Zombie 29 - Layla Anderson

1704 Words
Zombie 29 - Layla Anderson Mereka berhasil sampai di terowongan bawah tanah tepat sebelum matahari terbenam. "Guys pizza time!" Seru Layla. Selama ini teman-temannya hanya makan seadanya. Dibagikan sesuai jatah yang di bagikan Oliv. Sekarang saatnya mereka memakan makanan khas Italia yang sudah dua bulan ini tidak mereka rasakan. Sayangnya Xaveir, Mark dan Gerland tidak ada. Mereka masih harus berjuang mencari tempat yang lebih layak dari tempat ini.1 "Wah kalian dapat jekpot dari mana? Jarang-jarang nih kita makan pizza," tanya Suzan yang baru keluar dari tenda laboratorium. "Kami menemukannya di toko pizza. Tadi saat kami bawa masih hangat. Sepertinya memang ada yang sengaja membuatnya. Sudah rezeki kita, ayo kita makan!" Ajak Jessica. Mesipun pizzanya hanya kebagian sedikit karena harus di bagi rata. Setidaknya mereka bisa menikmati kelezatan makanan yang sudah lama mereka tidak cicipi. Layla tersenyum melihat mereka bahagia hanya dengan memakan pizza saja. Ternyata seperti ini rasanya bisa berkontribusi untuk kelompok. Melihat mereka bahagia. Hati juga sangat bahagia. Layla Anderson, anak kedua dari dua bersaudara. Tiga tahun yang lalu orang tuanya meninggal dalam kecelakaan mobil. Tidak ada yang selamat dalam kecelakaan itu. Layla menjadi seorang anak yatim piatu dalam sekejap. Satu-satu harapan yang Layla punya adalah Naila Anderson. Kakak perempuan satu-satunya yang Layla punya. Naila sempat berdebat dengan Dito suaminya. Karena tidak mau menampung Layla di rumahnya. "Kamu tahu kan, usahaku tidak begitu lancar. Sekarang kamu mau menampung adikmu di rumahku? Coba pikirkan lagi!" Tukas Dito. Mereka memang berbicara di ruang tengah. Namun, Layla masih bisa mendengar suara Dito dari ruang tamu. "Dia adikku satu-satunya, Dito! Orang tua kami baru saja meninggal. Apa kamu tega membiarkan Layla menjadi gelandangan di luar sana. Ini hanya sementara. Nanti aku akan meminta Layla sambil bekerja. Agar kedepannya dia bisa cari kosan. Untuk tempat tinggal," saran Naila. Semoga saja kali ini Dito setuju dengan saran Naila. "Baiklah, ingat dia tidak boleh ongkang-ongkang kaki di sini. Dia harus bekerja dulu. Baru kita kasih makan," tegas Dito. Kalau sudah seperti ini Naila bisa apa? Ia hanya bisa menurut perkataan suaminya. Akhirnya Layla tinggal bersama Naila. Sesuai dengan kesepakatan. Layla harus bekerja sebagai pembantu di rumahnya. Dito tidak suka kalau Layla hanya menumpang hidup di rumahnya saja. Untung saja Layla bukan anak yang manja. Dia mengerjakan pekerjaan rumah. Dari mulai nyapu, ngepel, masak, membersihkan kebun, nyetrika dan segudang pekerjaan rumah lainnya. Layla harus menerima kenyataan ini. Dari pada ia Luntang Lantung di jalanan. Lebih baik di sini. Anggap saja Layla sedang bekerja sebagai pembantu. Naila memang tipe istri yang patuh terhadap suaminya. Padahal Layla di sini adiknya. Namun, ia seperti tutup mata saat Layla benar-benar di jadikan pembantu oleh Dito. Suatu hari Layla sedang menyetrika baju. Tiba-tiba Dito memeluk Layla dari belakang. Respek Layla menepisnya dengan paksa. "Apa yang kakak ipar lakukan? Aku ini adiknya kak Naila!" Tukas Layla. "Aku hanya ingin mencicipimu. Ayo lah, kakak kamu tidak akan tahu. Dia sedang ada di luar kota. Besok dia baru pulang," sepertinya Dito sedang di kuasai oleh napsu. "Tidak kakak ipar. Kakak tidak boleh melakukan ini. Ini perbuatan yang salah!" Tangan Layla mulai bergetar. Dito seperti orang yang sedang kesetanan. Dito mendekati Layla lagi, Dito berhasil merobek baju depan Layla. Tanpa berpikir panjang Layla mengambil setrikaan yang ia pakai tadi lalu menempelkan setrikaan itu ke pipi Dito. "Aaaaaaaaaaauuuwwww! Kurang ajar kamu! Tidak tahu di untung!" Jerit Dito kesakitan. Layla pergi dari rumah. Ia lari secepatnya menjauhi rumah Dito. Rumah itu sudah tidak aman lagi. Sepertinya Layla lebih baik jadi gelandangan. Dari pada tinggal di rumah yang megah, tapi di perlakukan seperti pembantu. Bahkan dilecehkan oleh kakak iparnya. Kalau Naila tahu tentang kelakuan Dito. Pasti Naila akan marah besar, karena suaminya berani berkhianat pada adiknya sendiri. Sebelum itu terjadi. Lebih baik Layla pergi sejauh mungkin. Beberapa hari Layla Luntang Lantung di jalanan. Ia benar-benar sudah menjadi gelandangan. Layla hanya bisa makan dari belas kasihan orang yang memberikan dia uang. Selebihnya, seharian ia pernah tidak makan sama sekali. Sungguh malang nasibnya. Namun, Layla harus menjadi perempuan yang tangguh. Ia selalu percaya, masih ada kebahagiaan yang Tuhan siapkan untuk dirinya. Hari ini hujan turun sangat deras. Layla terus berjalan di tengah derasnya hujan. Sepertinya ini adalah akhir dari hidupnya. Toko yang beberapa hari ini ia tempati. Sudah ada pemilik lamanya, gelandangan yang biasa tidur di situ mengusir Layla. Tidak lama kepala Layla merasa pening. Mungkin benar, ini adalah akhir hayat Layla yang malang. Layla membuka matanya dengan paksa. Sepertinya ada yang aneh. Ia merasa tubuhnya mulai menghangat. Layla mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan itu. Dimana Layla? Sekarang Layla sedang berada di ranjang yang empuk. Selimut tebal dan sangat hangat. Apa Layla sudah di surga? Tiba-tiba ada yang membuka pintu kamarnya. "Syukurlah kamu sudah sadar. Kamu enggak apa-apa kan?" Tanya lelaki yang baru saja masuk ke kamar. "I.. ini dimana? Ka.. kamu siapa?" Tanya Layla terbata-bata. "Ini di rumah aku. Oh iya kenalkan aku Antony Alexander. Aku menemukan kamu pingsan di tengah jalan, lagi hujan deras pula. Aku enggak mungkin kan membiarkan kamu tergeletak di tengah jalan dalam kondisi yang seperti itu," jelas Antony. "Ka.. kamu yang gantiin aku baju?" "Eh.. Bu.. bukan. Kamu tenang aja. Pembantu aku kok yang gantiin kamu baju. Soalnya baju kamu basah kuyup. Kamu mau kemana sih malam itu? Kok hujan-hujanan," selidik Antony. "Aku enggak tahu mau kemana. Aku enggak punya tujuan," Layla menangis. Perlahan Antony memeluk Layla. Mungkin ada hal yang sangat menyakitkan terjadi dalam hidup Layla. "Menangislah, kalau memang itu membuat kamu lega. Kamu di sini saja dulu. Kalau kamu enggak punya tempat tujuan. Kamu tinggal di sini aja," Antony mencoba menenangkan Layla. Lambat laun tangis Layla mulai mereda. "Terimakasih ya Antony. Aku Layla, maaf kalau kedepannya aku akan merepotkan kamu," sesal Layla. "Tenang saja Layla. Aku juga di sini tinggal sebatang kara. Ayah dan ibuku sudah lama bercerai. Mereka ada di luar negeri. Aku hanya tinggal dengan asisten rumah tangga dan satpam. Kamu boleh anggap rumah ini kayak rumah kamu sendiri kok." Antony langsung jatuh cinta pada pandangan pertama pada Layla. Murni karena cinta, bukan karena ia kasihan pada Layla. Kemudian Layla menceritakan semua hal yang terjadi pada hidupnya. Dari mulai orang tuanya meninggal, tinggal di rumah Naila, Layla di jadikan pembantu oleh Dito, Layla hampir di perkosa oleh Dito dan sampai Luntang Lantung di jalan. "Layla, aku tahu ini terlalu cepat. Tapi percaya atau tidak. Aku jatuh cinta sama kamu. Semenjak aku menemukan kamu. Aku janji akan membuat kamu bahagia. Aku akan berusaha agar air mata kamu tidak akan terjatuh lagi. Kita sama-sama sebatang kara. Kita akan lanjutkan hidup kita dengan penuh kebahagiaan. Kamu coba berikan aku kesempatan itu. Mau kan?" Ucap Antony tulus dari dalam hati. Layla sempat berpikir sejenak. Ini baru pertama kalinya ia bertemu dengan Antony. Namun, entah kenapa dari mata Antony terpancar kejujuran. Ia tidak mungkin berbohong. Siapa tahu ini adalah gerbang kebahagiaan yang telah Tuhan siapkan untuk Layla. "Ya, Antony," jawab Layla. Betapa bahagianya Antony saat itu. Hari berganti Minggu, Minggu berganti bulan dan bulan berganti tahun. Antony semakin yakin dengan hubungannya bersama Layla. Hingga ia memutuskan untuk melamar Layla. Mereka akan segera menikah. Karena tidak ada yang mereka tunggu lagi. Tidak ada yang bisa menghalangi mereka lagi. Mereka berdua hanya sebatang kara. Tidak ada yang melarang mereka untuk menikah. Hari yang di nantikan tiba. Layla telah menggunakan gaun pengantin yang sangat indah. Begitu juga dengan Antony yang menggunakan jas putih pengantinnya. Mereka akan menjadi suami istri sebentar lagi. Setelah mereka mengucapkan janji suci. Mereka akan resmi menjadi sepasang suami istri. Namun, belum sempat mereka mengikrarkan janji suci. Ada manusia aneh saling mengigit di pesta pernikahan mereka. Mereka juga mengigit Antony dengan kejamnya. Layla menangis melihat Antony berlumuran darah. Orang yang mengigit Antony mengincar Layla. Layla berlari entah kemana. Mereka semua mengejar Layla. Layla bersembunyi di gang sempit. Semoga saja manusia aneh itu tidak menemukan Layla. Beberapa hari Layla bersembunyi di gang sempit itu. Sampai Jessica menemukan Layla. "Layla elo enggak apa-apa kan?" Tegur Jessica. Karena dari tadi Jessica melihat Layla melamun. Teguran Jessica berhasil membuat lamunan tentang masa lalu Layla buyar. "Eh iya apa Jess?" "Elo enggak apa-apa kan?" Ulang Jessica. "Enggak apa-apa kok, ayo semua makan! Kapan lagi kita makan pizza!" Seru Layla. Jessica tahu senyum itu senyum palsu. Senyum yang di buat-buat agar dia terlihat kuat dan tegar. Jessica yakin tadi Layla baru saja memikirkan tentang masa lalunya. Jessica ingat betul saat menemukan Layla terduduk ketakutan di gang sempit itu. Dengan gaun pernikahannya yang sudah lusuh dan kotor. Pasti dia sangat terkejut dengan wabah yang tiba-tiba muncul itu. Apalagi Layla bilang Antony, calon suaminya di gigit oleh Zombie itu. Pasti sangat menyakitkan. Yang harusnya menjadi hari kebahagiaan malah menjadi kiamat dalam hidupnya. Semua orang pasti merasa kehilangan akibat wabah ini. Entah sampai kapan wabah ini terus berlanjut. Para zombie masih di kuasai rasa lapar yang tidak pernah kenyang-kenyang. Melihat Layla pura-pura tegar seperti itu. Hati Jessica sedikit sakit. Ia juga merasakan apa yang Layla alami. Melihat orang yang kita cintai di gigit monster pengigit itu, di depan mata kita sendiri. Pasti sangat meremukkan hati, tapi kita bisa apa? Kita juga takut pada Zombie itu. Yang bisa kita lakukan hanya berlari dan sembunyi. Sampai kita membangkitkan diri sendiri. Kalau kita mampu bertahan hidup di dunia baru yang penuh dengan zombie ini. Satu-satu yang mereka harapkan adalah kembali hidup normal seperti dulu. Tanpa rasa takut, tanpa rasa cemas, tanpa darah hamburan, tanpa mayat Zombie bertebaran di jalan. Rasa aman, tentram dan damai. Tentunya bersama orang yang mereka cintai. Berkumpul bersama orang yang mereka sayangi dengan penuh kehangatan. "Kapan mereka akan kembali ya?" Tanya Layla setelah yang lainnya mulai kembali ke tendanya masing-masing. "Siapa? Gerland?" Jessica tanya balik. "Loh kok Gerland? Ya mereka bertiga lah. Xaveir, Mark dan Gerland," kilah Layla. "Santai aja Layla. Gue tahu kok, elo suka kan sama Gerland?" Terka Jessica. "Enggaklah, udah ah gue ke tenda dulu," Layla pergi dengan tersipu malu. Setiap orang pernah mengalami jatuh cinta. Ada orang yang berpendapat, hidup hanya satu kali. Dan jatuh cinta pun hanya sekali. Namun, ada juga yang berkali-kali jatuh cinta sampai ia mendapatkan cinta sejatinya. Dan itulah yang di alami Layla sekarang. Layla berhak mendapatkan cintanya yang kedua. Dan mungkin Gerland pun seperti itu. Mereka berdua sama-sama pernah kehilangan orang yang mereka cintai. Siapa tahu mereka bisa saling melengkapi untuk mengobati lukanya masing-masing. Agar mereka bisa hidup bahagia.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD