Part 4 (Kena Omel Papa Dany)

1564 Words
“ Merlyn, mana buku aku yang kamu pinjam?” Tasya mendekati Marlina yang sibuk melihat-lihat katalog produk MLM yang diikutinya. Hampir sebulan gadis itu meminjam buku Tasya dan belum dikembalikan. “ Aduh sorry Tasya kemarin aku mau balikin tapi kamunya keburu pulang, ada Revan terus dia maksa banget pengen baca katanya.” Jawab Merlyn alias Marlina santai. “ Sembarangan aja sih ngasih pinjam barang orang tanpa izin.” Omel Tasya. “ Maaf ya Tasya abis dia maksa ba nget, tenang aku ntar bakal pesen tuh bukunya. Bagus banget.” Ucap Merlyn. “ Bener ya, sekalian promosiin.” Ucap Tasya kepada Merlyn si sales promotion girl. “ Buku aku ada di kamu ya?’ Tasya menghampiri Revan yang sedang mengobrol dengan salah satu temannya. “ Iya. Tapi sekarang ga dibawa belum selesai bacanya. Ntar aku balikin sekalian sama kamus.” Ucap Revan. “ Bener ya.” Tasya bukanlah orang pelit namun ia tidak suka jika ada orang yang meminjm atau menggunakan barangnya tanpa izin. Ia akan dengan senang hati memberikan barangnya jika orang itu langsung bicara padanya. “iya. Ntar aku ke rumah kamu.” Janji Revan. “ Iya aku tunggu.” Ucap Tasya. Gadis itu lalu meninggalkan Revan pemuda yang masih menyimpan prasaan untuknya namun Revan yang tahu status Tasya berusaha untuk menyembunyikannya. Sebenarnya ia berusaha menghalau perasaannya itu namun sulit sekali karena ia masih menjomblo dan setiap hari ia selalu berinteraksi dengan Tasya.  Malam  ini rencananya Tasya menginap di rumah orang tuanya karena besok kuliah pagi dan Oma Ratih sedang berada di Singapura. Kantor Opa Yusuf itu ada di Singapura dan Samarinda sehingga dalam sebulan mereka bolak balik Singapura, Jakarta dan Samarinda. “ Selamat sore Mas, ini betul rumahnya Tasya.” Revan sengaja datang ke rumah orangtua Tasya ditemani  Rudi sepupunya menggunakan motor. Seperti petunjuk dari Dina akhirnya ia menemukan alamat Tasya. Agak bingung juga karena Tasya tinggal nomaden antara rumah Oma nya dan orangtuanya. “ Iya, kamu siapa?” Tanya Dany penuh selidik. Pria itu kebetulan sedang berada di pos satpam habis mengobrol dengan Pak Toto. Dany membiarkan pemuda itu berdiri di depan gerbang tanpa menyuruhnya masuk. “ Saya Temannya.” Jawab Revan santai. Pemuda itu tidak tahu dengan siapa ia berhadapan. “Tasyanya ada Mas?” Tanya Revan lagi. “ Ada perlu apa sama anak saya?” Dany balik bertanya. Ia selalu curiga jika ada orang asing yang mencari Tasya apalagi seorang pemuda. Ini orang siapanya Tasya ya? Batin Revan kesal. “ Saya mau mengembalikan buku.” Ucapnya. “ Ya udah sini nanti saya kasihin.” ucap Dany judes. “ Maaf mas boleh ga saya ketemu Tasya dulu, sekalian ada perlu sebentar.” Tawar Revan. “ Hmm, besok juga kalian ketemu di kampus kan. Tasyanya lagi sibuk.” Dany tidak mengizinkan. Dany tidak sembarangan menerima tamunya Tasya yang baru dikenalnya. “ Ada siapa Pa?” Tiba-tiba muncul Tasya sambil menggendong Ehsan yang sedari tadi merengek ingin ke Dany. “ Ada yang nyariin.” Ucap Dany dengan nada tak suka. “ Kok ga disuruh masuk sih Pa, kok dibiarin di sini?’"Tanya Tasya. Ayahnya itu betul-betul kebangetan. “ Katanya Cuma mau ngantar ini aja.” Dany beralasan sambil menunjukkan buku yang dipegangnya. Dany masih mengawasi Revan yang masih berdiri tentu saja dengan perasaan sebal. “ Masuk dulu yuk, katanya mau sama Dina." Ucap Tasya ramah. “ Ga jadi katanya Dina ada tamu.”  Dany tidak mengatakan apapun lagi hanya dari tatapan matanya kepada Tasya menyiratkan agar Tasya segera menyuruh temannya pulang apalagi sebentar lagi waktunya maghrib. “ Makasih banyak. Lain kali aja ya, maaf aku buru-buru.” Revan beralasan. Sebenarnya ia tidak nyaman dengan Dany dan kasihan juga sama Rudi yang sedari tadi berdiam diri. " Kalau gitu aku pamit ya.Sampe ketemu di kampus." Ujar Revan undur diri. " Sama-sama. Makasih juga udah anterin bukunya." Tasya berkata sambil tersenyum. “ Permisi hmm Mas..eh Om” Revan pun pamit kepada Dany. Dany tetap bersikap cuek. “Tadi itu beneran teman kampus?” Dany langsung mengintrogasi Tasya. Saat mereka sudah berada di dalam rumah. “Iya” Jawab Tasya pendek. “Kok berani banget sih nemuin kamu ke rumah.” Ujar Dany “Tasya yang minta” Ucap Tasya. “ Hati-hati jangan sembarangan berteman apalgi sama cowok, ingat status” Ucap dany penuh peringatan. “Ingat papa, tapi dia kan cuma teman sekelas Tasya.” Jawab Tasya. “Kalau Erik tahu dia pasti ga suka.” Dany membawa-bawa nama Erik. “ Udah deh Pa, Cuma masalah gitu aja jangan diperpanjang. Kalau Papa mergokin Tasya jalan berduaan sama cowok baru deh Papa ngomel-ngomel , ini kan nggak. Lagian tuh anak juga ke sini ga sendirian.” Tasya membela diri. " Papa curiga sama dia dari tatapannya kayanya dia suka sama kamu." Dany sok tahu. “ Revan juga tahu aku udah nikah dan punya anak." Beritahu Tasya. “ Papa Cuma ga mau terjadi sesuatu. Bisa saja kan dari awalnya berteman lama-lama terjadi hal yang ga diinginkan." Ucap Dany. ” Ada apa sih Kakak sama Papa ribut terus. Ayo kita sholat.” Sang Mama mendekat ke arah keduanya yang sedang berdebat. “ Anak kesayangan Mama ini barusan didatangi cowok ganteng.” Dany mengadu. “ Siapa?” Wanita itu menatap putrinya. “ Itu Cuma teman Ma, jangan percaya Papa.” Ucap Tasya. “ Beneran Kak Cuma teman?” Tanya Heni penuh selidik. “ Teman baru di kampus, dia anak pindahan. Anaknya bu Sita, pelanggan Mama.” Beritahu Tasya lagi. " Oke teman tapi awas kalau dia macam-macam." Dany meninggalkan Tasya dan ibunya. Heni Cuma menggelengkan kepala melihat tingkah anak dan suaminya yang sering terlibat percekcokan.  “ Nih anaknya datang.” Ucap Alin menunjuk ke arah Tasya. Sejak tadi, Alin, Merlyn, Revan dan Dina menunggu kedatangan Tasya. “ Ada apa sih “ Tasya langsung duduk di bangku taman. " Revan lagi melakukan pengaduan." Ucap Merlyn. “ Papa kamu galak banget.” Ucap Revan. “ Kamu masih kesal sama papa ya? Maaf ya Papa aku emang gitu orangnya. Tapi kalau udah kenal bakalan jinak kok.” Tasya mrasa tidak enak dengan sikap ayahnya kemarin sore. “ Ha...ha...” Alin tak bisa menahan tawanya, ia sudah bisa membayangkan adegan antara Revan dan Dany. “ Aku pikir dia suami kamu.” Ucap revan. “ Semua yang baru ketemu pasti nyangkanya gitu.” Merlyn tersenyum. Merlyn itu salah satu fans Dany. Ia selalu menonton aksi Dany di acara masaknya. “ Bapanya aja udah kaya gitu apalagi suaminya.” Seru Revan yang belum pernah bertemu Erik. “ Erik mah baik” Ucap Dina. “ Tapi hebat ya suami kami bisa  berhasil mendapatkan kamu.” Revan terkagum-kagum. “ Erik kan keponakan Papanya si Tasya. Ya bukan hal yang sulit lah buat menyunting tuan putri. Daripada anaknya jatuh kepada pihak lain ya mending dinikahin sama keponakannya sendiri.” Ucap Alin. “ Jadi kamu nikah sama sepupu.” Revan makin kepo. Ia tertarik cerita selanjutnya. “ Sepupu tiri.” Jawab Tasya. “ Jadi dia itu Papa tiri kamu. Masih muda.” Seru Revan. " Beda 10 tahun sama Mama." Ucap Tasya. “ Brondongnya Mama Tasya, ha..ha...” Dina tak kuat menahan tawanya. “ Jangan ngeledekin mama aku.” Tasya menatap Dina. Kadang risih juga kalau ada yang bisik-bisik ngegosipin orang tuanya. “ SStt kontrol omongannya Dina, Entar kalau Papanya Tasya dengar bisa gawat kita dilarang main sama Tasya.” Alin pun terbahak.  “ Dosen ga ada?!!!”  Dina hampir melonjak kegirangan. “ Yes.” Alin bahagia. “ Asyik.” Tasya pun gembira. Semua pasti suka jika dosen tidak datang. " Tapi ada tugas makalah buat minggu depan." Beritahu Riko sang ketua angkatan. “ Nge mall yuk, sekalian nonton.” Ajak Dina. “ Boleh juga.” Jawab Tasya. “ Tasya yang nraktir kita ya.” Alin melirik Tasya “ Boleh ....” Jawab Dina. “ Lho siapa yang ngajak, siapa yang harus bayarin.” Tasya protes. “ Udah lama kan ga ditraktir, abisnya Tasya suka nolak kalau diajak jalan." Seru Alin. " Ajak Revan ah..." Dina yang sedang ngeceng Revan memiliki ide. Semua temannya setuju. Mereka pun menuju sebuah mall yang jaraknya lumayan jauh dari kampus. “ Bolos kuliah ya Ka, kok keluyuran.” Heni, sang Mama langsung menegur putrinya ketika ia datang. Terlihat waktu sudah menunjukkan pukul 6sore lebih. “ Dosennya ga ada Mama makanya Tasya jalan-jalan.” Ucap Tasya. Tasya heran kenapa Mamanya tahu. Jangan-jangan Ibunya itu sempat melihat dirinya. “ Manfaatin waktu dengan baik.” Nasihat Dany yang ikut nimbrung. “ Ehsan nangis-nangis ini emaknya malah asyik ketawa ketiwi sama teman-teman. Lain kali kalau jalan sama teman kasih kabar dulu. Mama ga ngelarang kamu. Itu kan hak kamu tapi sebaiknya kamu ingat tanggung jawab kamu sebagai ibu.” Ujar Heni lagi. Tasya tahu dirinya bersalah tapi ia juga tidak mau jika harus dipojokkan. Jiwanya masih labil dan wajar jika terkadang mudah tersinggung. “ Iya, kamu jangan seenaknya gitu ninggalin anak dari pagi terus pulang malam. Anaknya sama pengasuh." Omel Dany " Jangan mentang-mentang Erik ga ada kamu jadi seenaknya happy-happy sama teman apalagi ga izin Mama Papa. Sama cowok lagi jalannya." Ucap Dany lagi. Kok mereka tahu sih.Batin Tasya. Tadi Tasya sengaja menyembunyikan barang belanjaannya yang ga penting di tasnya dan sebagian masih berada di mobil Dina. Tasya tidak lagi berkata-kata. Diam lebih baik agar omelan kedua orangtuanya berhenti. " Ya udah sana mandi dulu, Kami tunggu, kita makan malam." Perintah sang Mama. " Iya Ma, Maafin Tasya ya." Gadis itu pun segera menuju kamarnya. Di sana ada Ehsan yang baru saja tidur. TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD