"Sudah aku bilang, jangan menyentuhku! Lepaskan tanganmu dariku!" Teriak Arthur ketika Anna menyentuh tubuhnya. Pria itu enggan disentuh, tapi tubuh keduanya menyatu.
Karena Anna terkadang tidak bisa mengontrol, dimana tangannya menyentuh bahu Arthur atau sekedar bagian tubuh lainnya, maka Arthur mengikatnya dengan dasi. Berganti dengan sabuk atau yang lainnya. Hingga menyebabkan tangan Anna menjadi lecet.
Ingatan semalam membuat Anna mengerjapkan mata. Apakah kini dia sudah resmi menjadi pel*cur Arthur? terbangun dengan keberadaan Arthur yang sudah tidak ada di kamarnya. Dia sendiri, dan terbaring di atas karpet. Kenapa bisa seperti itu? Anna terkekeh, akhir dari kegiatan semalam adalah Arthur menyuruhnya tidur di lantai. Pria itu enggan berada satu ranjang dengannya. Hanya dialasi karpet, dan selimut tipis.
Anna bangun, dia tidak berani lama-lama di ruangan Arthur, segera menarik pintu. Namun terkunci. “Nona? Anda sudah bangun?”
“Kau diluar, Maury?” tanya Anna.
“Saya akan membuka pintunya.” Maury masuk untuk membawa Anna keluar dan kembali ke kamarnya.
Perempuan itu berjalan dengan tertatih-tatih. Matanya juga menyipit, terlihat kesulitan saat melihat cahaya.
“Bisakah aku berjalan-jalan, Maury? Aku bosan dikamarku terus. Aku tidak akan pergi kemanapun.”
“Maafkan saya, Nona.”
Cukup membuat Anna sadar diri dan diam saja di kamarnya. Perempuan itu mungkin mendapatkan pakaian bagus, makanan yang enak, tapi kebebasannya terengut. Mungkin, hanya balkon tempatnya bisa mencari udara segar. Itu juga sering kali mengingatkan Anna pada kejadian mengerikan dimana Arthur mendorongnya. Penjagaan disekitar kamarnya juga banyak, Anna diawasi oleh mata para pria bertubuh besar.
“Aku bosan,” gumamnya tidak ada yang bisa dilakukan. Anna memanggil Maury untuk datang. “Aku tidak meminta semangka.”
“Saya tidak mau datang dengan tangan kosong. Makanlah semangka segar ini, Nona.”
“Aku ingin meminta sesuatu padamu,” ucap Anna melangkah mendekat. “Bisa aku mendapatkan kanvas? Cat air dan lain-lain? Aku suka melukis. Dulu, aku mahasiswa seni dan bekerja di sebuah gallery.”
“Saya akan minta izin dulu pada Tuan Arthur, Nona.”
“Usahakan bisa ya, Maury. Aku benar-benar bosan disini.”
“Kalau diizinkan, sore ini pasti datang.”
“Terima kasih!” Anna sedikit ceria, setidaknya dia bisa menyalurkan perasaannya lewat sana. berada di dalam kamar 24 jam, tidak banyak yang bisa Anna lakukan. Jadi ketika dia mendengar suara pintu terbuka, Anna langsung bangun.
“Tuan,” ucapnya dengan gugup. Senyumannya luntur.
“Kudengar kau menginginkan alat lukis?”
“Ya…. aku hanya ingin… melakukan hal yang aku sukai,” ucapnya menunduk. Anna tidak mau dilukai lagi, memilih tunduk pada Arthur.
Jika tidak, dia akan melakukan kekerasan lagi. Memicu ingatan-ingatan mengerikan yang membuatnya ingin menangis.
“Sesuatu yang bisa menghilangkan rasa bosanmu?”
“Ya…”
Senyuman Arthur terbit kala melihat Anna tidak lagi melawan, dia tunduk dan takut padanya. pria itu duduk di sofa. “Aku tahu apa yang bisa menghilangkan rasa bosanmu,” ucapnya sambil membuka rel sleting celana. “Kemarilah.”
Tanpa diberi tahupun, Anna paham apa yang harus dia lakukan. Dia bersimpuh dihaadapan Arthur, kepalanya didorong mendekat hingga Anna kehilangan keseimbangan dan menyentuh paha Arthur.
“Kubilang jangan menyentuhku.”
“Ahhh… sakit… maaf, Tuan,” ucapnya memejamkan mata sambil menahan sakit ketika rambutnya ditarik.
“Lakukan tugasmu.”
Menelan salivanya kasar sebelum melakukan perintah sang majikan. Anna sudah tidak punya kuasa lagi pada dirinya sendiri. Selama Arthur berada di rumah, pria itu akan memaksanya terus membuka kaki. Menghentak dengan kuat dan membuat Anna merasa lelah, panas dan tidak beradaya.
Isakannya tidak pernah didengar, ketika dia memohon untuk berhenti, pria itu tetap menyetubuhinya. Memaksa Anna supaya tetap terjaga, padahal kesadarannya ada diambang batas.
“Ahh… tolong…. Berhenti dulu… Tuan…., sakit…”
Tapi telinga Arthur seolah tuli. Dia tidak berhenti. Melakukannya setiap malam, membolak-balik tubuh Anna hingga perempuan itu kadang merasa takut jika mendengar suara mobil Arthur pulang. disetubuhi secara paksa, dan diberikan luka ketika berbuat hal tidak menyenangkan dimata Arthur.
****
“Hngghhh…. Sudah….,” rengeknya dengan kaki bergetar merasakan puncak. Tapi Arthur tidak berhenti. Membuat kepala Anna terbentur dengan kepala ranjang berulang kali. Tangannya diikat, jadi Anna tidak melakukan hal banyak. Perempuan itu memejamkan matanya kuat ketika pria dibelakangnya semakin cepat.
Sampai Anna merasakan panas didalam tubuhnya. “Ahh…” dia meraup udara sebanyak mungkin. Tubuhnya dibalik dalam hitungan detik. “Tuan…,” ucapnya mengharapkan belas kasihan.
“Aku akan pulang besok. Jadi kau harus aku nikmati sebisa mungkin,” ucapnya sambil terkekeh menatap kebawah. “Perempuan sepertimu harus terbiasa dengan luka dibagian ini.”
Dada Anna membusung saat merasakan sesuatu memasukinya lagi. Sesak dibawah sana, dipaksa untuk menerima Arthur. Penglihatannya buram, Anna hampir pingsan saat jam memasuki pukul 2 dini hari.
Pria itu kelelahan, dia berbaring di atas ranjang Anna. “Menyingkir,” ucapnya tidak sudi berada di atas ranjang yang sama dengan Anna.
Dengan sisa tenaga, Anna turun ke atas karpet. Dia menyelimuti dirinya sendiri dan langsung memejamkan mata. Mengabaikan tubuhnya yang terasa sakit.
Baru juga Anna tidur sebentar, dia merasakan tubuhnyaa diguncang. “Bangun,” perintah Arthur.
Suaranya langsung membuat Anna membuka mata. Dia duduk sambil memeluk dirinya sendiri. mengadah dan mendapati Arthur yang berdiri di depannya. Pria itu sudah siap dengan jasnya. Saat Arthur berjongkok, Anna menunduk enggan menatap.
“Aku akan pulang ke Chicago. Satu bulan sekali, aku akan kembali kesini. Jangan berani untuk kabur, atau kau akan menjadi penghuni ruang bawah tanah. Selamanya. Paham?”
Anna mengangguk kuat.
“Berhenti membuat kerusuhan.”
“Tuan…,” panggilnya dengan suara parau. “Kau… bilang akan memberikanku alat melukis?”
“Tenntu, Maury akan membawakannya siang ini.” Karena Anna melayaninya dengan baik selama satu minggu ini, maka Arthur akan mengizinkannya.
Anna baru berani mengangkat pandangan saat Arthur sudah keluar. Dia menatap Maury. “Kau sudah tidak aneh melihatku dalam keadaan seperti ini ‘kan? jangan menatap kasihan padaku.”
“Saya akan menyiapkan air hangat untuk anda.”
“Bantu aku menggosok punggungku, Maury.”
“Tentu, Nona.”
Dengan langkah tertatih, Anna pergi ke kamar mandi dibantu Maury. Punggungnya penuh dengan kissmark dan Anna tidak menyukainya. Setiap sentuhan yang dilakukan Arthur membuat Anna jijik pada dirinya sendiri. Dua sisi berlawanan, antara menikmati dan menyumpahi diri sendiri.
“Tuan Arthur akan pulang ke Chicago, jadi anda bisa tidur nyenyak untuk sebulan kedepan.”
“Dia menyetubuhiku tiap malam,” gumamnya memeluk diri sendiri. “Apa ada wanita sepertiku sebelumnya, Maury?”
“Tidak ada, Nona. Belum pernah ada rekan bisnis Tuan Arthur yang menawarkan gadis sebagai pembayarannya.”
“Dia tidak punya pacar? Bagaimana kalau dia tahu Arthur selalu menyetubuhiku?”
“Tuan punya kakasih di Chicago. Jelas, Tuan tidak ingin kekasihnya tau.”
Anna terkekeh, mana mungkin kekasihnya tahu hal ini. Dia cukup sadar diri, kalau dirinya hanyalah wanita penghangat ranjang Arthur.
***
Kepulangan Arthur ke Chicago membuat Anna merasa lebih tenang. Meskipun dia tidak diizinkan keluar kamar, tapi Anna senang setidaknya bisa melukis lagi. berbeda dengan Arthur di Chicago. Baru dua minggu dia berada di rumah, tapi kepalanya terasa mau pecah.
Kekhawatiran akan sang Kakek, dan kekasihnya yang begitu sibuk. Arthur harus dengan sengaja menjadi sponsor sebuah acara supaya dia bisa masuk ke acara tersebut, dimana kekasihnya menjadi model.
Sang CEO Romano Inc itu memiliki area khusus untuk dirinya. Dari lantai dua, dia melihat ballroom tempat acara berlangsung. Dia bersama dengan rekan bisnisnya yang lain. Tapi tatapan Arthur terpaku pada Nancy, sang kekasih yang terlihat begitu anggun. Dia bicara dengan yang lainnya disana.
“Kekasihmu itu sepertinya sangat mencintaimu, dia melihatmu sejak taadi. Dia juga menjadi sponsor terbesar,” bisik salah satu teman Nancy.
Perempuan itu mengadah menatap pada Arthur. tersenyum manis dan menyusulnya ke lantai dua. Beberapa orang terdekat tahu Nancy dan Arthur bersama, tapi Nancy lebih senang menjaga kerahasiaan ini. “Hai, Ar! I Miss you so much.”
“Lihat siapa yang bilang rindu, tapi tidak bisa diajak bertemu.”
“Maaf, kau tahu baagaimana sibuknya aku.” mengecup pipi Arthur berulang kali sebelum mereka tertaut dalam sebuah ciuman. Tangan Arthur bergerak menyentuh b****g kekasihnya.
Sebelum bergerak lebih jauh, Nancy menghentikannya. “Aku harus kembali kebawah.”
“Oke, kapan kita bisa bertemu dan menghabiskan malam bersama?”
“Secepatnya, tapi hindari kebersamaan kita di public ya. Aku tidak mau orang mengira keberhasilanku berasal darimu.”
Arthur menghela napasnya. “Tentu saja.”
“Kau bisa datang ke apartemenku besok malam. Kita habiskan waktu disana ya?” mengecup lagi pipi sang kekasih sebelum melangkah pergi dari sana.
Setidaknya Arthur sudah memeluk sang kekasih, dia memutuskan untuk pulang.
“Arthur?” panggil seseorang saat dia hendak masuk mobil.
“Kupikir kau masih di Brazil.”
“Tidak, perempuan disana kurang seksi.” Mereka bersahabat sejak kecil, Noah tertawa dan mendatangi Arthur. “Kau tidak bisa menghabiskan waktu lama dengan Nancy?”
“Dia sibuk.”
“Mau pergi ke klab? Acara ini membosankan.”
“No, aku akan pulang.”
“Dude, wanita bayaran tidak semuanya murahan. Ada kelasnya juga. Kalau kau mau perawan, aku bisa mencarikannya.”
Arthur tertawa. “Meskipun mereka perawan, tetap saja rendah karena menjual diri.”
“Well, kita semua diuntungkan. Dia dapat uang, kau dapat yang baru. Bedanya dengan kekasihmu, dia tidak dibayar saja. Nancy tidak akan tahu. Ayok, aku tahu seorang pria setidaknya harus menemukan sarang satu bulan sekali. Nancy sangat sibuk akhir-akhir ini ‘kan?”
“Good luck,” ucap Arthur masuk ke mobilnya. Memilih pulang ke rumah yang sudah gelap, sang kakek sudah terlelap.
Arthur ke kamarnya dan menyalakan laptop. Untuk memastikan Anna, Arthur mengeceknya. Melihat apa yang sedang dilakukan wanita itu sekarang. Arthur tidak menganggapnya perselingkuhan, dia hanya melepaskan kebutuhannya. Dan Anna yang menjadi penampungannya.
Lihatlah bagaimana perempuan itu menggeliat dalam tidurnya. Pahanya terbuka sebelah dengan gaun yang terangkat. “s**t!” umpatnya kesal. Arthur menelpon Maury, memintannya memberikan ponsel itu pada Anna dan ditinggalkan sendiri.
Di Verona, iitu pukul 7 pagi. Anna terbangun karena Maury yang mengguncangnya. “Ada apa?”
“Tuan Arthur ingin bicara dengan anda.”
“Hah?” langsung menerima ponsel itu. Semakin kebingungan ketika Maury keluar kamar. “Halo… Tuan?”
“Pindahkan ke videocall, dan buka bajumu.”