Sampai rumah, Aku langsung kebelakang dan meletakkan kotak makan siang ku lalu segera membersihkan diri karna seharian ini begitu melelahkan.
setelah selesai membersihkan diri dan mengenakan pakaian, aku langsung merebahkan tubuhku di atas kasur untuk menghilangkan lelah di kakiku karna aku berjalan kaki dari tempat wisata ke rumahku karna tidak ada kendaraan yang menuju atau dari sana.
terlintas dalam pikiranku tentang om yasa yang memberiku hadiah kalung emas yang sangat mahal menurutku.
'apa istrinya tau? atau dia menyembunyikannya?' batinku bertanya tanpa jawaban.
Aku menyembunyikan kejadian itu dari ibu, karna tidak ingin orang lai tau kecuali Putra. karna dia sahabatku maka aku percaya padanya.
"Ani, kalau mau makan lauknya ada di belakang. Tapi inget, yang lain belum makan. Jangan ambil banyak-banyak," ucap ibu tiba-tiba, sambil berjalan melewati ku.
"Iya bu," jawab ku cepat karna terkejut mendengar suara ibu. Ya ibu selalu seperti itu padaku, entah kenapa tak pernah ada kata yang halus keluar dari mulutnya, selalu k********r dan penuh curiga.
Saat pemikiranku masih memikirkan ucapan ibu dan hadiah itu, aku mendengar suara orang datang memberikan salam.
"Assalamualaikum." ucapnya memberi salam di depan rumahku.
Karna aku tahu itu suara Putra, secepatnya aku bangkit dan keluar dari kamarku lalu pergi menghampirinya.
"Waalaikumsalam." jawabku sambil berjalan menuju pintu depan. ketika aku melihatnya, wajahnya tampak bingung. Dalam hatiku bertanya 'kenapa dia?'
"Nih loe ambil terus loe pake!" katanya sambil menyodorkan dompet hadiah yang tadi pagi aku lihat.
Aku langsu menolaknya "enggak ah, gue gak pantes pake kalung gede itu. lagian tar gue bilang apa kalau sampai ketahuan orang rumah." jawab ku tanpa mau menerima dompet kecil berwarna pink itu.
"Kalau loe gak mau terima dan pakai kalung ini, om Yasa akan membuangnya karna loe gak menghargainya." Jelas putra, "kan sayang klo barang mahal di buang." Sambungnya lagi.
"Ya kalau loe sayang, loe aja yang pakai. Sekalian lo aja yang gantiin gue jadi orang yang dia suka," Ucap ku sambil menahan senyum.
"Dasar cewek aneh, emang gue cowok apaan," jawabnya sambil menahan rasa kesal nya.
"pokoknya gue gak mau tau, loe harus terima. Biar selesai tugas gue sebagai kurir. Terserah loe mau di pakai atau enggak yang penting barangnya udah sama loe." Lanjutnya sambil mengambil tanganku dan meletakkan dompet hadiah itu di telapak tangan.
"Lagian gue jadi kurir juga gak dapet apa apa." Ucapnya pelan tapi masih bisa ku dengar.
karna kesal dia memaksa meletakkan hadiah itu di tangan ku dan mendengar keluhannya walaupun dengan suara pelan akhirnya aku melayangkan pukulan ke bahunya sambil berkata.
"Siapa yang suruh loe jadi kurirnya dia, dan kenapa loe mau aja di suruh," ucap ku tak mau kalah.
"Ini kan salah loe juga yang kirim surat balasan menerima dia. Jadi ya loe lah yang harus terima hadiah dan jadi pasangannya," ucap ku membela diri.
"Lah kan loe yang nyuruh gue bales suratnya, Ani..." ucapnya tak mau di salahkan. "Ya udh lah, loe terima aja dari pada di buang sama om Yasa emasnya. Lumayan buat gaya gayaan," lanjutnya sambil senyum senyum.
"Ya udah ya, gue pulang dulu. Daah," lanjutnya lagi sambil berlalu dari hadapanku.
"Eeeh...Tunggu!" cegah ku. Tapi tak di hiraukannya, dia hanya menolehkan kepalanya dan tersenyum tanpa menghentikan langkahnya.
Aku hanya bisa diam melihat dia pergi, tanpa bisa menahannya sambil memikirkan apa yang akan kulakukan pada kalung ini. tiba-tiba mas aga berjalan di sampingku.
"Ngapain Putra?" tanya mas aga sambil berjalan keluar.
"Enggak ngapain," jawab ku singkat sambil membalikkan badan, dan kembali ke kamar. karna aku gak mau mas aga bertanya lebih banyak padaku, jika aku masih berdiri di depan pintu.
Aku tidak ingin memakainya dan tak ingin membuat orang tua ku menanyakan tentang ini, nanti apa yang harus ku jawab.
Jika mba Asih melihat dan bertanya, aku harus jawab apa? karna aku gak punya jawaban atas pertanyaanku akhirnya aku meletakkan dompet hadiah itu di dalam laci meja belajar ku dan kembali merebahkan tubuhku di kasur, lalu segera tidur. Karena besok aku harus bangun pagi dan melanjutkan aktifitas ku sebagai pelajar.