Anissa menangis tersedu-sedu di bawah selimut putih yang menjadi keganasan lelaki itu. Dia diperlakukan seperti hewan seperti tak ada rasa kemanusiaan dengannya selama satu jam silam. Dia hanya bisa meringkuk kesakitan dengan hati yang begitu terluka. Refal mengusap wajahnya dengan gusar. Dia baru sadar apa yang dilakukan itu salah terhadap istrinya sendiri. Refal pun merutuki dirinya sendiri setelah mendengar tangisan pecah dari Anissa. “Anissa?” Dia menyentuh pundak Anissa yang enggan melihatnya. “Sampai sini apa kamu merasa hebat, Mas?” “A—aku minta maaf Anissa. Aku tidak bisa mengontrol emosiku tadi,” lirihnya. Anissa menggeleng. Dia masih menangis tersedu-sedu. Dia benar-benar merasa seperti dipaksa oleh orang lain yang padahal itu suami sahnya sendiri. “Kamu sadar tidak dal