Episode 1 Bab 1

2071 Words
Dua tahun yang lalu... “Selamat pagi semuanya..” Sapa Aileen ketika dia sampai di meja makan. Sama seperti biasanya, ketika Aileen sudah bergabung, di meja makan pasti sudah ada ayahnya dan juga Adelia yang tampak sudah siap untuk sarapan. “Selamat pagi, Aileen” Jawab ayahnya tanpa menatap ke arah Aileen. Ah, iya.. di pagi hari seperti ini ayahnya pasti sangat sibuk untuk membaca berbagai macam informasi terbaru mengenai keadaan dunia. Di ponsel transparan milik ayahnya itu pasti sudah tersaji sebuah berita yang lebih penting dibandingkan dengan putrinya yang sekarang duduk di sampingnya. Astaga, Aileen tidak pernah bisa menahan rasa kesalnya setiap kali eksistensinya disaingi oleh pekerjaan ayahnya. “Bagaimana dengan sekolahmu, Adeline?” Tanya Aileen sambil menatap adiknya yang tampak sibuk memilih buah untuk dia makan. “Sama seperti biasanya. Sangat membosankan.” Jawab Adeline dengan ekspresi bosan. Adiknya itu memang tidak terlalu cocok dengan dunia pendidikan. Meskipun begitu, Adeline tetap harus menyelesaikan sekolahnya, bukan? Kadang, di dunia ini memang ada beberapa aturan yang sulit untuk dimengerti. “Jangan berbicara seperti itu, Adeline. Kamu harus bersekolah dengan baik, jangan bermain-main karena Papa tidak akan menyukai hal itu” Ketika mendengar apa yang dikatakan oleh ayahnya, satu-satunya hal yang bisa Aileen dan Adeline lakukan adalah memutar mata mereka secara bersamaan. Ya, seperti inilah pagi mereka dimulai. “Selamat pagi semuanya..” Ketika keadaan semakin tidak bisa dikendalikan, saat itulah ibunya datang. Ah, Aileen benar-benar beruntung karena pagi ini dia terbebas dari omelan ayahnya yang mungkin akan mengacaukan harinya. “Aruna belum datang?” Tanya ibunya. Sejujurnya, setiap pagi mereka memang selalu melewati semua ini. Ya, begitulah.. semua orang akan berkumpul di meja makan sambil menunggu Aruna yang entah kapan akan datang ke sini. Oh ya, Aruna adalah kakaknya Aileen. Sebenarnya Aileen juga tidak terlalu dekat dengan Aruna, tapi mereka tetap saudara, bukan? Jujur saja, ada beberapa hal yang terjadi sehingga membuat Aileen tidak bisa dekat dan akrab dengan kakaknya itu. Sudahlah, Aileen tidak ingin merusak harinya dengan membicarakan hal-hal mengenai Aruna. “Baiklah, Mama akan menjemputnya lagi..” Kata Ibunya dengan santai. Seperti itulah, Aruna memang selalu berlebihan dalam bersiap sehingga kadang dia tidak sadar jika di rumah ini ada sebuah peraturan dimana semua orang tidak akan bisa makan jika seluruh anggota keluarga belum berkumpul. “Coba tebak, hari ini Aruna akan menggunakan pakaian apa?” Aileen menolehkan kepalanya ke arah Adeline yang tampak menatap ke arah tangga dengan pandangan mengejek. Astaga, Adeline ternyata sama saja dengan Aileen. Mereka berdua sering kali membicarakan Aruna di belakang kakak mereka.  “Adeline, sudah berapa kali Papa mengatakan ini kepadamu?” Baik Adeline maupun Aileen jadi menatap ke arah ayah mereka dengan pandangan kebingungan. “Apa?” Tanya Adeline. “Jangan membicarakan orang lain di belakangmu. Lalu, Aruna adalah Kakakmu. Panggil dia ‘Kakak’. Apakah kamu mengerti?” Aileen rasanya ingin tertawa ketika melihat raut masam di wajah adiknya. Adeline sangat suka memberontak. Adiknya itu sering kali sulit untuk diatur. “Semua orang di sekolahku tidak ada yang memanggil seperti itu. Papa, kita hidup di zaman modern. Jangan terlalu kuno..” Kata Adeline. “Adeline!” “Baiklah..” Aileen benar-benar tidak bisa menahan tawanya. Astaga, sekalipun dia harus kembali merasa kesal karena Aruna tidak kunjung datang, setidaknya drama yang dibuat oleh Adeline sedikit memperbaiki keadaan hatinya. “Ayo kita makan” Tanpa Aileen sadari, Aruna akhirnya datang dan duduk di depannya. Kakaknya itu memang sering kali membuat semua orang sebal akan tingkahnya. Astaga, kapan Kakaknya menikah dan meninggalkan rumah ini? Siapa tahu dia akan menikah dengan kasta kedua dan akhirnya akan menjadi Syntorium. Ah, itu akan menjadi hari yang paling menyenangkan bagi Aileen dan Adeline. Jujur saja Aileen tidak akan mungkin sebal dengan Aruna tanpa alasan. Aruna memang sering kali melakukan sesuatu yang memancing emosi orang lain. Seperti saat ini, tanpa mengucapkan maaf karena dia telah terlambat datang, Aruna langsung duduk dan makan seakan tidak terjadi apapun di sini. “Aileen, aku akan sekolah dengan mobilmu saja, ya? Apakah hari ini kamu sibuk?” Tanya Adeline. Aileen mengernyitkan dahinya ketika adiknya itu tampak tetap keras kepala padahal baru saja ditegur oleh ayah mereka. “Adeline, kenapa memanggil Kakakmu seperti itu?” Tanya Ibunya. “Mama, aku tidak bisa mengatakan itu. Rasanya sangat menggelikan..” Protes Adeline. “Adeline!” Ayahnya kembali memperingatkan Adeline. “Baiklah-baiklah. Kak Aileen, aku sekolah dengan mobilmu saja, ya? Apakah kamu bisa mengantarku dulu ke sekolah?” Tanya Adeline dengan tatapan memohon. Aileen mengernyitkan dahinya. Bukankah biasanya Adeline berangkat dengan Aruna karena tempat kerja Aruna sejalan dengan sekolah Adeline? Oh ya ampun, apa lagi yang ingin dilakukan oleh Adeline? “Kenapa tidak berangkat denganku saja, Adeline?” Tanya Aruna. Aileen hanya diam saja ketika Adeline terus menatapnya dengan tatapan penuh permohonan. Sebenarnya Aileen juga tidak masalah jika dia harus mengantar Adeline lebih dulu, tapi ini tidak biasa terjadi. “Hari ini aku ingin berangkat dengan Kak Aileen. Apakah tidak boleh?” Tanya Adeline dengan pelan. Adiknya itu menatap ke arah ayah mereka seakan dia ingin meminta bantuan. Astaga, Adeline memang selalu bertingkah tidak jelas. “Sudah, biarkan saja dia berangkat denganku, Kak Aruna. Aku yang akan mengantarnya hari ini..” Kata Aileen pada akhirnya. Aileen melihat jika Aruna tampak tidak suka dengan kalimatnya. Oh, Kakaknya itu memang selalu membenci semua hal yang dilakukan atau diucapkan oleh Aileen. Sudahlah, itu hal yang sudah biasa. “Papa, kapan aku mendapatkan mobil sendiri? Aku juga ingin berangkat naik mobil sendiri.. memangnya Papa tidak bisa memberikan aku surat izin mengemudi sekalipun usiaku belum cukup?” Tanya Adeline. Aileen tidak tahu lagi kenapa dia bisa mendapatkan seorang adik seperti Adeline. Sebenarnya Aileen sangat suka setiap kali Adeline bertingkah aneh seperti ini, tapi kadang Aileen juga kebingungan sendiri jika dia mulai terpojok dengan pertanyaan yang diajukan oleh Adeline. “Adeline, sekalipun Papa seorang Elysium, itu tidak membuat Papa bisa memiliki kuasa untuk melanggar peraturan. Sudahlah, jangan banyak bicara..” Kata ayahnya. Aileen menghembuskan napasnya dengan pelan. Aileen ingat dengan jelas akan apa yang terjadi padanya ketika hari pengujian dalam membuat surat izin mengemudi. Saat itu Aileen masih baru berusia 20 tahun, itu adalah tahun pertama dimana Aileen diizinkan untuk mencoba membuat surat izin mengemudi. Saat itu Aileen menabrakkan mobil terbang yang dia kemudikan. Ya, hingga hari ini Aileen masih tidak bisa mengemudikan mobilnya sendiri. Aileen harus munggu tahun depan dimana akan kembali diadakan seleksi untuk mendapatkan surat izin mengemudi. Padahal tahun ini usianya sudah 25 tahun. sudah 5 kali Aileen mencoba untuk melakukan seleksi, tapi dia tetap gagal. Ah, andai saja seleksi dilakukan setiap bulan, bukan setiap tahun seperti ini. “Ini sangat menyebalkan. Kak Aileen, apakah kamu belum mendapatkan surat izin mengemudi?” Tanya Adeline. Sejujurnya Adeline dan semua orang yang ada di ruangan ini juga sudah tahu jika Aileen belum mendapatkan surat izin mengemudi padahal ini tahun ini akan menjadi tahun yang kelima dia mencoba. Ah, adiknya itu hanya mencoba untuk membuatnya kesal. “Jika aku mendapatkan surat izin mengemudi, sudah pasti aku akan membeli mobil yang baru” Jawab Aileen dengan santai. “Oh, Aileen. Bagaimana acara amal yang akan kamu selenggarakan? Apakah kamu sudah menemukan orang yang bersedia menjadi donatur?” Tanya Ibunya. Aileen menggelengkan kepalanya dengan pelan. Sejujurnya Aileen juga belum mencoba untuk mencari. Aileen memiliki jadwal yang cukup padat selama beberapa minggu ini sehingga dia lupa jika dia belum menemukan donatur untuk acara amal yang akan dia lakukan. Ah, ternyata semua yang Aileen impikan tidak semudah yang dia bayangkan. Aileen sudah melakukan banyak hal tapi semuanya terasa masih tidak cukup. “Ada satu pengusaha terkenal yang dulu menjadi donatur Mama ketika Mama masih muda. Saat ini perusahaannya dipegang oleh anaknya. Mereka juga dari kasta pertama. Jika kamu ingin menghubunginya, Mama akan memberikan nomor ponselnya” Kata ibunya. Aileen menghembuskan napasnya dengan pelan. Sejujurnya, dalam acara ini Aileen tidak ingin mendapatkan batuan dari siapapun. Aileen ingin berusaha dengan kekuatannya sendiri. “Ma, jika ingin bergabung dengan kegiatan amal yang aku dirikan, sebenarnya kasta tidak terlalu penting. Aku tidak peduli apakah mereka dari kasta pertama, kedua atau ketiga. Jika mereka ingin ikut beramal, tentu saja aku akan menerima mereka” Kata Aileen dengan pelan. Sejujurnya dunia ini memang terasa semakin tidak masuk akal. Entah berapa puluh tahun yang lalu, tapi menurut cerita dari orang tuanya, saat itu dunia sedang kacau karena meletusnya perang yang besar. Untuk mengatasi kekacauan itu, pada petinggi dunia akhirnya memutuskan untuk membagi kehidupan mereka menjadi tiga kasta yang berbeda. Ketiga kasta itu saling melengkapi satu sama lain sehingga semua keributan akhirnya menemukan solusinya. “Aileen, sudah berapa kali Papa mengatakan padamu jika kamu harus mulai memikirkan kehidupanmu sendiri? Jangan terlalu peduli dengan orang tanpa kasta, mereka bisa saja semakin besar kepala ketika kamu membantu mereka. Mereka itu orang jalanan, kamu tidak tahu bagaimana kekuatan mereka” Kata ayahnya. Aileen menghembuskan napasnya dengan pelan. Kenapa masih ada orang yang berpikir seperti itu? Bukankah seharusnya mereka banyak mengucapkan syukur karena saat ini kehidupan mereka jauh lebih baik dibandingkan dengan orang-orang yang hidup di kolong jembatan? Setiap kali melihat orang tanpa kasta, Aileen selalu merasa jika hidupnya begitu beruntung. Ya, oleh karena itu Aileen merasa jika dia harus banyak membantu orang lain yang memang tidak seberuntung dirinya. “Selama ini Papa tidak pernah melarangmu untuk mendekati mereka. Ingat baik-baik, Aileen.. kita berasal dari kasta pertama. Papa seorang Elysium. Kehidupan ini dilihat oleh semua orang di dunia ini jadi jangan macam-macam. Tetap perhatikan setiap perbedaan yang ada. Dunia ini dibagi menjadi tiga kasta, jadi jangan abaikan itu” Kata Ayahnya. Ya, sama seperti peringatan yang sebelumnya. Aileen sebenarnya memang harus menerima keadaannya. Ah, Aileen pikir, dengan mendengarkan drama yang dibuat oleh Adeline, hari Aileen akan baik, ternyata tidak. Saat ini keadaan hati Aileen benar-benar kacau. “Tentu saja, aku akan selalu mengingat pesan Papa” Jawab Aileen sambil tetap mencoba tersenyum. “Kamu sering sekali melanggar peraturan, Aileen. Terakhir kali aku dengar kamu berkomunikasi langsung dengan orang tanpa kasta” Kata Aruna. Oh Tuhan, apa yang sedang ingin dilakukan oleh Aruna? Kenapa dia harus membeberkan rahasia itu di saat mereka sedang sarapan seperti ini? Sejujurnya Aileen juga menyadari kesalahan yang dia lakukan. Peraturan tetaplah sebuah peraturan. Di dunia ini, seorang keluarga Elysium seperti dirinya sangat tidak pantas jika turun ke jalanan dan berinteraksi dengan orang tanpa kasta. Tapi, bukankah semua itu teralu berlebihan? Sekalipun tidak memiliki kasta, mereka juga manusia. Aileen tidak akan tertular virus hanya karena dia berinteraksi dengan orang tanpa kasta. “Apakah itu benar Aileen?” Tanya ayahnya dengan suara yang mulai terdengar meninggi. Aileen menghembuskan napasnya dengan pelan. Sudah tidak sekali atau dua kali Aileen mendapatkan teguran semacam ini, tapi tetap saja, tidak ada yang bisa mengubah pendirian Aileen. Aileen hanya ingin melihat bagaimana keadaan orang tanpa kasta, Aileen ingin mendedikasikan dirinya untuk membantu kehidupan orang-orang tanpa kasta. Ya, hanya itu saja. “Saat itu aku terpaksa turun dari jembatan karena aku penasaran dengan apa yang mereka lakukan” Kata Aileen sambil mencoba untuk tetap tersenyum. “Sangat sulit untuk dipercaya. Bagaimana mungkin kamu turun dari mobilmu? Aileen, kita sudah pernah membicarakan tentang hal ini, jangan mendekati mereka. Kita adalah keluarga terpandang, jika para Elysium lainnya mengetahui apa yang kamu lakukan, keluarga kita bisa hancur. Mereka bisa saja memberikan masalah besar kepada Papa. Apakah kamu mengerti akan hal itu?” Aileen menganggukkan kepalanya dengan pelan. Aileen memang tidak memiliki pilihan lain selain menuruti perintah ayahnya. Aileen sudah terlalu hafal dengan semua peraturan tidak masuk akal yang harus dia taati. Oh ya Tuhan, kenapa manusia di zaman dulu harus melakukan perang hingga mengakibatkan terbentuknya kasta yang menyebalkan ini? Aileen menyukai kedamaian, dia sangat membenci situasi ini. Jika saja para leluhurnya tidak membuat perang yang menghancurkan ketentraman dunia, sudah pasti saat ini Aileen bisa hidup dengan nyaman seperti kehidupan manusia puluhan tahun yang lalu. “Aileen tidak akan mengulangi semua itu, Adrew. Aku akan bicara padanya setelah ini” Kata Ibunya dengan tenang. Di keluarga ini, hanya Aileen dan juga ibunya yang aktif di dalam kegiatan sosial untuk menyalurkan bantuan kepada orang tanpa kasta. Ayahnya adalah seorang Elysium, tentu saja pria itu selalu menentang kegiatan sosial yang dilakukan oleh Aileen, tapi Aileen masih memiliki dukungan ibunya sehingga sampai saat ini Aileen masih bisa melanjutkan kegiatan yang sangat dia sukai itu. Sementara itu, Aruna tidak berbeda jauh dengan ayahnya. Kakaknya itu bekerja di salah satu instalasi pemerintah di bidang kemanusiaan. Aileen sama sekali tidak mengerti kenapa masih ada dewan kemanusiaan jika dunia ini dipenuhi dengan ketidakadilan. “Baiklah, urus semua ini, Adena..” Kata ayahnya pada akhirnya.    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD