Episode 7 Bab 47

1794 Words
Manusia bisa saja gugur dan pergi dari dunia ini, tapi kenangan tidak akan pernah bisa hilang. Aileen ingat saat pertama kali dia bertemu dengan Ethan, dia pemuda yang baik dan juga ramah. Tatapan mata Ethan membuat Aileen sadar jika pertemuan mereka bukanlah sebuah kebetulan, namun sebuah takdir yang dirancang oleh semesta. Kadang, tidak semua pertemuan akan berakhir dengan kebahagiaan. Aileen tahu kalau dia mengenal Ethan dalam waktu yang singkat, namun.. Aileen percaya jika Ethan adalah sosok pemuda baik yang sangat menyenangkan. Dunia ini kehilangan satu sosok penting yang tidak pernah dianggap keberadaannya, tapi surga sedang menyambut kedatangan malaikat baru. Ethan akan bahagia di surga. Dunia ini tidak menerima kehadirannya, tapi surga akan bersukacita karena kedatangannya. Aileen mengusap air matanya dengan pelan. Kadang, sekalipun sudah berusaha untuk merelakan, hati kecil manusia tidak bisa memungkiri jika kehilangan akan tetap terasa menyedihkan. “Ethan, aku datang untuk yang pertama kalinya” Kata Adeline sambil tersenyum. Aileen tidak pernah menyangka jika Adeline juga berteman dengan Ethan mengingat jika pertemuan pertama mereka penuh dengan pertengkaran. Aileen tersenyum, dia mengusap bahu Adeline dengan pelan. Benar, kehilangan Ethan memang sangat menyedihkan, tapi mereka tidak boleh terus larut di dalam kesedihan. Tangisan mereka tidak akan mengubah apapun. Lagipula, sepertinya Ethan juga lebih bahagia saat ini. Saat dunia terlalu kejam untuk ditinggali, surga adalah satu-satunya tempat yang layak untuk dituju. “Kita harus segera kembali.. tidak baik terus duduk di tempat ini..” Kata Eros sambil mengulurkan tangannya. Tidak seperti pemakaman yang ada di kota, pemakaman di pemukiman ini berada di lereng bukit yang ada di balik laut. Beberapa kali Aileen mendengar suara deburan ombak yang menghantam karang. Tempat ini sedikit curam dengan kondisi tanah yang basah. Beberapa kali Aileen salah mengambil langkah sehingga sepatunya terperosok ke dalam lubang. Tapi, untunglah Eros memegang tangannya. Eros tidak membiarkan Aileen jatuh, pemuda itu terus menjaga langkahnya. “Aku tidak sanggup melewati jalan itu lagi.. apakah tidak ada jalan lain?” Tanya Adeline sambil bangkit berdiri. Aileen tersenyum sambil menggelengkan kepalanya dengan pelan. Sejak tadi Adeline terus mengatakan hal yang sama tapi dia tetap saja melangkahkan kakinya hingga tidak terasa mereka bisa sampai ke tempat ini. “Jangan mengeluh seperti itu, Adeline. Jalan ini tidak terlalu buruk. Bayangkan saja kamu sedang mendaki gunung” Kata Aileen sambil menggenggam tangan Adeline. “Ini tidak sama! Tempat ini terlalu mengerikan. Beberapa kali aku hampir terpeleset karena tanahnya basah” Kata Adeline. “Baiklah, ayo naik ke punggungku. Aku akan membawamu kembali ke pemukiman” Kata Eros sambil menundukkan tubuhnya di hadapan Adeline. Aileen menatap Eros dengan terkejut. Apakah pemuda itu sungguh-sungguh ingin menggendong Adeline hingga mereka sampai ke pemukiman? Jalan yang mereka lewati sedikit terjal, akan lebih sulit jika Eros membawa Adeline ke dalam gendongannya. “Tidak, bukan begitu maksudku..” Adeline merengek tidak enak. Sepertinya adiknya itu juga tidak bermaksud untuk meminta Eros menggendong dirinya. “Tidak masalah, jangan merasa tidak enak begitu. Aku bisa menggendongmu sampai ke pemukiman..” Kata Eros sambil tertawa pelan. Pemuda itu menepuk punggungnya dan tersenyum ke arah Adeline. Adeline menatap Aileen dengan pandangan kebingungan. Adeline tampak meminta pendapat Aileen. Aileen tersenyum lalu menganggukkan kepalanya. Eros memiliki niat baik, jadi tidak ada salahnya jika Adeline menerima bantuan Eros. “Aku harap aku tidak terlalu berat..” Kata Adeline sambil naik ke punggung Eros. Aileen tertawa pelan ketika dia mendengar kalimat yang dikatakan oleh Adeline. Sebenarnya Adeline memang tidak terlalu berat, tapi menggendong seseorang sambil melewati jalan yang curam tentu bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. “Kamu seringan kapas, Adeline!” Kata Eros sambil melangkahkan kakinya. Tangan Eros menggengam tangan Aileen dengan erat seakan dia juga sedang khawatir dengan langkah Aileen sata ini. Aileen tersenyum, dia berjalan di samping Eros dengan hati-hati. Bukan hanya memperhatikan Aileen, tapi Eros juga memperhatikan Adeline. “Jika kamu merasa lelah, aku bisa turun sejenak..” Kata Adeline sambil tertawa. “Tidak, jangan turun dari pinggungku atau Aileen akan meminta aku melakukan hal yang sama. Kurasa dia mulai iri padamu..” Kata Eros sambil menatap Aileen. Aileen tertawa lalu memukul bahu pemuda itu dengan pelan. Eros berusaha untuk membuat perjalanan mereka terasa lebih menyenangkan dengan tawa dan lelucon. Ya, Aileen tahu itu. “Jangan membuatnya cemburu, Eros! Dia sangat mengerikan saat marah” Kata Adeline. Adiknya itu menatap Aileen dengan pandangan mengejek dan lidah yang menjulur sejenak. Aileen tidak menyangka jika Eros dan Adeline bisa menjadi partner yang cocok untuk membuatnya merasa kesal. “Kamu sedang dalam bahaya kalau begitu..” Kata Eros. Aileen kembali tertawa. Untuk sejenak, Aileen melupakan semua duka yang baru saja menguasai hatinya ketika mengunjungi makam Ethan. Aileen juga melupakan semua masalah dan beban yang membelenggu hatinya setiap kali dia mengingat tentang kisah cintanya. Tawa Eros membuat Aileen merasa lebih baik. Rasanya seperti, tidak masalah jika besok mereka harus menghadapi badai dalam hubungan mereka, asalkan Aileen masih bisa melihat tawa Eros, maka semuanya akan baik-baik saja. Atau mungkin semuanya tidak baik-baik saja tapi Aileen dan Eros akan tetap bertahan. Dalam kisah ini, Aileen tidak mengharapkan banyak hal. Mungkin, suatu saat nanti mereka akan dipaksa untuk saling melepaskan, tapi untuk sejenak.. Aileen ingin menikmati kebersamaan mereka. Ingin merasakan kebahagiaan tanpa batas ketika dia mendengar suara tawa Eros. Karena sejatinya, dua manusia yang amat sangat saling mencintai akan menghadapi badai yang luarbiasa besar. *** “Ini makanan yang kalian dapatkan dari pemerintah?” Tanya Adeline sambil mengambil sepotong roti yang disediakan oleh Alfa, pemilik rumah yang ditinggali oleh Eros. Aileen pernah mendengar jika pemerintah memang sering membagikan makanan kepada orang tanpa kasta, tapi ini adalah kali pertama dia mencicipi makanan itu. “Kami diberi sekotak kue setiap pertengahan bulan. Tapi, sekotak kue tidak akan cukup dimakan selama satu bulan, bukan?” Tanya Eros sambil mengendikkan bahunya. Aileen menganggukkan kepalanya dengan pelan. Benar, sekotak kue tidak akan cukup untuk satu bulan. Aileen tersenyum sambil menundukkan kepalanya ketika Alfa kembali datang dengan dua gelas air putih. “Jangan merepotkan dirimu sendiri, Bibi. Aku dan adikku hanya ingin mampir untuk berkenalan saja..” Kata Aileen. “Kalian tamu istimewa Eros, jadi mana mungkin aku membiarkan kalian duduk tanpa air dan roti?” Tanya Alfa sambil tersenyum. Senyuman Alfa menunjukkan dengan jelas jika dia adalah seorang wanita yang baik. Iya, kata Eros, Alfa merawatnya sejak di masih bayi. Bukan hanya Eros saja, tapi ada beberapa anak lain yang juga dirawat oleh Alfa. Alfa tidak menikah, tapi dia jauh lebih baik dari orangtua yang merawat anak kandungnya sendiri. “Kalian nikmati saja roti ini. Kami tidak bisa memberikan apapun—” “Alfa, sudahlah.. mereka bukan orang yang seperti itu..” Kata Eros sambil merangkul bahu Alfa. Aileen menganggukkan kepalanya. Seharusnya Alfa tidak perlu serepot ini. Perempuan itu menyajikan roti yang hanya mereka dapatkan satu kotak setiap bulan. Seharusnya mereka menghemat roti ini. “Baiklah, aku akan kembali ke belakang kalau begitu. Jangan sungkan untuk memanggilku jika kalian membutuhkan sesuatu..” Kata Alfa sambil tersenyum. Setelah Alfa menghilang di balik pintu kayu yang tampak rapuh, barulah Aileen mengulurkan tangannya untuk mengambil sepotong kue yang disajikan di atas piring. Aileen tidak bisa menolak kue pemberian Alfa, Eros pasti akan tersinggung jika Aileen tidak menerimanya. “Kue ini tidak ada rasanya. Tidak manis dan juga tidak lembut. Apakah pemerintah sudah benar-benar gila? Bagaimana mungkin mereka memberikan kue seperti ini?!” Aileen menolehkan kepalanya sambil menggeleng dengan pelan ketika dia mendengar suara protes Adeline. Adiknya itu memang sulit mengendalikan ekspresi terkejutnya, dia sering kali berbicara dengan spontan tanpa memikirkan akibat dari kalimatnya. Astaga, bagaimana mungkin Adeline mengatakan itu? “Adeline..” “Tidak masalah, Aileen.. apa yang Adeline katakan memang sepenuhnya benar. Aku menyajikan roti ini untuk kalian karena aku ingin kalian melihat bagaimana sengsaranya hidup tanpa kasta. Tidak, aku tidak ingin dikasihani, aku ingin kalian sadar dengan kehidupan kalian dan mulai bersyukur karena kalian jauh lebih beruntung dari kami, manusia tanpa kasta..” Kata Eros sambil tersenyum. Aileen menghembuskan napasnya lalu memeluk bahu Eros. Kehidupan orang tanpa kasta memang sangat memprihatikan, mereka hidup tanpa uang dan layanan kesehatan. Makanan yang mereka dapatkan sangat terbatas, begitu juga dengan pakaian dan sepatu. Mereka tinggal di rumah yang sangat sederhana.. namun, mereka tetap bisa bersyukur meski keadaan mereka jauh dari kaya layak. Jika mereka saja bisa bersyukur, kenapa orang-orang yang hidup dengan kelimpahan seperti Aileen dan Adeline tidak bisa melakukan hal yang sama? “Andai saja dunia ini tidak dibagi menjadi tiga kasta, kita semua pasti bisa hidup dengan normal..” Kata Adeline dengan pelan. Aileen menganggukkan kepalanya. Iya, andai saja dunia ini tidak dibagi menjadi tiga kasta, keadaannya pasti akan berbeda. Aileen dan Eros tidak perlu menghadapi banyak rintangan untuk kisah mereka. Andai.. Anda saja.. Tapi, bukankah manusia hidup bukan hanya dari sebuah pengandaian? Seperti ini kenyataannya, mau seperti apapun, Aileen harus tetap menerima. “Aku juga sering memikirkan hal yang sama, Adeline.. tapi, tidak berguna jika kita hanya sibuk berandai-andai tanpa memikirkan kehidupan nyata. Beginilah adanya..” Kata Eros. *** Aileen memeluk Eros ketika mereka berada di atas jembatan. Adeline sudah lebih dulu masuk ke dalam taksi, sementara Aileen masih sibuk menghabiskan waktu bersama dengan Eros. Rasanya, waktu seharian yang mereka habiskan masih saja kurang. Aileen masih ingin bersama dengan Eros. Anda saja bisa, Aileen akan sering-sering mengajak Eros ke kota dan menghabiskan waktu untuk menatap gedung-gedung pencakar langit yang dipenuhi dengan lampu yang indah. Sayangnya, membawa Eros ke kota sama saja dengan mendekatkan pemuda itu dengan bahaya. “Ini sudah sore, segeralah pulang..” Kata Eros sambil mengusap rambut Aileen dengan lembut. Anda saja seluruh bagian dalam cerita hidupnya dipenuhi oleh kebersamaannya dengan Eros. “Aku tidak ingin pulang..” Kata Aileen dengan pelan. Aileen ingin tetap di sini, menikmati hembusan angin bersama dengan Eros. “Pulanglah.. besok kita bisa bertemu lagi..” Kata Eros sambil melepaskan pelukan mereka. Aileen akhirnya memilih untuk menganggukkan kepalanya dan mulai berjalan menuju taksi. Malam ini mereka akan kembali berpisah untuk pulang ke dunia masing-masing. Ya, semua orang menganggap jika manusia memiliki dunia yang berbeda berdasarkan kasta mereka. Namun, Aileen tidak ingin berpikir demikian. Mereka berada di atas bumi yang sama, menghidup udara yang sama, itu artinya mereka berada di dunia yang sama. “Aku baru tahu jika menghabiskan waktu bersama dengan Eros adalah hal yang cukup menyenangkan. Pantas saja kamu selalu ingin bertemu dengannya..” Kata Adeline sambil menatap layar ponselnya. Aileen tersenyum lalu menganggukkan kepalanya dengan pelan. Menghabiskan waktu bersama dengan Eros adalah hal yang paling menyenangkan. “Jangan iri kepadaku. Kamu baru saja mendapatkan patah hati pertamamu. Orang yang patah hati sering kali merasa iri dengan kebahagiaan orang lain..” Kata Aileen sambil tertawa. “Iya, aku memang merasa iri kepadamu. Ternyata kebahagiaan bukan hanya tentang uang dan kekuasaan. Aku baru menyadari jika kamu terlihat sangat bahagia sejak mengenal Eros” Kata Adeline. Aileen menganggukkan kepalanya lagi. Apa yang dikatakan oleh Adeline sepenuhnya benar. Eros membawa kebahagiaan di dalam kehidupan Aileen yang membosankan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD