Diriku Memang Tak sempurna

1621 Words
Menjadi seorang tenaga pemasaran dari sebuah produk kebutuhan rumah tangga. Itulah pekerjaan ku saat ini. Aku merasa bertemu dengan banyak orang sangat mengasyikkan. Hal itu membuatku untuk sementara melupakan kejadian kejadian pahit yang sebelumnya pernah aku alami. Terutama soal asmara. Disatu sisi aku merasa kecewa. Disisi lain aku merasa beruntung. Karena ternyata banyak orang orang di luar sana yang mengalami hal seperti yang aku alami, bahkan lebih parah. Ya, memang seperti itulah kehidupan. Dimana ketika kita menemukan hal yang negatif, pasti masih ada sisi positif lainnya. Hampir 3 tahun aku merasa nyaman dengan kesendirian. Seperti tidak ada keinginan lagi untuk menemukan tambatan hati yang sudah sekian lama kosong tak berpenghuni. Jika di tanya, apakah tidak hampa? tentu saja hampa. Tetapi rasa sakit karena kehilangan orang yang kita sayang, masih terlalu besar. Meski ada kemungkinan untuk ku bisa kembali kala itu, tetapi aku lebih memilih untuk tetap menyendiri dulu. Karena aku takut jika kejadian seperti dulu terulang kembali. Sampai akhirnya aku bertemu dengan Nita. Aku juga tidak tahu entah kenapa perasaan ku tiba tiba bisa berubah menjadi seperti ini. Sudah hampir sebulan kami berkomunikasi. Meski tidak ada kata suka atau cinta atau apalah, tapi kami jadi memiliki rasa perhatian satu sama lain. Dia adalah seorang janda dengan 2 anak. Suaminya meninggal 2 tahun yang lalu. Anak nya yang pertama ikut dengan nenek nya. Sedang anak nya yang ke 2 di adopsi oleh adik nya Nita. Sudah 3 kali kami ngedate. Dan, yang ku rasakan adalah rasa nyaman yang luar biasa saat bersama nya. Semakin dilihat, semakin memukau wajahnya. Komunikasi kami semakin kesini semakin intens. Terutama lewat chat dan telepon. Selisih usia kami pun cuma terpaut 4 tahun, aku lebih tua darinya. Dan akhir akhir ini, yang ku rasakan, ada yang berbeda jika beberapa jam saja kami tidak berkomunikasi. Nita adalah anak ke 2 dari 7 bersaudara. Anak yang paling tua laki laki, yang lainnya semua perempuan. " Kamu jangan lupa makan siang ya" ku lihat chat di hp ku darinya. Aku tersenyum. Baru saja aku mau chat dia. Sudah keduluan. Ya seperti inilah bentuk komunikasi kami. Sederhana saja, tetapi bagiku sudah cukup menyenangkan. Mungkin konsep percintaan di usia kami saat ini memang seperti ini. Tidak terlalu berlebihan dan bucin kalau kata anak jaman sekarang. Yang ku suka dari nya adalah, jika kami bertemu, dia fokus kepadaku. dia tidak lagi fokus dengan gadget nya. Yang kedua, aku suka saat melihat dia tersenyum. Barisan giginya yang rapat, terlihat seketika dia tersenyum. Dan malam ini, kami membuat janji untuk bertemu. Aku respon dengan biasa saja. Meskipun di dalam hati ku riang nya bukan main. Jam 19.00 aku jemput dia ke rumah nya. Aku di sambut dengan ayah nya. Kami sempat ngobrol sejenak sambil menunggu Nita bersiap diri. " Asli mana nak Andri?" tanya beliau. " Saya kelahiran Sumatera pak, Cuma di Jawa sudah dari 2004" jawabku sambil tersenyum. " Disini tinggal dimana?" lanjutnya. " Saya kost di Antasari pak. Bersama anak saya" jawabku. " Oh, sudah punya anak? kalau istri, punya juga?" tanya nya. Dahi nya berkrenyit. Aku senyum. " Dulu ada pak, tapi sekarang sudah tidak ada. Kami bercerai 2 tahun yang lalu" jawabku. Wajahnya di palingkan ke arah pintu. seolah menunggu kehadiran anaknya, Nita. " Nak Andri bekerja dimana?" tanya nya kemudian. " Saya di seorang marketing di perusahaan kebutuhan rumah tangga pak" jawabku singkat. Ku lihat semacam ada ketidak nyamanan di wajahnya. Tapi aku bersikap biasa saja. " Saya tinggal dulu ya, silahkan di minum kopi nya. Saya mau ke belakang dulu" ujarnya sambil beranjak masuk. Aku cuma mengangguk. Pertanyaan nya lumayan angker juga sih. Aku cuma bergumam dalam hati. Tak lama kemudian datang laki laki dengan motor matic, dan ternyata itu adalah abang nya Nita. Kami terlibat obrolan santai. Dan tak selang berapa lama, Nita pun keluar. Kami izin untuk pamitan. Di sepanjang jalan kami tertawa tawa. Tangan nya berpegang erat di pinggangku. d**a nya rapat di bahu ku. Sebuah moment yang sudah lama tidak pernah aku rasakan. Dagu nya di letakkan di pundakku. Seperti ada energi baru yang ku rasakan saat ini. Sambil mengendarai motor, tangan kiri ku letakkan di betis kiri nya. Kami cuma jajan di emperan stadion dimana banyak muda mudi sedang memadu kasih di malam minggu ini. Kami seperti merasakan muda kembali. Padahal masing masing sudah memiliki buntut. Hahaha. " Kamu bahagia gak sih bisa ngedate sama aku?"tanya nya. Aku menoleh sambil tersenyum. Tangan ku asik mengupas kulit kacang yang saat itu menemani kami. Aku tak langsung menjawab. Tatapan ku arahkan ke langit. Dimana ribuan bintang terlihat jelas malam ini.Ku tarik nafas panjang. " Bahagia lah. Aku telah lama dalam kesendirian. Dan sekarang ada kamu di sisiku" jawabku. masih dengan tatapan yang sama. " Tapi, apalah arti kebahagian itu jika ternyata kamu sendiri tidak bahagia" lanjutku, kini tatapanku alihkan kepadanya seraya tersenyum. " Kamu tau darimana aku gak bahagia?" balasnya sambil menarik lembut jenggot ku. Ku raih jemari nya dan ku genggam erat. " Kamu tahu gak, jika aku sulit sekali untuk jatuh cinta. Tapi jika sudah cinta, aku tak ingin ada kata berpisah. Kecuali oleh maut." ku tatap serius wajahnya. Dia tersenyum. " Ya bagus lah. Berarti kamu tipikal lelaki setia dan tidak mudah mengobral cinta" sahut nya sambil membalas meremas jemariku. " Ya, aku seperti itu. Aku sama sekali tak ingin meninggalkan atau di tinggalkan oleh orang yang aku cintai. Karena di tinggal atau meninggalkan orang yang sudah kita sayang itu sungguh menyakitkan" timpal ku sambil memasukkan kacang kulit ke mulutku. " Lalu?" sahut nya. " Yang berlalu ya sudah biarkan berlalu. Tadinya aku tak ingin lagi ada nama yang spesial di hati ini. Biar sajalah kosong sampai akhir hayat ku. Tapi seketika itu berubah sejak aku bertemu dengan mu" aku menghela nafas dalam dalam. " I'm listening" ujarnya. " Ya, sepertinya sudah saatnya aku mengisi hatiku dengan nama mu" ujarku sambil menatap dalam dalam wajah mungil nya. Dia tersenyum. " Kamu yakin? aku cuma janda anak 2 yang ga cantik cantik amat. Apa yang membuat mu bisa yakin seperti itu denganku?" tukasnya perlahan. Aku pegang pundak nya lembut. Dia menundukkan pandangan nya. " Apa yang kamu rasakan, aku juga sama. Aku sama sekali tak ingin kehilangan sosok suami. Tapi takdir berkata lain. Aku harus kehilangan. Cukup lama aku merenungi, kenapa hal ini terjadi padaku? Kenapa ini harus aku alami?" matanya mulai berkaca kaca. Kembali dia melanjutkan perkataannya. " Banyak yang datang membawa cinta. Tapi mereka datang di saat yang tak tepat. Hatiku masih belum siap menerima kehadiran laki laki yang akan menggantikan posisi nya di hatiku. Hingga akhirnya aku bertemu dengan mu, mas" lanjutnya. " Oh ya? apakah ada yang istimewa denganku sehingga kamu mau dekat dengan ku?" tanya ku kemudian. Dia tersenyum. " Biasa aja sih. Cuma entah kenapa, aku merasa nyaman saat berkomunikasi atau saat bersamamu. Tadinya aku tak menghiraukan nya. Tapi semakin kesini, aku merasa ada yang kurang jika sehari saja tak berkomunikasi denganmu" jawabnya. Aku tersenyum. " So?" tanyaku kemudian. Sambil melemparkan senyum menggoda. Pipiku di cubit nya lembut. " Nikah yuk?" ucapnya kemudian. Aku tak langsung menjawab. Ku nyalakan sebatang rokok, lalu kuhisap dalam dalam. " Kamu sudah yakin betul dengan ku?" aku balik bertanya. Genggaman jemariku di lepaskannya. Tatapan nya di buang jauh ke depan. " Pernikahan itu sesuatu yang sakral. Harus di pikirkan betul betul. Karena kita menikah bukan untuk sebulan dua bulan. Atau setahun dua tahun. Ketika sudah menikah, jangan sampai ada kata berpisah. Kecuali oleh maut" tukasku. Kulihat wajahnya seketika berubah. Ku sentuh lembut pundak nya. " Jangan terjebak dengan rasa nyaman. Kita juga harus mengenal sifat baik dan buruk kita masing masing. Apakah hal itu bisa kita atasi dengan kesabaran dan rasa mengalah yang kita punya? ketahuilah, jika dunia rumah tangga itu tidak sepenuhnya manis seperti saat pacaran. Kita akan merasa nyaman saat bersama, itu karena kita bertemu sesekali. Sedangkan ketika kita sudah menjadi satu di dalam rumah tangga, kita akan selalu bertemu setiap hari" ujarku panjang. Dia menoleh ke arahku. Sambil tersenyum, dia mengusap dahi ku. " Wahai bapak Andri yang terhormat. Menikah itu adalah cara terbaik untuk menjalin yang terurai, menyatukan yang terpisah dan mendekatkan yang jauh. Kita sudah bukan muda lagi. Aku memiliki cerita dengan seseorang di masa laluku. Begitupun dirimu. Kalau menurutku, apa yang kamu khawatirkan itu terlalu lemah untuk sebuah alasan menunda. Ya kan?" jawaban yang cerdas. Gumamku dalam hati. " Ketika kita sudah sepakat bersatu dalam sebuah rumah tangga, maka di saat itu pulalah kita sudah siap dengan segala konsekuensi nya. Mau sampai kapan kita seperti ini? bagiku, kesempurnaan itu akan bisa kita raih jika kita mengikat janji suci dalam sebuah pernikahan" lanjutnya. Aku tak menjawab. Ku biarkan dia mengeluarkan argumentasi nya tentang sebuah pernikahan. Dan setelah beberapa menit tak lagi ada sambungan dari pernyataan nya, aku mulai bicara. " Yup, betul sekali. Tepat. Kamu benar. Berarti kamu sudah yakin ya ingin berkeluarga dengan ku?" dia mengagguk seraya tersenyum. " Tidak terlalu cepat kah?" tanyaku kemudian. Dia menggeleng. Masih dengan senyum manis nya. " Mau sampai kapan kamu hanya bisa melihat bibir ini bicara? apakah kamu tak ingin mengecupnya? pasti ingin kan? dan itu bisa kamu lakukan jika aku adalah istrimu" ujarnya. Aku tertawa kecil. " Memang kalau aku mau sekarang, kamu nolak?" goda ku. Dia menarik wajahnya ke belakang sambil memasang mimik wajah merasa aneh. Dia menggeleng beberapa kali. Aku tertawa. " Baiklah, besok aku akan menghadap orang tua mu" ujarku. Tangan nya di buka lebar seperti hendak memeluk. Aku memberikan kode dengan tangan tanda menolak. " Nanti saja, belom muhrim" ujarku sambil tertawa menggoda. Kami sama sama tertawa lepas. Inilah kami. Dua insan yang belum lama bertemu, tetapi rasa nyaman yang sama sama kami rasakan, membuat semuanya mengarah pada satu tujuan. Sebuah pernikahan. Dan melalui pernikahan itulah, kami berharap bisa saling menyempurnakan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD