Episode 6 Bab 42

1897 Words
“Kamu benar-benar gila, Aileen.. bagaimana mungkin kamu berani berbicara seperti itu kepada Papa? Apakah kamu kehilangan akal?” Tanya Adeline. Aileen memejamkan matanya. Aileen tidak peduli dengan apa yang dia katakan kepada ayahnya, Aileen sedang memikirkan keadaan Eros. Malam ini, apakah pria itu bisa tidur dengan tenang setelah dia kehilangan sahabatnya? Apakah Eros sudah makan? Sudah beristirahat? Tidak, Aileen tahu kalau Eros pasti tidak makan apapun sejak kemarin. Seseorang yang kehilangan sahabatnya adalah orang yang paling berduka. Kesedihan yang Eros rasakan tidak akan bisa dimengerti oleh orang lain. “Jangan melakukan itu lagi, Aileen..” Kata Adeline. Aileen tetap terdiam. Dia tidak ingin mengatakan apapun saat ini. Aileen membaringkan tubuhnya, menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. Aileen tidak tahu harus melakukan apa. “Aku mungkin akan menemui Eros dalam waktu dekat ini..” Kata Aileen dengan pelan. Aileen menyesal karena tadi pagi dia tidak menemui Eros. Aileen merasa ketakutan, dia juga sangat terkejut dengan kematian Ethan. “Kamu ingin membahayakan dia? Ethan sudah meninggal, jangan melakukan sesuatu yang akan kamu sesali di kemudian hari..” Kata Adeline. Aileen menganggukkan kepalanya. Aileen sadar jika ayahnya tidak akan pernah berubah. Setelah perdebatan yang terjadi tadi pagi, ayahnya tetap tidak akan mengubah prinsipnya. Sejujurnya Aileen juga tahu kalau keributan yang dia buat tidak akan berpengaruh pada apapun. “Setidaknya aku ingin mengucapkan selamat tinggal kepada Eros. Perpisahan tanpa ucapan selamat tinggal adalah hal yang sangat menyakitkan..” Kata Aileen dengan pelan. “Perpisahan akan tetap menyakitkan sekalipun kamu sudah mengatakan selamat tingal..” Kata Adeline. Aileen tersenyum lalu menganggukkan kepalanya. Adiknya itu tampaknya lebih mengerti dengan keadaan ini dibandingkan Aileen sendiri. “Aku dengar kamu baru saja membuat keributan..” Kata Aruna yang secara tiba-tiba masuk ke dalam kamar Aileen. Aileen menghembuskan napasnya dengan pelan. Dia menatap Aruna yang langsung masuk dan duduk di atas kursi meja riasnya. Apa yang ingin dilakukan oleh Aruna? Kenapa dia datang ke sini? “Keluar dari kamarku..” Kata Aileen dengan pelan. Aileen masih memejamkan matanya, dia tidak ingin melihat wajah Aruna yang sangat menyebalkan. Ada banyak sekali kekacauan yang terjadi hari ini. Aileen tidak ingin menambah masalahnya lagi. “Katakan kepadaku, apakah kamu senang dengan semua ini? Kudengar, bukan kekasihmu yang mati mengenaskan..” Kata Aruna. Aileen tersenyum lalu menatap Aruna dengan sinis. Apa yang diinginkan oleh Kakaknya? Kenapa dia sangat suka mengganggu orang lain? Aileen tidak sedang dalam keadaan yang baik untuk bermain-main dengan kakaknya itu. “Adeline tolong seret perempuan itu keluar dari kamarku lalu kunci pintunya. Aku tidak ingin melihatnya di sini..” Kata Aileen sambil menatap Aruna yang tampak tersenyum mengejek. Aileen tidak pernah mengira jika akhirnya topeng keluarga ini mulai terlepas satu per satu. Aileen baru tahu kalau Aruna memiliki bakat membunuh dari ayah mereka. Pantas saja Aruna berani mendorong Aileen, ternyata darah yang mengalir di dalam tubuhnya adalah darah seorang pembunuh. “Aku sempat menemui kekasihmu, tampaknya dia sangat mencintamu.. kalian terlihat serasi..” Kata Aruna. Aileen mengernyitkan dahinya. Kapan Aruna menemui Eros? Oh Tuhan, apakah terjadi sesuatu yang buruk pada Eros? Aileen langsung bangkit dari posisi berbaring. Dia menatap Aruna dengan pandangan sengit. Apakah kakaknya itu ingin membuat masalah lagi? Apakah tidak bosan dengan semua masalah yang ada? “Jangan menyentuhnya!” Kata Aileen dengan cepat. “Tidak, aku tidak suka menyentuh orang tanpa kasta. Mereka sangat menjijikkan.. tapi, Aileen.. bisa aku akui jika seleramu memang cukup baik. Eros pemuda yang tampan walaupun dia tidak pernah melakukan perawatan apapun..” Kata Aruna sambil tertawa pelan. Aileen menyipitkan matanya. Apa yang sedang dikatakan oleh Aruna? “Apa yang kamu inginkan?” Tanya Aileen dengan pelan. “Kamu sungguh ingin tahu apa yang aku inginkan?” Taya Aruna sambil tersenyum. Aileen mendengus pelan. Ah, seharusnya Aileen tidak perlu bertanya apapun kepada Aruna. Perempuan itu tidak pernah bisa diajak bicara serius, dia sangat menyebalkan dan juga licik. Aileen tidak boleh masuk ke dalam perangkapnya. “Aku sudah pernah melihat Eros dan Ethan. Papa sudah membunuh Ethan sehingga sekarang hanya tersisa Eros seorang. Kamu tentu tahu apa saja yang bisa aku lakukan kepada kekasihmu itu..” Kata Aruna. Aileen mengepalkan kedua tangannya. Apa-apaan ini? Kenapa semua orang mencoba untuk mengancamnya? “Apa yang kamu inginkan? Aku tidak ingin terlalu lama berbicara denganmu, Kakak..” Kata Aileen dengan cepat. Aileen mengusap air matanya yang menetes begitu saja. Tidak, ini bukan saat yang tepat untuk berduka dan menangis. Aileen harus tetap tangguh ketika dia menghadapi Kakaknya. “Ini sebuah kesepatan yang tentu akan menguntungkan dirimu. Apakah kamu tertarik?” Tanya Aruna. “Aku bahkan tidak tertarik untuk bicara denganmu, Kakak..” Kata Aileen dengan tenang. Aruna tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. Kakaknya itu tahu kalau semua orang merasa tidak nyaman dengan tingkahnya, tapi dia tetap saja berbuat semaunya. Sampai kapan Aruna seperti ini? “Begini, bagaimana kalau aku menawaran sebuah perlindungan kepadamu?” “Aku tidak butuh perlindungan dari orang seperti Kakak..” Kata Aileen dengan tenang. “Kamu bisa bertemu dengan Eros, dia mendapatkan pemuda itu. Tapi, sebagai gantinya, berikan Keizaro kepadaku..” Kata Aruna. Aileen menarik napasnya dengan pelan. Apakah Aruana sudah gila? Dia pikir dia sedang membuat kesepakatan untuk pertukaran barang? Tidak, Aileen tidak ingin melibatkan Keizaro dalam hal ini. Sahabatnya itu sudah pergi ke luar negeri, ada baiknya jika dia menetap di sana agar tidak perlu berurusan dengan Aruna yang licik. “Pergilah dari sini, Aruna. Kamu sangat menyebalkan..” Kata Adeline sambil menarik Aruna keluar dari kamar Aileen. Seharusnya Adeline melakukan itu sejak tadi. *** Hari demi hari berlalu dengan sangat lambat. Kadang, semesta memang sengaja menyiksa manusia yang sedang berduka. Seharusnya, saat sedang manusia sedang bersedih, waktu bisa berjalan lebih cepat. Aileen sering memikirkan bagaimana jadinya jika teknologi penjelajah waktu ditemukan. Mungkin, Aileen akan melakukan apa saja untuk memutar waktunya ke masa depan. Tidak, Aileen tidak ingin kembali ke masa lalu. Sesuatu yang sudah terlanjut terjadi tidak bisa diperbaiki, tapi Aileen tentu bisa memperbaiki masa depannya. Aileen hanya ingin melompati waktu dimana dia harus menangis sepanjang malam karena merasa sesak yang luar biasanya. Aileen ingin melewati saat-saat dimana dia merasa sangat tersiksa karena harus menahan kerinduan. Aileen mengatakan kepada Adeline jika dia ingin menemui Eros dalam waktu dekat untuk mengatakan perpisahan kepada pemuda itu. tapi hingga satu bulan berlalu, Aileen masih belum sanggup menemui pemuda itu. “Ada apa ini, Aileen? Kamu tidak makan dengan benar, tidak istirahat dan tidur dengan baik, juga tidak datang ke yayasanmu. Apa yang sebenarnya terjadi? Kamu terlihat seperti orang berduka, tapi aku tidak tahu apapun..” Kata Keizaro yang pagi ini datang ke kamar Aileen. Aileen menghembuskan napasnya dengan pelan. Dia mencoba untuk tersenyum di hadapan sahabatnya, tapi nyatanya.. Aileen tidak mampu melakukannya. Aileen tersenyum, tapi itu adalah senyuman palsu. Aileen menatap Keizaro yang sedang duduk di depannya. Pemuda ini sedang sibuk dengan kehidupan barunya di luar negeri. Dia membangun kerajaan bisnisnya sendiri tanpa bantuan orang tuanya. Keizaro mencari banyak rekan kerja yang berpengaruh di dunia bisnis. Iya, sahabatnya itu berevolusi dari seorang pemuda hebat menjadi pemuda yang luar biasa hebat. “Aku sangat merindukanmu..” Kata Aileen sambil memeluk Keizaro. Mata Aileen kembali memanas. Satu bulan terakhir Aileen habiskan dengan mengurung dirinya di dalam kamar. Para pelayan akan datang di jam makan dan mengirimkan Aileen berbagai jenis makanan, tapi Aileen jarang menyentuh makanan itu. Aileen membiarkan pelayan itu datang untuk mengambilnya kembali. Aileen tidak pergi ke yayasan, dia juga tidak mau bertemu dan berbicara dengan siapapun. Beberapa kali ayahnya sempat datang dan memaksa untuk masuk, tapi menolak kehadiran ayahnya. Aileen kembali menangis tanpa henti ketika dia melihat ayahnya. Pada akhirnya, semua orang menyerah dan mengikuti kemauan Aileen. Mereka membiarkan Aileen menikmati kesendiriannya di dalam kamar ini. Aileen menangis sepanjang hari, dia terjaga sepajang malam, tubuhnya semakin kurus karena dia jarang menyentuh makanan. Semua itu Aileen lakukan tanpa alasan yang jelas. Dia merasa bersalah kepada Ethan, kepada Eros, dan kepada dirinya sendiri. Satu-satunya hukuman yang pantas untuk Aileen terima adalah menyiksa dirinya sendiri. “Ada apa, Aileen? Kamu tidak menjawab teleponku, semua orang tidak memiliki jawaban ketika aku bertanya tentang keadaanmu. Ada apa sebenarnya?” Tanya Keizaro sambil mengusap punggung Aileen. Pemuda yang sedang memeluknya ini adalah sahabt terbaiknya. Aileen mengenal Keizaro hampir seumur hidupnya, sama seperti Eros dan Ethan. Aileen tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika dia harus kehilangan Keizaro. “Tidak!” Kata Aileen sambil menutup matanya. “Ada apa?” Tanya Keizaro. Aileen menggelengkan kepalanya. Satu bayangan buruk tiba-tiba masuk ke dalam pikirannya. Tidak, Aileen tidak ingin memikirkan sesuatu yang buruk. “Keizaro, apakah tempat tinggalmu aman? Apakah kamu mendapatkan pengamanan ketat di sana?” Tanya Aileen dengan cepat. “Ada apa, Aileen?” Tanya Keizaro. Aileen kembali menggelengkan kepalanya. Tidak, Keizaro bukan orang biasanya. Tidak akan ada yang bisa menyakiti sahabatnya ini. Aileen tidak perlu khawatir, dia tidak akan mengalami duka yang sedang dialami oleh Eros. “Apakah ini berhubungan dengan Eros? Orang tanpa kasta yang saat itu aku temui di rumah sakit?” Tanya Keizaro. Aileen menggelengkan kepalanya dengan pelan. Aileen sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak membawa Keizaro masuk ke dalam masalahnya. Kali ini Aileen ingin menghadapi semuanya sendiri. “Jika bukan dia, lalu siapa? Siapa yang membuatmu jadi seperti ini? Kamu bukan orang yang akan murung tanpa alasan, Aileen. Aku sangat mengenalmu..” Kata Keizaro. Aileen menatap sahabatnya lalu kembali memeluk pemuda itu. Untuk sesaat Aileen kembali mengingat kalimat yang Aruna katakan satu bulan yang lalu. Kesepakatan untuk menukar Keizaro dengan Eros. “Keizaro, setelah ini segeralah kembali. Jangan mendekatiku ataupun keluargaku. Kami adalah orang yang sedang memiliki banyak masalah, jangan masuk ke dalam masalah keluargku..” Kata Aileen dengan pelan. “Tidak, selama ini aku selalu bersamamu. Aku selalu tahu apapun yang terjadi padamu. Kenapa sekarang tidak? Apakah ini adalah hukuman karena aku meninggalkanmu?” Tanya Keizaro. “Anggap saja begitu..” Kata Aileen. “Aileen, ada apa denganmu?” Tanya Keizaro. Aileen menggelengkan kepalanya dengan pelan. Tidak ada yang pantas untuk Aileen lakukan selain duduk di dalam kamar ini dan merenungi kesedihannya. Aileen harus menghukum dirinya sendiri untuk kesalahan fatal yang telah dia lakukan. “Apa yang kamu inginkan? Aku akan mengabulkan semua permintaanmu, tapi setelah itu kembalilah ke luar negeri. Jangan datang ke sini jika aku tidak memintamu untuk datang..” Kata Aileen sambil menatap Keizaro. “Keluarlah dari kamar ini. Orang tuamu terus menangis sejak aku datang ke sini. Aku tidak pernah melihat Paman bersedih seperti ini, begitu juga dengan Bibi. Adeline juga sedang menunggumu di luar. Aku mohon, jangan hidup seperti ini. keluarlah dari kamarmu dan jalani hidupmu seperti sedia kala. Aku akan memastikan jika kamu akan mendapatkan apapun yang kamu inginkan..” Kata Keizaro. Aileen menganggukkan kepalanya dengan pelan. Jika keluar dari kamar ini bisa membuat Keizaro kembali, maka Aileen akan melakukannya. Aileen akan menunjukkan jika dia sudah baik-baik saja sekalipun hatinya masih hancur. Aileen akan tersenyum tapi matanya tidak akan pernah bahagia. Aileen akan membuat semua orang tersiksa dengan keadaan ini.. membuat mereka sadar jika sekarang mata dan hati Aileen hanya tertuju pada Eros. Ketika mereka menyikiti hati Eros, mereka juga sedang menyakiti Aileen. “Baiklah, ayo kita keluar..” Kata Aileen sambil bangkit berdiri. Hari ini, setelah sekian lama mengurung dirinya di dalam kamar, Ailen akhirnya melangkahkan kakinya keluar. Aileen menatap kedua orang tuanya yang langsung tersenyum sambil memeluknya, begitu juga dengan Adeline. Aileen membalas pelukan mereka, tapi seperti apa yang dia katakan sejak tadi.. Aileen akan tersenyum, tapi matanya akan memancarkan duka yang mendalam. Semua orang harus siap tersiksa dengan tatapan itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD