemejanya di lemari. Namun, tak lama Kanaya kembali, ia langsung mengambil ponselnya dan mengetik pesan di sana. "Kenapa, temen lo gak ada?" Raja tahu Kanaya kos berdua dengan Luna, seorang perawat yang bekerja di Rumah Sakit Darma Kasih. Kanaya berdecak kesal, Luna rupanya sedang pulang ke Bandung dan dia tidak bawa kunci cadangan, sopir juga sudah dia minta pulang karena dia pikir dirinya akan tidur di kosan. "Udah pake aja kemeja gue, dari pada masuk angin, atau mau telanjang, boleh juga," ujar Raja yang kembali melanjutkan malamnya. Kanaya diam, dia berpikir, pesan yang dia kirim pada sopirnya masih centang satu, artinya belum terkirim. Kanaya menghela napasnya, dia kembali mengetik pesan di ponselnya, lalu menunjukkan pada suaminya. [Ayo kita pulang ke rumah Papa.] Raja menggeleng. "Gak, gue masih sakit perut, besok pagi gue juga sift pagi di rumah sakit," ujar Raja. Kanaya menghela napasnya, dia kesal. "Sopir lo telepon, minta dia susul, atau pulang naik taksi?" Kanaya memanyunkan bibirnya, dia lalu mengirim pesan pada ibunya, pesan terkirim tetapi tidak dibaca. "Ganti baju dulu, nanti masuk angin," kata Raja. Kanaya melihat ke pakaiannya, dia juga sudah mulai merasa kedinginan. 'Kayaknya gak ada pilihan,' batin Kanaya. Akhirnya, Kanaya menurut pada Raja, ia masuk ke kamar mandi dan berganti dengan kemeja suaminya. 'Ini kegedean, harusnya aman,' batin Kanaya. Kemudian, Kanaya keluar kamar mandi, mengenakan kemeja putih suaminya yang cukup panjang hingga lutut, lengan kemeja itu bahkan sanggup menutupi semua tangan Kanaya. Raja yang baru selesai minum obat, melirik ke arah pintu kamar mandi. Seketika, pria itu langsung tersedak minumannya sendiri. 'Sial, nyesel gue kasih dia kemeja,' batin Raja.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD