Saling Jambak

1477 Words
“Papa Love ...” teriak Titan saat masuk ke dalam ruang kerja Ihsan. “Tumben anak cantik Papa mau mampir ke kantor?” Titan menghampiri Papanya yang sedang duduk di sofa bersama asisten pribadinya. “Coba tebak Titan bawa kabar bahagia apa?” “Mau ikut olimpiade lagi?” Titan menggeleng. “Bukan, Pa. Titan sudah sibuk semester depan gak akan bisa ikut olimpiade lagi.” “Lalu apa?” “Papa gak seru ih!” omel Titan. Dia melihat kearah asisten Papanya. “Om Fatih tau apa enggak?” “Mbak Titan di terima magang di Perusahaan Zufar?” “Wow ... Om Fatih hebat bisa menebak dengan benar! Ya ampun, Titan sampai terharu.” “Selamat buat Mbak Titan. Semoga magangnya lancar dan dapat nilai yang memuaskan.” “Amin, terima kasih Om Fatih.” Ihsan tersenyum, dia bangga dengan putrinya. Titan sudah berhasil magang tanpa koneksi orang dalam. Padahal perusahaan sekelas Zufar Group sangat selektif jika merekrut karyawan sekalipun hanya mahasiswa magang. “Selamat ya, Sayang. Nanti Papa traktir makan malam di tempat biasa. Kamu bebas pesan apa saja,” ucap Ihsan. “Benarkah itu?” tanya Titan memastikan. “Iya.” “Baiklah, gak boleh dicabut janjinya!” Gadis itu berseru senang. “Mau beli cumi bumbu ekstra pedas level 7.” “Sayang, jangan berlebihan kalau makan pedas. Ingat kamu sering sakit perut setelah makan pedas.” “Ngak akan sakit perut kalau cuman level 7. Biasanya Titan pesan yang level 10. Nanti malam sudah turun 3 tingkat, Pa.” Ihsan menghela nafas. Dia sudah terlanjur berjanji pada putrinya, tidak akan mudah menarik perkataan jika dengan Titan. Gadis itu akan selalu mengingat setiap ada orang yang berjanji padanya. Setelah menyampaikan kabar bahagia pada Papanya, Titan pamit pergi ke mall untuk membeli skincare yang sudah habis. Tadinya dia mengajak kedua sahabatnya namun mereka sedang ada acara keluarga. Titan masuk ke dalam mall dengan senyum mengembang. Dia suka dengan yang namanya berbelanja. Apalagi hari ini dia akan belanja rangkaian perawatan kecantikan untuk wajah dan juga badannya. “Selamat siang, Mbak Titan.” Sapa ramah penjaga toko. “Selamat siang, Mbak. Pesanan aku ada semua ‘kan, Mbak?” “Iya, semuanya sudah di siapkan di meja kasir.” “Oke, kalau begitu aku mau keliling dulu ya.” Penjaga toko mengangguk, mempersilahkan pelanggan setianya melihat-lihat berbagai macam skincare dan peralatan makeup yang tersedia di toko. Titan kini sedang berada di bagian lipstik. Dia ingin mengubah warna lip tint yang sering dia pakai. Minggu depan dia sudah mulai magang di perusahaan Zufar, dia ingin merubah penampilannya agar terlihat glow up seperti karyawan yang bekerja di sana. “Kalau pakai yang warna ini malah kelihatan pucat,” gumamnya pelan. Titan mengambil warna yang lebih terang lalu memulaskan di bibir mungilnya. Dia menggerak-gerakkan bibirnya dengan berbagai gaya menilai apakah Ombre yang dia buat cocok dengan penampilan barunya. “Sudah bagus! Cantik sekali kamu Titania,” ucapnya, memuji dirinya sendiri. Untung saja toko dalam keadaan sepi, jika tidak pasti orang yang ada di sekitarnya akan menganggapnya tidak waras. Selesai membeli skincare dan peralatan makeup sebagai penunjang penampilannya yang baru. Titan memutuskan untuk mampir ke kedai es krim langganannya yang ada di dalam mall. “Halo, Non Titan.” “Halo, Bapak Kasep. Apa kabar?” “Alhamdulillah, Baik, Non,” jawab Asep dengan ramah. “Mau pesan rasa apa, Non Titan?” “Hari ini Titan mau macam-macam es krim karena sedang bahagia.” “Oke, Non. Bapak siap menyajikannya.” “Eggette Mochi Waffle Rainbow, Bear Chibi Parfait satu lagi Matcha Oreo Frappe. Sudah pesan itu saja.” Asep terkekeh saat Titan mengatakan ‘Pesan Itu Saja’ dia datang seorang diri namun memesan 3 jenis es krim. Mungkin hanya Titan saja yang sering melakukannya. Titan duduk di kursi paling ujung, dekat dengan toko jam tangan merk terkenal. Dia melihat-lihat pengunjung yang sedang memilih jam. “Kayaknya orang kaya semua yang masuk ke dalam toko itu,” ucapnya. “Lah ... itu ‘kan Om Duda? Sama siapa dia?” Gadis itu sedikit memajukan badannya agar dapat lebih jelas melihat wanita yang sedang bersama Ammar. “Wah, sexy sekali sih. Apa Om Duda suka sama wanita tipe montok seperti itu?!” Saat Titan fokus mengamati Ammar dari dalam kedai, pesanannya datang. Karena suasana hatinya sedang bahagia dia memutuskan tidak akan menggoda Ammar. Lagi pula dia kalah mutlak jika harus bersaing dengan Tante-Tante montok yang kini bersama Om Dudanya. Terlalu fokus menikmati es krim yang dia pesan, Titan kaget ketika ada suara teriakan dari arah toko jam. Semua pelanggan berdiri untuk melihat kedua wanita sexy yang sedang bertengkar. Tidak mau ketinggalan, Titan pun mendekat ke arah jendela kaca. Dia shock saat melihat Wanita yang bersama Ammar tadi bertengkar dengan mantan istrinya. Kedua wanita itu bahkan sudah saling menjambak rambut satu sama lainnya. “Pantas saja istri sahnya mengamuk. Suaminya kepergok selingkuh dengan kolega bisnisnya.” “Kamu tahu mereka siapa?” “Sangat tahu. Pria yang jadi rebutan itu adalah pemilik perusahaan tempat aku bekerja dulu.” “Owh, dia Ammar Zufar? Dan istri sahnya Cecilia, model terkenal itu?” “Benar sekali. Pernikahannya baru menginjak usia 2 bulan. Harusnya sih masih mesra-mesranya. Ternyata, suaminya malah kepergok selingkuh. Kasihan sekali!” “Memangnya kamu kenal sama selingkuhannya.” “Hmmm, dia Agatha calon tunangannya dulu. Dia anak pemilik perusahaan berlian.” “Jadi, Kisah cinta segitiga.” Titan hanya mendengarkan obrolan kedua orang yang ada di sebelahnya. Kini tanpa mencari informasi dia sudah tahu siapa wanita sexy yang tadi memilih jam bersama Ammar. Ternyata perjalanan cinta Om Dudanya cukup rumit. Satpam mall datang untuk melerai kedua wanita yang kini masih bertengkar. Tidak ada yang mau mengalah, mereka masih keukeuh menjambak rambut. Hingga Akhirnya, Satpam mengancam akan membuat botak keduanya jika tak kunjung berhenti. Titan tertawa, kembali menikmati es krim pesanannya. Dia juga sempat mengirimkan video pada kedua sahabatnya. Tidak perlu ke bioskop untuk menonton drama rumah tangga. Kini dia sudah mendapatkan tontonan gratis tanpa diduga sebelumnya. *** “Eyang ... balikin cumi pedas milik Titan,” rengeknya. “Ini tidak layak untuk dimakan, Sayang. Nanti perut kamu sakit!” “Enggak bakal sakit, Titan sudah siap obat soalnya.” Eyang Putri mendelik ke arah cucunya. Sudah tahu akan berujung sakit perut bukannya dihindari malah menyiapkan obat. Cucunya memang luar biasa! “Pesan cumi lagi tapi yang level 1.” “Yah ... mana enak, Eyang?!” “Enak!” Tanpa menunggu persetujuan dari Titan, Eyang Putri sudah memesankan cumi asam manis untuk cucunya. Sebelum mereka berangkat makan malam di warung tenda langganan Ihsan dan mendiang sang istri. Ihsan sudah lebih dulu memberi tahu pada mertuanya jika putrinya akan memesan cumi ekstra pedas. Cerdik sekali, Dia beruntung memiliki mertua yang bisa diajak kerja sama. “Sayang, di depan makanan gak boleh cemberut.” “Papa ih ...” rengek Titan. “Tadi ‘kan Eyang gak mau ikut, kenapa juga pakai di paksa segala?!” “Kasihan kalau di rumah sendirian dong, Nak. Masak kamu tega?!” “Di rumah ‘kan ada Bibik. Gak akan sendirian!” Ihsan mengelus kepala putrinya. Dia membantu Titan untuk makan malam. Jika mood nya sedang kacau gadis manis itu tidak akan mau makan, sekalipun itu makanan kesukaannya. Dengan telaten Ihsan menyuapi putri kecilnya. Sampai makanan yang dia pesan menjadi dingin. Eyang Uti sudah menawarkan untuk menggantikannya namun Titan menolak. Dia masih dalam mode ngambek dengan Eyangnya. “Oh, Iya. Titan bilang mau cerita berita terhangat. Apa itu, Nak?” tanya Ihsan saat dia memulai makan malamnya. “Papa belum tahu soal Om Ammar dan Mantan Istrinya?” “Kenapa mereka?” “Tadi waktu Titan beli es krim di mall. Om Ammar masuk ke dalam toko jam tangan sama wanita sexy, Pa. Terus ...” Cerita Titan mengalir begitu saja. Gadis itu, pandai merangkai kata menjadi kalimat menarik untuk didengar. Ihsan mendengarkan sambil makan, sementara Eyang Uti fokus mendengar dengan memandang wajah cantik cucunya. “Akhirnya bagaimana, Nak?” tanya Eyang Uti. “Apa rambut mereka rontok semua?” “Mereka dibawa ke pos keamanan mall, Eyang. Kalau soal rambut, pastinya rontok. Jambakannya pakai tenaga dalam, selain rontok pasti kulit kepalanya juga sakit.” “Kenapa wanita bertengkar di tempat umum. Sangat memalukan!” “Mungkin cemburu, Eyang," jawab Titan. “Bukannya mereka sudah bercerai?” “Baru proses, Bun. Belum resmi secara negara." “Apa alasannya karena pihak suami selingkuh?” “Tidak, Bun. Keduanya memilih mengakhiri rumah tangganya dengan alasan tidak cocok. Mereka berdua juga memberikan kuasanya pada Ihsan untuk mengurus proses perceraian.” “Bunda rasa mantan istrinya menyesal bercerai dengan mantan suaminya.” “Kok bisa Eyang?” tanya Titan. “Bisa saja, Sayang. Kamu enggak boleh tahu, belum cukup umur.” “Ye ... Titan sudah berumur 21 tahun, Eyang.” “Sudah siap menikah dengan Ustadz Rafli?” goda Eyang Uti. “No!” seru Titan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD