Tawaran Menjadi Sugar Baby

1392 Words
Xena akhirnya bisa bernafas dengan lega, setelah berhasil melunasi beberapa hutang-hutangnya, hasil dari hubungan semalamnya dengan pria yang bernama Victor Maverick. Xena tidak hanya mendapatkan bayaran dari Eric, tapi dia juga mendapatkan tips lebih dari Victor. Namun, Xena tidak sempat mengucapkan terimakasih pada pria itu, sebab saat dia terbangun, Victor sudah tidak ada di sana. Xena sempat berpikir untuk menanyakan pria itu pada Eric, hanya saja dia urungkan, begitu mendengar dari Eric jika Victor tidak pernah mau melakukan hubungan intim dengan perempuan yang sama. Selalu berganti-ganti tiap pria itu memesan. Karena itulah, Xena menghempaskan pikirannya soal pria itu. Lagi pula, tidak ada untungnya bagi Xena. Bahkan dari awal pun, dia hanya ingin melakukan pekerjaan tersebut hanya satu kali saja. “Xena!” “Astaga Martha! Kau mengagetkan aku saja!” pekik Xena terkejut, sebab Martha tiba-tiba saja muncul dari belakang. “Untung aku tidak punya riwayat penyakit jantung, ish!” “Maaf, Xena. Lagi pula, ini juga bukan 100% salahku. Kau sejak tadi melamun terus aku perhatikan.” sahutnya. Lalu, Martha menyenggol pundak Xena pelan. “Kenapa? sedang memikirkan apa kau Xen?” “Tidak sedang memikirkan apa-apa, Martha.” jawab Xena seadanya, lalu menyingkir ke pojokan untuk menyandarkan punggungnya. “Oh ya, terimakasih untuk yang kemarin.” “Terimakasih untuk apa?” “Terimakasih karena sudah mengenalkan aku pada Eric. Berkat pekerjaan malam itu, aku bisa melunasi hutang-hutangku.” “Bagaimana rasanya mendapatkan uang sebanyak itu dalam semalam?” “Ya, senang. Apalagi selain dari kata senang?” jawab Xena jujur. Hanya orang bodoh saja yang tidak senang saat mendapatkan uang banyak hanya dalam waktu singkat. “Tapi sayangnya hanya numpang lewat saja. Sudah habis untuk membayar hutang.” “Kalau begitu, kenapa kau tidak melakukannya lagi saja Xen? Kau sudah punya nomor telepon Eric kan? Coba kau hubungi dia. Aku yakin sekali, dia pasti akan membantumu untuk mendapatkan pelanggan. Daripada nantinya kau terjerat hutang lagi? Sama saja kan jadinya?" “Martha, kau kan tau jika aku tidak—” “Iya aku tau." sela Martha dengan cepat. “Aku tau dan ingat apa perkataanmu malam itu Xena. Kau hanya mau melakukannya sekali saja kan?” tanyanya dan Xena mengangguk. Tatapan Martha lantas semakin serius saja saat ini, begitu mendapatkan anggukan dari Xena. “Tapi Xena, memangnya kau yakin jika setelah hutang-hutangmu yang sekarang lunas, bisa menjamin kedepannya kau tidak berhutang lagi?” Mendapatkan pertanyaan demikian dari Martha, jujur saja membuat Xena jadi kepikiran. Mungkin saat ini dia masih bisa tenang, karena hutang-hutangnya lunas. Pun biaya kuliah juga sudah terbayarkan kemarin. Tentu saja saat ini ia masih bisa tenang-tenang saja, tak memikirkan apapun. Tapi bulan depan, saat gajinya keluar, tentu dia akan dibuat pusing lagi. Xena kembali berpikir, apakah dia akan menjilat ludahnya sendiri sekarang? Tapi siapa juga sih yang mau hidup serba kekurangan begini? Di kala kebingungannya, ponsel milik Xena bergetar. Membuat gadis itu segera memeriksa, siapa yang baru saja mengirimkan pesan padanya. “Eric?” “Eric yang mengirim pesan?” tanya Martha, dan Xena mengangguk. “Apa katanya?” “Victor, pria yang tidur denganku malam itu katanya ingin bertemu.” “Tidak salah lagi Xen! Aku yakin pria itu tertarik padamu! Pegang omonganku, dia pasti menyukai pelayanan darimu.” Martha menyentuh pundak Xena, disaat gadis itu nampak gelisah saat ini. “Sudah, jawab saja jika kau bisa bertemu dengannya. Jangan pernah lewatkan kesempatan yang ada Xena. Mungkin saja, pria itu mau menawarkan sesuatu yang akan menguntungkan untukmu.” “Tapi Martha—” “Temui dulu, Xena. Atau mau aku temani nanti? Eric bilang pria itu mau bertemu denganmu di mana?” “Di club malam yang waktu itu.” “Oke! Aku temani.” +++ Martha benar-benar menemani Xena untuk bertemu dengan pria yang bernama Victor. Hanya saja, dia menunggu di bar bersama Eric, karena tidak mungkin dia menganggu pembicaraan di antara Xena dan Victor. Martha melirik ke arah Eric yang tampak sumringah sejak awal sampai sekarang. Jika bentukan Eric seperti itu, tentu saja dia yakin ada sesuatu yang menyenangkan. “Aku lihat-lihat kau sedang bahagia begitu ya? Dapat transferan berapa kau hari ini?” Eric mendekat, lalu berbisik pelan. “Banyak! Tapi jika temanmu menyetujui tawaran dari Victor.” “Memangnya, tawaran apa yang Victor berikan pada temanku? Ajakan bermalam lagi atau—” “Simpanan.” sela Eric dengan cepat. “Ya, anggap saja semacam sugar baby begitu, sama sepertimu.” “Kenapa tiba-tiba ingin menjadikan temanku sugar baby? Mereka bahkan baru satu kali bertemu kan?” Eric mengedikkan bahu, “ya tidak tau. Tapi aku sempat mengatakan pada Victor jika temanmu itu tidak akan melakukan ons lagi. Hanya cukup sekali, karena dia perlu uang cepat. Lalu ya sudah, Victor bilang ingin menawarkan hal itu pada temanmu. Kau tau, temanmu itu sangat beruntung. Jarang-jarang Victor mau dengan perempuan yang sudah dia tiduri. Biasanya cukup sekali saja.” Martha langsung terdiam begitu mendengarnya. Cukup mengagetkan sebenarnya, saat tau fakta bahwa Victor adalah orang yang dimaksud oleh Eric selama ini. Seseorang yang tidak pernah mau tidur dengan perempuan yang sama. Martha belum pernah bertemu dan bermalam dengan pria yang bernama Victor itu. Sebab Martha sudah lebih dulu mendapatkan tawaran yang sama agar bisa terlepas dari Eric. Ya inilah yang dia dapatkan sekarang, hanya menjadi simpanan dan cukup melayani satu orang. “Ngomong-ngomong, kau masih betah menjadi simpanannya David? Aku lihat-lihat, kau semakin berkilau saja. Dia pasti sangat memperlakukanmu dengan baik kan?” “Seperti yang kau lihat, Eric.” “Mengagumkan. Tapi apa skill mu dalam melayani masih biasa-biasa saja atau sudah—” “Jangan coba-coba meremehkan aku, Eric! Jika skill yang aku punya biasa-biasa saja, mana mungkin David masih betah dan justru semakin memanjakan aku di banding istrinya sendiri?” “Ya kan siapa tau—” “Butuh bukti?” sela Martha menantang. Eric membasahi bibir bawahnya begitu Martha menantang. Siapa yang mau menolaknya jika si perempuan sendiri yang mengajukan diri? “Ayo, buktikan padaku keahlianmu itu, Martha!” sahut Eric seraya tersenyum menggoda. Sementara itu, di sebuah ruangan VIP yang ada di dalam club malam tersebut, Xena masih dibuat bingung dan kaget. Pasalnya, pria yang baru dia temui dua kali ini, tiba-tiba saja menawarkan sesuatu yang bahkan di luar perkiraannya. Menjadi seorang sugar baby? “Aku tau kau masih berstatus mahasiswi di salah satu universitas swasta terkenal di kota ini. Semua orang juga tau jika biaya di kampus itu sangat mahal. Sementara kau hanya bekerja paruh waktu di sebuah cafe yang tidak terlalu besar. Kau yakin ingin menolak tawaranku?” “Dari mana kau tau jika aku—” “Apapun bisa aku cari tau, Xena. Bahkan dimana kau tinggal pun aku tau. Aku bisa saja langsung mendatangimu, tapi aku memilih agar Eric yang menghubungimu lebih dulu. Karena apa? Karena aku mau kau nyaman nanti saat bertemu denganku.” “Apa alasan yang membuatmu sampai ingin menjadikan aku sebagai sugar baby mu?” “Karena tertarik. Aku suka, apalagi aku adalah orang pertama yang menidurimu. Jadi, sudah pasti jika kau tidak terjamah orang lain selain aku. Karena itu, aku berpikir untuk menawarkan sesuatu yang bisa menguntungkan kita berdua. Aku mendapatkan kepuasan hasrat, sementara kau mendapatkan apapun yang kau inginkan. Uang, tempat tinggal, mobil, dan apapun yang kau inginkan. Asalkan kita sama-sama saling menguntungkan.” Victor menggeser tubuhnya sedikit lebih mendekat dengan Xena. “Coba kau pikirkan baik-baik, Xena. Kesempatan seperti ini tidak akan mungkin datang dua kali. Pekerjaanmu juga tidak susah. Cukup melayaniku sampai terpuaskan, dan kau bisa dapatkan apa yang kau inginkan. Kau tidak perlu memikirkan pengeluaran setiap bulannya. Kau tidak perlu bekerja di cafe, pun kau tidak akan lagi pusing memikirkan untuk pinjam uang kemana lagi nantinya. Memangnya kau tidak ingin tampil lebih cantik, ya meskipun kau sudah sangat cantik dan menarik. Kau mau apa? Perhiasan, tas dan pakaian dari brand terkenal bisa kau dapatkan, Xena. Aku bisa berikan semuanya.” Victor terus saja berusaha untuk mencuci pikiran Xena saat ini. Dia tersenyum, begitu Xena menatapnya. “Jangan lewatkan kesempatan yang ada, Xena.” Xena menelan ludahnya. Bingung. Tapi dia ingat dengan segala kemewahan yang Martha dapatkan dalam sekejap. Dia juga mau seperti itu. Tidak perlu susah-susah bekerja, dan tidak perlu bingung soal pengeluaran setiap bulannya. Semuanya terjamin. Tapi tak dapat dipungkiri jika konsekuensi yang akan Xena dapatkan juga berat. Hanya saja, Xena benar-benar sudah pasrah. Dia benar-benar ingin mendapatkan apapun yang dia inginkan. Martha saja bisa, kenapa dia tidak?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD