Zombie 30 - Floxan City
Mereka bertiga masih melanjutkan perjalananan. Mereka tidak boleh menyerah sebelum mendapatkan tempat yang mereka inginkan. Gerland sudah menyetir sampai melewati perbatasan kota Hellena. Xavier membaca papan petujuk jalan. Ternyata mereka sudah sampai di kota Flaxon City.
Saat ada gardu listrik, biasa Xavier memeriksanya terlebih dahulu. Sebelumnya mereka memang tidak pernah ke kota Flaxon. Namun, sepertinya kota ini belum begitu padah di serang oleh para zombie.
"Xavier coba lihat sebelah sana. Ada sebuah rumah sakit. Rumah sakit Amehra. Ayo kita ke sana! Siapa tahu di sana listriknya masih berfungsi!" Ajak Gerland seperti seakan melihat harta Karun di depan mata.
"Benar juga, ayo!" Xavier langsung kembali ke dalam mobil.
Sesampainya mereka di depan rumah sakit. Suasana di depan rumah sakit sangat sepi dan sunyi. Seperti telah di tinggalkan oleh penghuninya. Mereka harus tetap waspada. Meskipun rumah sakit Amehra terlihat aman. Mereka tetap harus menyisir tempat itu terlebih dahulu. Untuk memastikan bahwa tempat itu benar-benar aman dari pada zombie.
Gerbangnya tidak di kunci. Mereka bertiga masuk ke dalam rumah sakit. Saat di lobi rumah sakit. Mereka menemukan seorang perawat.
"Selamat datang di rumah sakit Amehra. Ada yang bisa saya bantu?" Sambut sang perawat. Seakan hidup sekarang masih normal-normal saja.
"Perawat Devi. Kenalkan nama saya Xavier. Ini Mark dan Gerland. Apa di sini baik-baik saja? Maksud saya, apa Zombie tidak pernah menjamah tempat ini?" Tanya Xavier pelan-pelan. Pasalnya di dalam rumah sakit tampak bersih. Tidak ada kekacauan seperti di kota Troxbo dan kota Hellena.
"Kami sudah mengatasinya. Tentunya hal yang sangat berat bagi kami. Kami mempunyai tim khusus untuk membasmi mereka. Agar rumah sakit ini tetap menjadi rumah sakit untuk pengobatan para manusia yang membutuhkannya. Rumah sakit Amehra ini mempunyai pembangkit listrik sendiri. Jadi pasokan listrik masih ada," jelas perawat Devi.
"Bagus. Perawat Devi, boleh saya bertemu dengan atasan anda. Ada beberapa hal yang saya mau bicarakan dengan atasan anda," pinta Xavier. Tempat ini sangat cocok untuk di jadikan tempat penelitian. Ada tenaga medis, alat-alat medis, pasokan listrik dan juga masih aman dari serangan para zombie.
"Baiklah ikut saya," ajak perawat Devi. Xavier kira akan mendapatkan kesulitan saat ingin berbicara dengan atasan rumah sakit. Namun, ternyata perawat Devi benar-benar sangat baik.
Sepanjang menuju ruangan atasan perawat Devi. Xavier melihat ada pasien-pasien yang sedang di rawat inap. Benar-benar seperti rumah sakit pada umumnya. Mereka di rawat dengan baik oleh tenaga medis. Xavier lihat, selain ada perawat. Ada dokter juga yang sedang memeriksa pasiennya.
"Sebentar ya, saya laporan dulu." Perawat Devi mengetuk pintu yang bertuliskan direktur utama. Setelah di beri izin masuk barulah ia masuk. Nampaknya perawat Devi sedang bernegosiasi dengan atasannya. Tidak lama perawat Devi pun keluar dari ruangan itu.
"Maaf, yang boleh masuk hanya Xavier saja. Tidak apa-apa kan?" Tanya perawat Devi merasa tidak enak pada Mark dan Gerland.
"Oke. Biar gue sama Mark tunggu di sini aja," balas Gerland.
Setelah itu Xavier masuk ke dalam ruangan direktur utama rumah sakit Amehra.
"Siang, Bu. Saya Xavier. Maksud kedatangan saya kesini saya ingin meminta izin," Xavier menjeda kalimatnya. Wajah sang di rekrut ternyata sangat tegas. Mimiknya sangat serius. Pasti akan sulit bernegosiasi dengannya.
"Saya Samantha. Panggil saja saya Mrs. Sam. Kamu mau meminta izin untuk apa? Kalian tersesat? Butuh perlindungan dari para zombie?" Terka Mrs. Sam.
Xavier merogoh saku celananya lagi. Ia perlu menunjukan identitasnya sebagai asisten ilmuan. Agar Mrs. Sam bisa lebih percaya. Karena jika tidak ada bukti. Ia akan di tertawakan. Seperti halnya dulu Gerland tidak benar-benar percaya, kalau Xavier adalah asisten ilmuan tim penelitian profesor Felix.
Xavier menunjukan kartunya pada Mrs. Sam. "Saya adalah seorang asisten ilmuan. Saya mau meminta izin pada anda. Agar bisa menjadikan tempat ini sebagai tempat penelitian kami. Kami hanya perlu laboratorium dan beberapa alat medis. Yang menunjang penelitian kami. Penelitian ini kami lakukan untuk menemukan vaksin virus zombie," jelas Xavier panjang lebar.
"Vaksin virus Zombie? Apa kamu yakin bisa menemukannya? Wabah ini sudah berlangsung selama dua bulan. Mereka bukannya berkurang malah semakin bertambah. Bahkan beberapa kota sudah seperti kota mati. Kenapa kamu begitu optimis akan menemukan vaksin itu?" Mrs. Sam meragukan Xavier. Optimis menang perlu di saat kondisi yang seperti ini. Xavier memang tidak tahu. Sampai kapan mereka akan menemukan vaksin tersebut. Kegagalan demi kegagalan mereka harus lewati. Namun, jika kita tidak mencobanya. Kita tidak akan pernah tahu hasilnya.
"Kami akan terus mencobanya, Mrs. Sam. Saya tidak sendirian. Anda tahu profesor Felix? Saya adalah asisten beliau. Dan di luar sana, ada kakak saya bernama Mark Thomson. Dia juga ilmuan yang bergabung di tim penelitian profesor Felix," Xavier terus bernegosiasi dengan Mrs. Sam.
"Mark Thomson. Apa dia anak dari profesor Jimmy Thomson?" Tanya Mrs. Sam. Sepertinya dia mengenal Jimmy.
"Ya, saya Xavier Thomson. Anak kedua dari profesor Jimmy Thomson," Xavier mengulang perkenalan dirinya lebih detail. Mungkin Mrs. Sam akan mengubah pikirannya.
"Kenapa tidak bilang dari tadi. Kalau kamu anak dari Jimmy Thomson. Saya perhatikan, kamu memang mirip dengan Jimmy. Ya sudah bawa mereka kemari. Kita akan lakukan penelitian bersama-sama." Matanya langsung berbinar-binar. Seakan mendapatkan setitik cahaya dari kegelapan.
"Baiklah, terimakasih Mrs. Sam," ucap Xavier. Untuk kali ini Xavier merasa terselamatkan dengan memyebut nama ayahnya. Jimmy memang ilmuan ternama sama seperti profesor Felix. Tak heran banyak orang yang mengenal mereka.
"Lebih baik hari ini kalian bermalam saja dulu di sini. Kalau kalian nekat ke kota Troxbo. Kalian pasti akan kemalaman di jalan," saran Mrs. Sam.
"Baiklah, terimakasih sekali lagi. Mrs. Sam."
"Apa benar Jimmy Thomson telah meninggal?" Xavier hanya mengangguk tanpa berkata. "Saya ikut berduka cita. Saya mendengarnya dari berita. Jimmy Thomson meninggal karena kecelakaan. Saya adalah sahabat dari Jimmy Thomson dan Chintya. Saat kuliah kami selalu bersama-sama. Mereka berdua memutuskan untuk menjadi ilmuan. Sementara saya, meneruskan rumah sakit milik keluarga. Rumah sakit Amehra ini tetap bertahan karena berkat tentara angkatan darat yang berhasil kami tolong saat wabah ini melanda. Sehingga di depan rumah sakit masih aman dari pada zombie. Kami mempunyai beberapa penembak jitu. Yang bersembunyi di atas gedung-gedung pencakar langit. Yang berada di sekitar rumah sakit Amehra. Mereka saling bergantian menjaga rumah sakit ini, agar tetap aman dari monster pengigit itu. Kami memberikan perlindungan pada siapapun yang membutuhkan perlindungan," cerita Mrs. Sam. Mimik wajahnya sudah melonggar menjadi ramah. Tidak jutek lagi seperti awal pembicaraan.
"Kami curiga wabah ini terjadi akibat dari ledakan laboratorium di kota Troxbo. Karena awal mula munculnya monster pengigit itu dari kota Troxbo. Apa yang sebetulnya terjadi di sana Xavier?" Tanya Mrs. Sam.
"Sampai saat ini saya juga tidak tahu. Kalau memang benar wabah itu terjadi akibat ledakan di laboratorium. Pasti ada yang mengsabotase tempat itu. Karena kami selalu teliti saat akan meninggalkan laboratorium," tegas Xavier.
"Baiklah, sekarang tidak ada untungnya juga mencari pelaku di balik wabah ini siapa. Yang terpenting sekarang adalah mencoba bangkit. Sampai kalian benar-benar menemukan vaksin itu. Agar semua kiamat ini cepat berakhir." Semua menganggap dunia baru ini adalah sebuah kiamat. Karena banyak di penuhi tangis dan rasa takut setiap harinya. Mereka harus tetap berjuang, bertahan hidup. Memperjuangkan apa yang belum pasti. Namun, mereka akan terus mencoba dan terus mencoba. Sampai vaksin itu benar-benar di temukan.
Xavier jadi tidak sabar untuk membawa teman-teman yang berada di terowongan bawah tanah. Untuk tinggal di rumah sakit Amehra. Tempat ini jauh lebih layak dari terowongan itu. Karena di sini ada pasokan listrik dan banyak tenaga medis yang bisa membantu mereka.
Perawat Devi mengantar mereka menuju kamar istirhat mereka untuk malam ini. Namun, sebelumnya perawat Devi di minta untuk memperlihatkan laboratorium milik rumah sakit Amehra pada Xavier, Mark dan Gerland. Betapa terpukaunya Xavier melihat laboratorium yang sangat megah dan banyak alat-alatnya yang canggih.
"Sudah dua bulan semenjak wabah ini terjadi. Laboratorium ini sudah tidak beroperasi. Jadi kami menutupnya, karena para ilmuan di kota Flaxon pun entah pergi kemana mereka. Jadi untunglah ada kalian. Kalian bisa menggunakan laboratorium ini dengan baik. Laboratorium ini di lengkapi oleh teknologi yang canggih. Kalian bisa melakukan eksperimen di sini. Saya termasuk penggemar profesor Felix dan profesor Jimmy, loh," ujar perawat Devi yang memproklamirkan bahwa di adalah fansnya Jimmy.
"Nanti perawatan Devi akan sering bertemu dengan profesor Felix kok," timpal Gerland.
Xavier masih betah melihat laboratorium yang sangat terawat. Ia jadi rindu tempat kerja lamanya. Laboratorium yang bersih dan tertata rapih. Semua alat berjejer rapih sesuai keinginan Xavier. Namun, Sekarang tempat kerjanya sudah hancur. Akibat ledakan itu. Semoga saja dengan adanya tempat ini. Xavier dan tim penelitian profesor Felix, akan segera menemukan vaksin itu. Dan itu artinya di perlukan banyak sampel Zombie yang hidup untuk uji coba yang akan mereka lakukan. Semoga saja semua sesuai dengan rencana. Sepertinya malam ini mereka akan tidur nyenyak. Setelah beberapa hari terkatung-katung di jalanan.