Episode 11

933 Words
Jagalah setiap ucapan yang keluar dari mulutmu. Karena sedikit saja kau salah bicara, maka orang bisa menghunuskan pedang kearahmu. "Aku tidak mau adu pantun," tolak Jae Sung. Rahmat memicingkan matanya. "Kau takut ya?" Godanya. Jae Sung mendelik galak pada Menejernya tersebut, dia tak terima dibilang takut, sama saja dia mengatakan dirinya pengecut. "Siapa yang takut? Hwang Jae Sung tak pernah takut apapun," angkuhnya. Rahmat tersenyum puasan, dalam hati dia mengutuk keangkuhan pimpinannya itu, sekarang dirinya terjebak sendiri. "Ok, aku mulai. Makan getuk sambil masang susuk. Manusia terkutuk berhati busuk." Jae Sung memiliki firasat buruk terhadap Menejernya itu, dia harus memikirkan sebuah pantun yang cocok untuk membalasnya. "Makan duren di atas altar, orangnya sok keren juga sok pintar." Rahmat bersiap menggunakan pantun terakhir, tapi belum sempat diucapkan sang pimpinan sudah menyahutnya terlebih dulu. "Kain katun di atas tomat, suka main pantun dialah Rahmat," sahut Jae Sung, dengan senyum iblisnya. Prok ... Prok... Suara sorak-sorai menggema di dalam bis tersebut. "Sial, aku kecolongan," batin Rahmat kesal. "Wah, jadi Menejer Rahmat manusia terkutuk dan berhati busuk?" Tanya seseorang. Rahmat mendelik galak pada orang itu. "Diam! Inarida," bentak Rahmat. "Ada tomat menancap di anak panah, wah Menejer Rahmat marah," balas Jae Sung lagi. "Wah ... !!!" Teriak Inarida terkagum-kagum pada pimpinannya, gadis itu bangkit dan berlari menghampiri sang pimpinan. Grep ... Dengan seenak jidatnya sekretaris Rahmat itu menubruk Jae Sung. "Aku cinta kamu, Oppa Jae Sung," katanya sambil peluk-peluk pimpinan GNI tersebut. Jae Sung merasa risih dipeluk-peluk oleh seorang yang tak dikenalnya hanya diketahuinya, pria itu melirik Erika, gadis kecil itu terlihat masam,"apa Erika cemburu, ya," batinnya bertanya. "Hei! Jangan main peluk-peluk calon ayah dari anakku!" Bentak Rin. Jae Sung menatap horor gadis itu,"siapa juga yang mau jadi ayah untuk anaknya," batinnya. "Pokoknya, aku cinta kamu, Oppa." Inarida tetap kekeh dan terus memeluk Jae Sung dan pria itu berusaha melepaskan diri dari pelukan gadis itu. "Lepas!" Serunya. Inarida langsung melepaskan pelukannya, dia pura-pura manyun didepan pimpinan GNI tersebut. "Dengar! Kau tak punya malu sekali main peluk orang sembarangan," kesalnya. "Kau bukan sembarangan, Oppa. Kau akan jadi ayah dari anak-anakku," balasanya sambil mengedip-kedipkan matanya. Pria itu menyerngit jijik mendengarnya,"cih, tidak sudi aku jadi ayah dari anakmu," batinnya jijik. "Aku sudah punya kekasih," tukasnya. Seluruh pasang mata kini menatapnya dan telinga mereka dibuka lebar untuk mendengar siapakah kekasih manusia di atas normal itu. "Siapa itu, Oppa?" Tanya Inarida nampak penasaran. "Erika, Erikalah yang akan jadi ibu dari anak-anakku," ungkapnya antara jujur dan tidak. Mendadak bis itu menjadi sepi mendengar pengakuan pimpinannya itu, semua juga tau pria itu selalu galak pada Erika, sekarang malah mengatakan kata seperti itu. "Chottomatte! Anata wa sore o iu koto wa dekimasen, mina wa anata ga, itsemo ikattairu on'nanoko, Akina sensei o shitte imasu," protes Rin tak terima dengan ucapan pimpinannya, dia sangat gemas pada pria itu kenapa bisa dia mengatakan kaliamat itu dalam keadaan seperti ini. "Cheoeumen, hajimam ijeneun geuege jal doelgeoya, geuga nattohan saranghandago hwagsinhanda," jawab Jae Sung santai. "Sore wa anata no riyūdesu, anata wa bēru no ito omotte iru hitsuyōga arimasu!," bentak Rin. Pria itu masih memasang pose tenang, namun dalam hati dia dongkol juga dicurigai. "Neo naega uisimhaneungeoya?!" Balasnya, gadis itu hanya menghela nafas melihat sikap tak jelas dari pria yang disukainya itu. "īe, demo sukoshi," jawabnya tenang. "Naeng gi, naneun beomjoejaga anieya, erika, naneun gwaenchanh euigeoya," balasnya sok menengahi. "Shikashi, watashi wa hantai suru, jōshi," sungut Rin. Mereka terus berdebat menggunakan bahasa kebangsaan mereka masing-masing, membuat Erika bingung tak mengerti, semua penumpang hanya tercengang melihat pimpinan dan sekretarisnya adu mulut dengan bahasa yang tak mereka pahami. "Keren, sedoyo mawon, mz Jeje kale mbak rin, mboten pareng tukaran," sela Erika. Jae Sung dan Rin memandang Erika seperti orang g****k, mereka sungguh tak mengerti bahasa yang di gunakan gadis itu. Pria itu melirik Inarida yang sepertinya ingin memeluknya, lalu kembali memandang Erika,"sepertinya aku harus mendekatinya agar seketretaris Rahmat ini percaya, ogah aku jika di dekati wanita terlalu agresif seperti ini," batinnya. Pria itu bangkit dan berjalan ke kursi tempat gadis itu duduk. Tapi tiba-tiba jalan bus bergoyang di sebabkan supir bis tidak tau jika ada lubang sedikit dalam di jalan, menyebabkan Jae Sung hilang keseimbangan dan oleh ke samping.. "Woah ....," Bruk ... Cup ... Suasa dalam bis menjadi hening, hanya terdengar suara detak jantung yang berdebar lebih cepat, seluruh pasang mata hanya terfokus pada pria dan wanita yang berciuman karena ketidak sengajaa. Erika menatap mata pria yang kini menciumnya, jantung berdebar tidak tentu, tubuhnya terasa panas dingin, ini adalah sensasi aneh yang pernah dia rasakan. Ciuman pertama miliknya diambil oleh seorang yang bahkan selalu berkata ketus terhadapnya. "A-apa ini?! Kenapa rasanya berbeda dari gadis lain, jantungku berdebar tidak karuan, apa aku terkena penyakit jantung?" Batin Jae Sung bingun. Pria itu juga tak jauh berbeda darinya, meski dia sering melakukan adegan ini dengan banyak wanita yang pernah dikencaninya, tapi rasanya tak seperti ini. Rahmat, Rin dan Rain menatap mereka tanpa berkedip, tapi Rain lebih dulu tersadar akan kesalahannya karena telah membiarkan mereka melakukan adegan seperti ini, diapun menghentikan adegan mesrah itu. "Ehem, Oppa, kau harus ingat dengan wanita teman kencanmu," sindirnya. Buru-buru Jae Sung menarik wajahnya agar tak terlihat wajah putinya sudah merah seperti kepiting rebus, dalam hati dia kesal dengan Rain yang seenaknya mengganggu kemesraan mereka, pakai cara bawa-bawa teman kencannya lagi, sungguh menyebalkan. "Erika," panggil Rain. Gadis itu mengalihkan perhatiannya pada pria itu. "Bagaimana kalau kita tukar posisi duduk," usulnya. Dia tidak ingin gadis yang masih suci itu ternodai oleh Pimpinan GNI yang terkenal seorang cassanova tersebut, ia akan melindungi gadis itu dari singa jantan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD