Tuan CEO

801 Words
Victor Maverick, pria berusia 30 tahun itu baru saja kembali ke rumah, setelah seharian sibuk bekerja di kantor. Tidak ada waktu baginya untuk bersantai, bahkan di malam hari saja dia masih sibuk dengan tumpukan berkas yang ada di atas meja kerjanya. Ya, Victor suka sekali membawa pekerjaannya ke rumah. Membuat waktunya dengan sang istri sangat berkurang. Namun, sepertinya tidak menjadi masalah untuk saat ini, sebab keduanya benar-benar sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Jika Victor sibuk dengan urusannya di kantor, Alice—istri Victor justru sibuk dengan pekerjaannya sebagai seorang model. Nama Alice Blair memang sedang naik daun saat ini. Dia sering mendapatkan undangan untuk menghadiri sebuah acara dari brand-brand ternama. Biasanya undangan dalam negeri, namun juga lebih sering undangan ke luar negeri dan bertemu dengan para model luar. Atau jika beruntung, bisa bertemu dan mengobrol dengan para aktris ataupun aktor luar negeri yang turut diundang. Di usia pernikahannya yang sudah menginjak 2 tahun ini, Victor masih terlihat santai meskipun sang istri terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Victor selalu mendukung apapun yang menjadi keputusan Alice. Karena Victor tau, jika Alice begitu mencintai pekerjaannya. Bahkan menjadi model terkenal adalah impian Alice. Alice memang jarang di rumah, semenjak namanya melambung tinggi. Sering ke luar negeri untuk menghadiri event-event brand terkenal. Bohong jika Victor tidak bangga dengan pencapaian Alice. Dia sangat bangga sekali. Namun, meskipun begitu, tetap saja Victor adalah pria normal yang suka kesepian tiap kali sang istri tidak ada di rumah. Jadi, tak jarang jika dia sedang butuh pelampiasan, Victor pasti akan menghubungi Eric dan meminta disediakan perempuan yang istimewa untuknya. Victor ini termasuk orang yang sangat pemilih. Tidak main asal celap-celup begitu saja. Pun, dia tidak pernah mau melakukannya dengan orang yang sama. Selalu berbeda setiap dia memesan pada Eric. Pria itu menyandarkan punggungnya pada kepala ranjang, sembari melonggarkan dasi yang sudah mulai terasa mencekik lehernya saat ini. “Ck! Dia masih belum pulang juga?” Victor mendengus, begitu menyadari jika Alice belum pulang. Matanya lalu melirik ke arah ponselnya yang tergeletak di atas meja. Jam sudah menunjukkan hampir tengah malam, namun Alice tidak mengabarinya sama sekali. Victor mencoba untuk menghubungi sang istri, namun mendadak nomornya sedang tidak aktif. Victor jadi berpikir jika mungkin saja lokasi yang istrinya datangi itu, saat ini sedang tidak ada sinyal. Mengingat jika sang istri pagi tadi izin akan melakukan pemotretan di salah satu wilayah pelosok. Tapi, Victor tidak expect jika sampai tengah malam begini belum juga kembali. Victor mencoba untuk menghubungi manager Alice, tapi ternyata sama saja. Sama-sama tidak bisa dihubungi. “Sepertinya benar-benar susah sinyal di sana.” monolognya, lalu meletakkan ponselnya kembali ke atas meja nakas. Sama sekali tidak ada pikiran buruk mengenai sang istri. Sebegitu percayanya Victor pada Alice, sampai-sampai tidak pernah mencurigainya sama sekali. Victor kini memilih untuk pergi ke kamar mandi dan membersihkan diri. Pria itu menatap pantulan dirinya sendiri pada cermin yang ada di dalam kamar mandi tersebut. Salah satu alisnya terangkat, begitu menyadari jika bagian pundaknya terdapat luka, seperti bekas tusukan dari kuku seseorang. Belum lagi di bagian dadanya juga terdapat bekas cakaran. Ingatan Victor kembali melayang pada malam lalu, ketika dia mendapatkan perempuan yang masih gadis dari Eric. Wajah cantiknya yang begitu sayu kembali mengacak-acak pikiran Victor. Segalanya tentang perempuan polos itu membuat Victor penasaran. Terutama alasan mengapa perempuan itu rela memberikan kegadisannya hanya demi uang? Ini mungkin akan menjadi hal yang pertama kalinya Victor lakukan. Bahkan sebelumnya, dia tidak pernah tertarik untuk mengetahui apapun mengenai perempuan yang sudah dia tiduri. Baginya, hubungan itu hanya terjadi dalam semalam saja. Tapi yang ini membuatnya kepikiran. “Xenaa...” gumamnya, lalu tersenyum sembari memijat pangkal hidungnya. “Untuk pertama kalinya, aku kepikiran pada gadis yang sudah pernah aku tiduri. Dan anehnya, pada gadis itu, gadis polos itu.” Victor sampai geleng-geleng kepala karena hal ini. Dia pun tidak mengerti, mengapa bisa kepikiran gadis polos itu, di saat tak sengaja menemukan bekas cakarannya. Tapi Victor tidak berbohong, setiap mengingatnya, paras cantik Xena langsung muncul. Bahkan gilanya, ekspresi Xena saat dia nikmati tiba-tiba muncul juga yang mana membuat Victor semakin pusing. Padahal, menurutnya, ada yang jauh lebih nakal, menggoda dan berani dari Xena. Tapi anehnya, justru Victor kepikiran pada sosok Xena yang polos, tapi cukup menggairahkan. Ini memang salah, sebab Victor mendadak tertarik pada perempuan lain selain istrinya sendiri. Meskipun kelakuannya yang suka menyewa wanita untuk ditiduri pun sudah termasuk salah besar. Victor tau dengan konsekuensi yang akan dia dapatkan jika sampai sang istri mengetahui kelakuannya ini. Tapi mau bagaimana lagi? Victor sudah terlanjur terjun dan terjebak dalam kebiasaan buruk tersebut. “Hmm, Xena...” Dari senyuman yang mengembang di bibir pria itu, sudah dapat disimpulkan jika Victor pasti akan meminta Eric untuk membawa Xena padanya lagi malam ini. Untuk itu, Victor buru-buru membersihkan diri dan segera menghubungi Eric. Tuan CEO ini benar-benar tertarik pada Xena sepertinya. Gadis polos yang berhasil membuat pikirannya berantakan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD