Sadar atau tidak sadar, saat cinta datang maka keinginan untuk melindungi orang yang terkasih begitu sangat kuat.
Jgluk ...
Tiba-tiba bis yang dinaiki GNI Group berhenti mendadak, semua pada bingung karena mereka berhenti ditengah jalan raya sangat sepi karena ditengah ditepi hutan.
"Waduh, kita dimana ini?" Tanya Jae Sung entah pada siapa.
"Di tepi hutan mungkin, sung," jawab Rahmat. Pria itu melirik Menejernya malas, kadang Menejernya itu suka memanggil namanya tak jelas, mending ini hanya' sung' kadang juga manggil 'pa Sung' katanya artinya Oppa Jae Sung, tapi jika hanya 'pa Sung' sama arti seperti ikat menggunakan kayu hingga tak bisa berbuat apapun.
"Maaf, Mr. Hwang, sepertinya ada masalah dengan mesin," kata Kernet bis.
"What?"
Ctak ...
Jae Sung mendelil galak karena kepalanya terkena jitakan gratis ibu Rin, gadis itu selalu saja menganiayanya, gintu ingin jadi ibu dari anaknya.
"Dipikir tu kernet ngerti bahasamu!" Bentaknya. Pria itu memandang heran pada gadis itu, tak biasanya yang namanya Hamasaki bahasanya semacam itu. Rin merasa risih ditatap semacam itu, baru saja dia ingin kembali menjitak kepala manusia menawan itu tapi keburu dapat intrupsi dari kernet bis.
"Sebaiknya kita turun, karena bis akan diperbaiki, sambil menunggu bis pengganti," ucapnya. Rahmat mengalihkan perhatiannya pada sang pimpinan, niat hati ingin meminta pertanggung jawaban.
"Kau harus bertanggung jawab! Pimpinan," serunya. Jae Sung menyerngit mendengar seruan Menejernya itu.
"Apa maksudmu! Kau pikir aku p****************g yang suka menghamili orang!" Sungutnya. Ingin rasanya Rahmat menggeplak kepala pria itu, tapi mungkin juga dia salah tanggap karena kurang lengkap ucapannya.
"Aku tak bilang kau menghamili orang, tapi kau,'kan, pimpinannya kenapa bisnya bisa mancet?" Jelasnya. Jae Sung mencebik, kali ini dia heran dengan sikap Menejernya, dipikir dirinya montir harus tanggung jawab, meski dirinya seorang pimpinan,'kan, pimpinan Group Literasi bukan Group perbengkelan atau alat tranportasi, kalau suruh mbenerin atau merevisi n****+ bisa, tapi kalau mbenerin bis rusak?
"Apa-apaan mulutmu itu!" Sinisnya.
"Kau yang apa-apaan, kau menyuruhku tanggung jawab! Kau pikir aku ini montir," balas Jae Sung tak kalah ngegas.
"Ya, maksudnya jangan mencebik begitu," jelas Rahmat berusaha sabar.
"Hah, sudahlah sebaiknya kita keluar," balasnya. Merekapun satu persatu keluar dari bis, Jae Sung menghampiri kursi Erika lalu dengan seenaknya menariknya keluar bersamanya tanpa perduli protesan Rain atau Rin.
"Oppa, kau tak bisa membawa Erika!"
"Jae Sung!!!!!"
Pria itu menulikan telinganya, dia terus melangkah bahkan meninggalkan bis dan temannya, tangannya terus menggenggam jemari mungil gadisnya, entah kenapa rasanya dia enggan untuk melepasnya.
Suara ranting patah akibat injakan dari langkah kaki yang tergesa, semilir angin membelai lembut kedua insan yang terikat dalam hati, pepohonan yang menjulang tinggi seakan jadi saksi bisu atas rasa kasih yanga ada dihati dua insan berbeda jenis.
"Mr, kita mau kemana?" Tanya gadis itu bingung. Pria itu terus menariknya hingga ketengah hutan, dirinya tersadar kalau mereka telah jauh meninggalkan teman-temannya saat telinganya mendengar pertanyaan dengan nada sedikit rasa takut dari gadis tercinta. Dia menghentikan langkah kakinya, klereng matanya menyusuri setiap sudut dalam hutan itu,"ini dimana?" batinnya bingung. Tangannya menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal, ah, mungkin dirinya tersesat di hutan bersama orang yang dia cinta.
"Apa kita tersesat?" Tanya Erika takut. Pria itu tak langsung menjawab, dia tak tau harus menjawab jujur atau dusta, jika jujur artinya dirinya harus siap kehilangan muka didepan gadis itu, jika dusta Tuhan akan marah,"ya Tuhan, tolong maafkan hamba harus berbohong, " batinnya.
"Tentu tidak, Erika. Kita ini berada di gunung Akina, kau tau,'kan, itu tempat Takumi dan Ryusuke adu balap mobil," dustanyan.
'Mana ada gunung Akina pindah di Indonesia, ngarang aja pimpinan ini'
'Diam! Mengganggu saja, siapa suruh kau menyesatkanku di hutan, kau mau mempermalukanku!'
'tidak'
'Ya sudah, diam saja!'
Erika tak berani protes, takut di bentak lagi seperti penulisnya( hhhh) setaunya gunung itu ada di Jepang bukan di Indonesia, tapi sebaiknya dia percaya saja.
Grusak ...
Suara semak yang terinjak membuat bulu kuduk mereka merinding,"Mr. Bagaimana kalau ada harimau?" Tanya Erika takut. Reflek dia menggengam erat lengan pria itu,"tuhan, tolong jangan pertemukanku dengan harimau, hari yang lain tak masalah, Tuhan, Hariri, Hariyanto, Hariono, atau hari senin sampai jumat atau hari kejepit tak masalah, asal jangan harimau tuhan," batin Jae Sung yang juga takut. Dia adalah seorang pria sejati, seorang pria adalah pemimpin dan pelindung bagi wanita karena itu dia menyembunyikan rasa takutnya didepan gadis yang dia sayang walau sering dia bentak. Digenggamnya tangan gadis itu, dia berharap dirinya bisa melindungi orang yang dia sayang.
"Tenanglah, Erika. Selama aku bersamamu, kau akan baik-baik saja, aku akan melindungimu hingga akhir," katanya menenangkan. Matanya tak berhenti untuk mengawasi daerah tempatnya berdiri," ya Tuhan, tolong lindungi kami, novelku belum tamat, penggemarku masih banyak, aku masih ingin menggoda wanita cantik, tapi aku mencintai gadis ini," batinnya berdoa. Terdengar suara aungan harimau membuat bulukuduk mereka semakin merinding.
"Mr. Jika nanti kita mati disini, apa permintaan terakhir anda?" Tanya Erika ketakutan.
"Menjadi suamimu," jawabnya. Erika tercengang, bahkan mulutnya seakan lupa caranya menutup, kenapa pria banyak dikelilini banyak wanita seperti ini bicara serius atau hanya mempermainkannya.
Tak lama kemudian seekor harimau belang muncul didepannya, Jae Sung memeluk Erika erat, dia ingin melindungi gadis itu dengan tubuhnya," Mr. Jangan begini!" Serunya. Pria itu menoleh pada gadis itu dan menatapnya heran.
"Lepaskan aku, aku akan mencoba mengusir harimau itu," pintanya. Alis pria itu menukik tajam,"tidak!" Tolaknya.
Erika terkejut mendapat penolakan darinya,"kenapa?" Tanyanyan.
"Kau pasti akan membiarkan dirimu jadi santapan rohani hewan itu!" Bentaknya khawatir hingga bicaranya juga tak jelas.
"Aku tidak sebodoh itu, Mr," tukasnya.
"Ani, gal su eobs eo saranghae, nawa hamkkeiss eo," sahut Jae Sung. Erika mendadak g****k mendengar kalimat yang muncul dari pria itu.
"Mr, namaku bukan Ani, tapi Erika dan aku tidak akan menyarang apapun, memangnya hujan disarang, lagi pula Mr. Aneh, kenapa disaat seperti membicarakan HAM segala," katanya bingung. Jae Sung menepuk dahinya sendiri, betapa bodohnya dirinya berbicara korea dengan gadis kampung ....
Hati dan jiwa ini akan selamanya menjadi milikmu,
"Sudah, yang penting kau jangan mendekati harimau itu!" Tukasnya. Gadis itu mengkeret, dia ketakutan karena dibentak, melihat gadisnya takut pria itu berusaha mengendalikan emosinya, dia memandang lembut gadis itu," Erik, aku mencintaimu, aku tak ingin terjadi sesuatu padamu, aku tau selama ini aku selalu bermain dengan banyak gadis, tapi percayalah aku sungguh mencintaimu," ungkapnya. Gadis itu mengerjapkan matanya perlahan, rasanya seperti mimpi mendapatkan ungkapan cinta dari seorang pria yang begitu banyak digemari wanita, dia menggelengkan kepalanya jika ini mimpi makan dia ingin bangun.
"Apa yang kau lakukan? Kau tidak mimpi, aku serius padamu,"katanya meyakinkan.
"Tapi ..." gadis itu masih takut jika salah sangka.
"Tidak ada kata tapi, mulai hari ini kau adalah kekasihku, aku tidak menerima penolakan!" Katanya.
"Iya, Mr," jawabnya.
"Panggil aku, sayang," pinta Jae Sung.
"Sa-yang," panggilnya ragu. Pria itu tersenyum.
Prok ...
Prok ...
Gadis itu terbelalak saat tiga orang berpenampilan seperti pawang memberi tepuk tangan, bahkan salah satunya menggiring harimau itu untuk pergi, Erika mengalihkan perhatiannya pada Jae Sung, dia meminta penjelasan pada sang kekasih.
"Aku sengaja, menyewa pawang harimau dan harimaunya untuk ini, tapi aku tak sengaja membuat bus mogok, anggaplah ini hadiah Tuhan," jelasnya.
"Tapi yang lain pasti mencari kita," ungkapnya kepikiran.
"Biarkan saja, anggap kita main petak umpet," jawabnya enteng. Gadis itu hanya mengangguk.
***
"Hwang Jae Sung, Erika!" Teriak Rin. Dia bersama Rahmat, Rain, Akiramenai, mencari sang pimpinan yang pergi membawa anak orang.
"Yosshihiro Akina, apa kau sudah masuk dalam buku?!" Teriak Rahmat.
"Kau ini yang benar saja Rahmat, masak mencari orang menyebut nama tokoh n****+," maki Rin.
"Maaf, nona Rin. Ya, siapa tau pimpinan kita itu,'kan, terkenal dengan nama Yoshihiro Akina," jelasnya. Pria itu takut jika singa ngamuk jadi mending mengalah saja.
"Pimpinan...!!!" Teriak Akiramenai.
"Oppa, kembalikan Erika !!!" Teriak Rain.
"Mereka tersesat dihutan?" Tanya Inarida tiba-tiba. Rahmat mengalihkan perhatiannya pada gadis itu, dia menyerngit heran,"sejak kapan dia bisa menyusul?" Batinnya bingung.
"Mungkin," jawab Akiramenai.
"Aku harus menemukannya, aku tak mau jadi janda," kata Ina sok-sok sedih. Membuat keempat manusia itu sweet drop.
"Sejak kapan, Jae Sung jadi suamimu," tukas Rin tak terima.
"Sejak sebelum aku dilahirkan," jawabnya penuh percaya diri.
"Enak saja, Jae Sung itu calon ayah dari anakku," bantah Rin.
"Tidak!"
"Ya!"
"Tidak!"
"Yaaa!"
"Tidaaak"
Rahmat dan Rain sweet drop melihat pertengkarang dua gadis itu, kadang mereka berfikir apa bagusnya pimpinan GNI yang galak itu, tapi cinta memang buta.
"Hentikan!" Bentak Rahmat. Sontak mereka berdua mengalihkan perhatiannya pada Rahmat.
"Dengar! Aku tak mau ada keributan apapun disini! Aku tak perduli Jae Sung akan jadi suami dan ayah siapa, tapi yang paling penting kita harus mencarinya sekarang! Awas jika kalian ribut lagi, ku kirim kalian berdua ke neraka!" Ancam Rahmat. Meraka berdua langsung mengangguk tak berani membantah, bahkan Rin yang biasanya menjadi Ratu GNI tak berani membantah, sedang Rain dan Akiramenai terkagum-kagum melihat ketegasan Menejer Marketing itu, mereka yakin jika suatu hari pimpinan GNI mati maka posisi sebagai pimpinan lebih pantas diserahkan pada Rahmat( karena jika Hwang Jae Sung masih hidup ,aku ogah suruh mengganti pimpinannya)
****
Dua manusia yang saling memadu kasih kini berdiri ditepi sungai, entah mereka tak tau kenapa ditengah hutan semacam ini ada aliran sungai yang begitu jernih, airnya juga dingin dan banyak ikannya.
Erika mendudukkan diri diantara bebatuan yang ada di tepi sungai, dia tersenyum penuh kekaguman melihat ikan-ikan yang berlarian di dalam sungai tersebut,"ikannya banyak ya, kakak?" Tanyanya meminta dukungan.
Pria itu ikut mendudukkan diri disamping sang kekasih, dia menjulurkan kedua kakinya masuk kedalam suangai yang jernih itu," kau suka?" Tanyanya kembali.
Gadis itu mengangguk,"aku akan menangkapnya satu jika kau mau," tawarnya.
Gadis itu menggeleng lalu memandang sang kekasih," jangan,kakak, Eri tidak mau memisahkan ikan itu dari teman-temannya, kasihan nanti ikan itu kesepian," tolaknya penuh perasaan.
Jae Sung tertegun mendengar jawaban sang kekasih, gadis itu begitu penyayang bahkan ikan juga disayangi hingga perasaan ikan saja dipikirkan," ya, sudah, jika tidak mau, aku juga tidak mau jika dipisahkan denganmu, karena aku akan merasa kesepian tanpa dirimu," balas Jae Sung.
Erika menundukkan kepalanya, dia baru pertama digombali oleh seorang pria, pria itu terkekeh melihat sang kekasih malu-malu, dia mengulurkan tangannya untuk menyentuh wajah sang kekasih, dengan perlahan dia mendongakkan wajah cantik gadis itu,"kau cantik alami, Eri," pujinya.
Wajah Erika semakin memerah mendengar pujian itu, dia memalingkan wajahnya tak sanggup memandang tatapan penuh perasaan yang dilayangkan sang kekasih padanya," kenapa kau memalingkan wajahmu, amour?" Ucapnya lembut.
Dengan lembut pria itu membawa wajah sang kekasih menghadap kearahnya," aku mencintaimu," ungkapnya.
Perlahan dia mengeliminasi jarak diantara mereka, Erika pun memejamkan matanya membiarkan dirinya hanyut dalam pesona sang kekasih, pria itu semakin mengikis jarak diantara mereka, kurang 1 cm mereka berciuman ...
"Hwang Jae Sung!!!"
Byurr ...
Pria itu terjungkal kedalam sungai karena terkejut mendengar teriakan melengking dari menejernya. Erika langsung membukak matanya mendengar suara sesuatu tercebur dalam air